KOMUNIKASI
DALAM KELUARGA YANG SEHAT DAN SEHAT
Ibu adalah sosok
paling dekat dengan anak, hatinya ibu yang lembut memberikan kasih
sayang yang tulus dan tak terkira. Buaian ibu sejak dalam timangan
hingga dewasa adalah bukti cinta kasihnya sepanjang hayat.
Hari
Ibu menjadi momen istimewa untuk dirayakan dengan penuh kebanggaan
hati. Selasa, 23 Desember 2014 adalah hari yang semarak untuk
Perpustakaan Daerah Kab. Sragen. Dalam rangka menyambut Hari Ibu,
Perpusda ingin memperingatinya dengan sebuah acara yang bertajuk
“OBRAS” Obrolan Asyik dan Santai, bertemakan “Membangun
Komunikasi yang Sehat dan Cerdas dalam Keluarga. Acara yang dipandu
oleh Sri Hartati atau sering disapa ibu Tatik, dengan narasumber
antara lain Ibu Suwarni, M. Pd (Pengawas SMP), Ibu Damai Tatag
Prabawanto (Istri Bapak
Sekda
Kabupaten Sragen),
Pak Solikhin (Penulis buku “Zero To Hero”), dan
Diana
(FORASI).
Pembukaan
acara dibuka oleh sambutan kepala Kantor Perpustakaan Daerah Kab.
Sragen, Ibu Tri Andiyas Wororetno, menyampaikan bahwa acara
diselenggarakan untuk memperingati hari Ibu. Selanjutnya, moderator
Ibu Tatik memandu acara dengan santai dan menarik sekaligus
menggelitik peserta untuk tertawa dengan candaan-candaannya. Obrolan
asyik nan santai pun mengalir dengan meriah dan aktif dengan
partisipasi peserta.
Diskusi
aktif pun dimulai dengan pertanyaan dari seorang pelajar yang namanya
Fathurrahman. Ia adalah seorang pelajar di Cirebon, hidup jauh dari
orang tua. Dalam rangka liburan sekolah, ia pulang ke Sragen. Hal
yang ia tanyakan, bagaimana mengatasi kerinduan dengan orang tua
terutama pada Ibu? . Pertanyaan yang bagus dan terjadi pada siapa
saja yang merasakan jauh dari orang tua.
Ibu
Damai menjelaskan sedikit cerita bahwa dahulunya beliau juga
merasakan hidup jauh dari orangtua ketika sekolah. Dengan pengalaman
yang sama itu, beliau memberikan nasehat bahwa komunikasi dengan
orang tua harus dijaga, baik komunikasi lewat telepon/sms maupun
komunikasi ikatan batin. Komunikasi batin antara anak dan ibu,
meskipun berjauhan tetapi ada sesuatu yang mendekatkan. Lalu,
kepercayaan/amanat dari orang tua harus dijaga dengan baik.
Sang
moderator mempersilakan audiens untuk berperan serta aktif
mengungkapkan masalah yang dihadapi ataupun dalam bentuk pertanyaan.
Kesempatan pun disambut dengan pertanyaan dari seorang ibu yang
mempunyai cerita pribadi keluarganya. Beliau memiliki suami yang
pendiam dan kebiasaan tersebut menurun pada sang anak. Bapak dan anak
bersikap pendiam, ibu pun menjadi bingung memahaminya. Hal yang
ditanyakan, bagaimana cara berkomunikasi dengan orang pendiam?. Ibu
Tatik mempersilakan kepada Bu Warni untuk menjawabnya. Beliau
mengutarakan bahwa seorang istri harus bisa memahami karakter suami.
Dengan sudah berumah tangga, hidup bersama pastinya mengenal dengan
baik sifat dan sikap suami.
Ada
pertanyaan yang cukup menarik dan berdasarkan kenyataan yang dialami
oleh audiens, ibu Siti. Pengalaman ibu Siti yang pernah mengikuti
pelatihan IT dan ia pun merasakan manfaat kemajuan teknologi. Namun,
sang suami tidak mendukung. Permasalahannya adalah sang suami masih
berpikiran kolot terhadap kemajuan teknologi.”Komputer dan internet
itu untuk apa?” ujar suaminya. Di sisi lain, sang anak masuk ke
perguruan tinggi STAN, membutuhkan laptop untuk keperluan studinya,
sang suami pun menolak untuk memberikannya. Suami bersi keras untuk
menolak dan keras kepala. Anak pun bersikap mengalah dan tidak harus
dbelikan laptop, tetapi ibu Siti berusaha keras untuk tetap
membelikannya karena demi kepentingan studi. Bu Siti pun bertanya,
“bagaimana berkomunikasi dengan suami agar mengerti kemajuan zaman
yaitu IT berkaitan cara pandangnya yang masih kaku?” .
Moderator
mempersilakan kepada narasumber untuk menjawabnya. Menurut Pak
Solikhin ada tiga cara. Pertama, kenali pasangan dalam cara
berkomunikasi. Kedua ibu Siti bisa menunjukkan cerita inspiratif
tentang manfaat internet. Manfaat positifnya untuk bisa memenuhi
kebutuhan informasi. Ketiga, doa istri sholeha yang mustajab.
Pendapat kedua yang melengkapi juga, Bu Warni menyarankan untuk
berkomunikasi dengan melihat timing
yang
tepat. Saat yang tepat adalah pada kondisi senang/bahagia. Hal itu
dapat mempengaruhi pengertian yang diterima. Kemudian, “posisikan
suami sebagai pemimpin yang berpengaruh penting dalam pengambilan
keputusan dan yang terakhir adalah doa istri yang mujabah oleh Allah”
kata Bu Warni.
Banyak
hal yang bisa menjadi pembelajaran bersama dan bisa juga permasalahan
yang menjadi bahasan adalah cerminan kondisi keluarga. Melalui
kegiatan seminar keluarga diharapkan dapat mendapatkan solusi dari
masalah yang ada di rumah tangga, baik antara orang tua dengan anak
maupun suami dengan istri.
Akhir
sesi, kesimpulan dari beberapa moderator. Pak Solikhin mengatakan
bahwa “sediakan ruang hati yang luas untuk membuat kebahagiaan”.
Kesimpulan kedua dari Ibu Warni, pertama, mengubah mainset orang tua
terhadap anak, biarkan anak berkembang menjadi pengusaha, tidak
melulu harus jadi pegawai negeri. Kedua, sadarlah orang tua yang
banyak menuntut/melarang anak-anaknya. Ketiga, kita gali potensi anak
kemudian diarahkan serius dan didukung. Narasumber ketiga, Mas Dedi
menyimpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam keluarga karena
komunikasi intern dapat mencerminkan komunikasi anak di lingkungan
sosial. Narasumber Diana (FORASI) menyimpulkan bahwa sebagai anak
harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan orang tua dengan
sebaik-baiknya Kedua, waktu yang ada dimanfaatkan untuk mencurahkan
masalah kepada orang tua.
Keluarga adalah unit
terkecil dalam organisasi, ada bapak , ibu, dan anak. Keluarga yang
harmonis adalah keluarga yang bisa menciptakan komunikasi yang sehat
dan cerdas. Orang tua dan anak harus berjalan beriringan, saling
mengingatkan untuk kebaikan bersama. Orang tua dan anak dapat menjadi
sahabat. Sahabat yang selalu ada dalam suka maupun duka. Komunikasi
yang benar dan baik harus diteladankan pada anak, agar anak
menerapkannya di lingkungan masyarakat. Semua dalam satu keluarga
harus saling mengisi, berbagi, dan berbuat demi kebaikan bersama.