Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


06 Oktober 2014

JEMBATAN PENA



Sekembali dari Paris rumah terasa asing. Paradoks sebetulnya karena saat berada di negara Napoleon saya justru sangat merindukan rumah. Meski  hanya setahun namun yang terasa seribu tahun. Waktu itu, bayangan istri dan Alif, selalu datang menjelang tidur. Seketika doa-doa pilihan untuk kebaikan mereka meluncur cepat menjawab sesal diriku yang jauh. Tatkala rindu masakan rumah biasanya diusir dengan makanan Kantin KBRI (Kedutaan Indonesia) Paris. Sayang kantong mahasiswa yang terbatas seringkali memaksaku menahannya. “Kerinduan itu sekarang terbayar tapi mengapa terasa asing?”, tuntut batin ini menyerang nalarku. Suara kritis alumni Sorbonne pun membisu. L’hiver, musim salju, seolah datang menyapa Sragen dan membuatku membeku.
Dalam bingung kudatangi si HP teman setia saat di Kota Romantis. Tanpa banyak bertanya, ia membiarkan badannya diobok-obok dari satu folder ke folder lainnya ditemani si Blacky, mouse hitam miliknya. Satu persatu file kisah hidup di Kota Mode Dunia membuka. Tiba-tiba suara sms istri memecah konsentrasi dan saatnya menjemput Alif, jagoan kecilku, pulang penitipan. Rasa penasaran terhadap penyebab rasa asing rumah terpaksa diabaikan sejenak dan saatnya menemani Alif tumbuh dan berkembang.
Berdua dengan alif membuatku semakin asing dengan diri sendiri.  Bukannya bahagia mengasuh anak justru emosiku sangat labil. Alif terlalu banyak bergerak dan capek menjaganya. Ia juga cengeng. Puncaknya saat bersiap ke Masjid untuk Sholat Ashar. Alif kuletakkan di kasur supaya aman. Ternyata, masalahnya bukan jatuh tapi ia ngompol dan mengenai surat keterangan lulus. Sontak kupanggil Mba  Mar dan kusalahkan karena lalai memberi pampers. Ketika itu suaraku menggema, sorot mataku tajam, dan wajahku memerah menghakimi pembantu yang belum genap 17 tahun. Saat palu pemecatan hampir diketok tiba-tiba suara iqomat berkumandang tanda panggilanNya harus disegerakan. Setelah salam, tanpa sadar air mata mengalir lembut membasahi pipi. Sesal kemudian setelah memperturutkan amarah.
Keesokan hari, setelah mengantar Alif ke penitipan, si HP kudekati lagi dan kubawa ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) Sragen  untuk mendapatkan suasana layaknya berada di Bibliotheque lInstitute  de Geographie, perpustakaan fakultas geografi di Sorbonne. Selesai booting, saya dikejutkan dengan notifikasi wifi Perpusda, ‘wow! ada wifi,’ teriak hatiku kegirangan. Langsung kucoba dan email  serta messenger masuk bertubi-tubi dari teman-teman kampus, sahabat PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Prancis, anggota pengajian dekat asrama, kenalan dan Indonesianis. Saya pun larut ngobrol dengan mereka melalui skype dan yahoo messenger layaknya bertemu muka di sudut Kota Paris. Jika dulu aku melakukannya dari sana untuk melepas rindu dengan istri dan anak, kini aktifitas tersebut saya lakukan dari Perpusda untuk chating dengan teman-teman. Saking asyiknya beberapa kali suara ekspresi saya kelepasan tapi orang-orang disekitarku cuek seolah biasa dengan kejadian tersebut. Padahal sempat kawatir diprotes seperti peraturan bibliotheque quartier latin, nama lain perpustakaan fakultas,  yang tidak mentoleransi keributan. Sampai akhirnya seorang petugas perpustakaan menghampiri dan memintaku lebih tenang. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, saya sudahi aktifitas chating dan berganti melihat kondisi perpustakaan lebih rinci.
Puas berkeliling saya harus mengakui secara fisik Perpusda tidak sebanding dengan perpustakaan di Jalan Saint Jacques, tempat aku biasa mencari referensi geografi. Tapi hebatnya dengan fasilitas sederhana Perpusda mampu mendorong masyarakat untuk maju dengan cara mudah. Salah satunya menjadi penghubung komunikasi antar benua seperti pengalaman yang baru saja saya alami. Padahal di fakultas geografi Sorbonne saya harus melakukan banyak prosedur untuk tersambung dengan jaringan wifi. Semangat memudahkan juga yang saya lihat membedakan Perusda Sragen dengan perpusda di daerah lain. Agar masyarakat mudah membaca koleksi buku Perpusda, perpustakaan keliling datang membawa buku tersebut sampai ke pelosok desa. Agar layanan Perpusda mudah dijangkau masyarakat, segera dibangun Perpusda cabang dengan fasilitas selengkap Perpusda pusat.
 


Tidak terasa sudah hampir 4 jam saya berada di Perpusda. Saatnya  sholat dzuhur. Saya tinggalkan Perpusda menuju Baitullah dengan perasaan lega. Perasaan asing karena perubahan lingkungan yang terlalu cepat telah hilang berkat kehadiran sahabat pena di Paris. Perpusda dengan layanan wifi-nya telah menjadi jembatan pena, menghubungkan  saya dengan sahabat-sahabat seperjuangan kuliah. Saatnya mengganti notebook Hewlet Packard (HP) lama dengan yang baru untuk menyambut sahabat pena baru.

 

Nama lengkap : Mohamad Andrian Isnaeni
Akun FB        : Mohamad Andrian Isnaeni
Alamat          : Jl Mendut No. 7, Candi Baru, Plumbungan

0 komentar:

Posting Komentar