- Eva Khofiyana - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS
Patut diakui, kegiatan orientasi terkadang tak lepas dari adanya perpeloncoan. Ngakunya, untuk mendidik kedisplinan. Namun kenyataannya, penanaman kedisiplinan di dalam masa orientasi disalahgunakan.
Perpeloncoan fisik malah dimanfaatkan oleh pihak mahasiswa senior untuk mencari-cari kesalahan mahasiswa baru agar mereka kena hukuman fisik. Jadilah penanaman kedisplinan sebagai arena balas dendam karena hal ini berlaku secara berkelanjutan.
Aktivitas pengenalan kampus atau dikenal dengan Ospek yang biasa dipenuhi dengan adegan unik cukup bermanfaat dan berkesan bila dibumbui dengan penanaman karakter, dan pemberian motivasi untuk menjadi individu yang kreatif, kritis, dan cerdas.
Sudah cukup baik, masa orientasi mahasiswa diwarnai dengan adegan penuh kreasi, seperti memakai topi dari bola, berkalungkan tali rafia, dengan muka yang dicorat-coret. Unik, berkesan, dan mendidik. Sayang, keunikan dalam masa orientasi dicemari dengan perpeloncoan yang kebablasan.
Maka, banyak dari orang tua yang tidak setuju dengan adanya kegiatan ini karena takut akan terjadi korban jiwa akibat perpeloncoan yang diwarnai dengan kekerasan fisik.
Sebaiknya perpeloncoan atau masa orientasi yang dulu banyak diwarnai kekerasan fisik diubah dengan kegiatan yang memberi kesan positif dan dapat membentuk mental positif mahasiswa. (24)
Sumber: Suara Merdeka, 25 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar