Cerpen Dewi Solihat Saputera
Ujung- ujung jarum jam di dinding masih saja berputar tak terarah, hilir mudik pada angka-angka romawi yang berdiri kaku pada tepian waktu. Irama detiknya masih saja mengalunkan bias sendu, seolah memacu sang waktu dengan segenap kekuatannya.
Sejenak aku pandangi kedua ujung jarum jam yang masih saja mondar mandir di atas dinding kamarku. Meski ujungnya terlihat begitu runcing dan tajam, namun mampu menahan diri untuk tidak melukai barisan angka-angka kaku romawi yang berada di tepian waktu. Ataukah...angka-angka romawi itu yang terlihat begitu tegar saat kedua ujung jarum jam mencabik tubuhnya. Entahlah....
Ujung- ujung jarum jam di dinding masih saja berputar tak terarah, hilir mudik pada angka-angka romawi yang berdiri kaku pada tepian waktu. Irama detiknya masih saja mengalunkan bias sendu, seolah memacu sang waktu dengan segenap kekuatannya.
Sejenak aku pandangi kedua ujung jarum jam yang masih saja mondar mandir di atas dinding kamarku. Meski ujungnya terlihat begitu runcing dan tajam, namun mampu menahan diri untuk tidak melukai barisan angka-angka kaku romawi yang berada di tepian waktu. Ataukah...angka-angka romawi itu yang terlihat begitu tegar saat kedua ujung jarum jam mencabik tubuhnya. Entahlah....