Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pelatihan IT

Pelatihan IT di BLC Kabupaten Sragen

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


26 Oktober 2011

Puisi-puisi Susan Gui

#Untuk Lelakiku,

Aku seperti memimpikanmu di setiap malam yang sepi. Aku seperti mengenalmu ribuan tahun lalu, bahkan sebelum takdir mengeluarkanku dari ruang rahim. Kupercayai takdir sibuk mempertemukan kita, sekali tuang anggur dalam cawan. Limbur menempati takdirnya sendiri, dan begitulah kamu.

Aku seperti pernah sibuk menjahit bajumu, ketika gesek daun menjadi irama syahdu. Kupercayai, cangkir kopimu selalu menanti kala pacul menimpa teras rumah.

Catatan Harian Masa Reformasi, Tidak Sekadar Kenangan

Resensi oleh: Syamsudin  Noer  Moenadi
Judul  Buku:  Sungai Bening Gita Cinta Universitas Airlangga
Pengarang  : Viddy AD Daery
Penerbit     :  Visi Amansentosa Dahsyat
Cetatan      : Edisi Revisi – 2011
Tebal Buku: 107 halaman

Sungguh saya terkecoh tatkala mau membaca novel tipis bertajuk Sungai Bening Gita Cinta Universitas Airlangga--selanjutnya  disingkat judulnya menjadi Sungai Bening saja, supaya ringkas. Semula saya menganggap Sungai Bening merupakan karya terbaru  Viddy AD Daery  setelah novel Pendekar Sendang Drajat, tapi begitu membaca  beberapa lembar, saya langsung teringat pada novel pertama Viddy yang diterbitkan penerbit Grasindo-Kompas Group tahun 2002 dengan judul Sungai Bening.

Romansa Warung Makan

Cerpen M. Nurcholis

Pertemuan adalah hal yang seringkali tidak dapat kita tebak. Sesuatu yang datang dengan sendirinya, dengan tiba-tiba. Dari pertemuan lah, nasib manusia sering ditentukan. Beberapa dari mereka banyak yang mengabaikannya, seolah itu adalah bagian dari rutinitas hidup, yang memang, bertemu dengan orang-orang yang sama. Hidup adalah hal yang wajar. Namun tidak sedikit pula yang memahami, bahwa pertemuan adalah nutfah-nutfah yang membentuk nasib kita, pelan-pelan namun pasti membawa kita ke dalam suatu tujuan.


Siang yang terik. Udara yang begitu berisik, aku berjalan menuju warung makan Bu Jul di belakang kantor, masih di bilangan Kalibata. Matahari belum tepat benar berada di atas ubun-ubun, kulihat jam tangan masih belum bergeser dari angka sebelas. Belum saatnya istirahat. Namun hari ini aku lapar betul. Pagi tadi aku alpa sarapan tersebab pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tak apalah aku istirahat awal, toh pekerjaan sudah kurampungkan.

25 Oktober 2011

Titie Said: "Saya Harus Meresensi Buku Puisimu, Linda!"

Oleh Linda Djalil

Kata-kata adalah niat, dan janji. Titie Said, penulis handal, wartawan dan sempat pula menjadi ketua Badan Sensor Film Indonesia itu, kira-kira satu setengah bulan lalu berkata kepada saya, “Luar biasa puisi-puisi kamu. Saya  harus meresensi buku puisimu, Linda! Tapi harus dengan versi saya ya? Nanti tante kirim ke koran Kompas saja ya Lin?” ujarnya.

Saat itu kami duduk bersebelahan di Bentara Budaya seberang kantor Kompas, saat ada acara peluncuran buku.  Saya peluk lengannya yang gempal.  Dia memeluk saya lama sekali. Entah mengapa,  ibu yang satu ini tiba-tiba saja memberikan kehangatan yang luar biasa siang itu. Ada perasaan berkecamuk di dada, yang entah apa namanya, saya sendiri tidak bisa mengartikannya.

24 Oktober 2011

Pejuang Perpustakaan Kampung

Oleh Dahlia Irawati
 
Sosoknya relatif kecil, tetapi karyanya bagi kemajuan pendidikan di Tanah Air bisa dikatakan cukup besar. Berawal dari sebuah perpustakaan bambu sederhana di kampungnya, sekarang Eko Tjahyono (31) mampu menyirami dahaga membaca ribuan orang di dalam dan luar kampungnya. 

Kisah pejuang perpustakaan kampung ini dimulai pada 1998 saat Eko membangun perpustakaan kecil-kecilan di rumahnya. ”Nafsu” membaca Eko tumbuh subur kala itu sebab dia memiliki banyak waktu luang setelah mengalami pemutusan hubungan kerja dari pabrik konfeksi tempatnya bekerja.

Peluang Bisnis Kuliner Kafe Perpustakaan

Kafe tak lagi sekadar tempat nongkrong. Kafe bisa juga menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan. Kafe-kafe ini muncul di Cimahi dan Surabaya. Selain menyediakan aneka kudapan nan lezat, di kafe ini juga punya koleksi buku pelajaran dan buku pengetahuan populer.

Jika Anda merasa bosan belajar sendiri di rumah, tak ada salahnya belajar sambil nongkrong di kafe. Lo, kok? Ya, di Cimahi dan di Surabaya, ada kafe yang tak sekadar memanjakan perut, tapi juga mengasah otak.

Diluncurkan, Program "PerpuSeru"!

Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) meluncurkan program PerpuSeru, Senin (17/10/2011), di Jakarta. Program ini merupakan program pengembangan perpustakaan yang difokuskan pada penyediaan akses perangkat teknologi, pelatihan pengurus, serta advokasi bagi 40 perpustakaan umum di tingkat kabupaten di seluruh Indonesia. Dalam program ini, Bill & Melinda Gates foundation, melalui Global Library Initiative-nya, memberikan dukungan senilai 5 juta US Dollar untuk menyediakan akses belajar berbasis teknologi melalui perpustakaan.

Coca-Cola Foundation Indonesia sebagai pelaksana program akan memberikan pendampingan, advokasi, dan monitoring kepada perpustakaan umum yang ikut dalam program ini.

Program Komputer Lacak Penulis Kitab Suci

Ilmuwan komputer asal Israel mengembangkan program komputer dengan alogaritma yang mampu menganalisis gaya tulisan. Program ini digunakan untuk menemukan penulis kitab suci yang sebenarnya, sesuatu yang kini masih jadi perdebatan.

Hingga pengembangan saat ini, program memang belum mampu mencapai target utamanya. Namun, program telah bisa dipakai untuk menganalisa kalimat yang dibuat oleh lebih dari satu orang dan mendeteksi di bagian mana sebenarnya tulisan berpindah tangan ke penulis lain.

22 Oktober 2011

Bahasa Melayu Layak Jadi Bahasa PBB

Bahasa Melayu dinilai layak menjadi bahasa resmi di Persatuan Bangsa-Bangsa mengingat banyaknya pengguna bahasa tersebut di beberapa negara khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho di Medan, Kamis, mengatakan pengguna Bahasa Melayu di beberapa negara Asia Tenggara cukup banyak seperti halnya di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Brunai.

K e m b a l i

Cerpen Cosma Kopong Beda

“Kembalilah, Ina. Sudah delapan tahun kita berpisah. Sungguh satu hal yang selalu menggangguku adalah kesepian. Pulanglah, Inaku sayang!” Aku sangat merindukanmu. Kuharap, purnama malam nanti kita bisa sama menyaksikannya dari taman bunga-bunga mawar itu. Kau suka sekali dengan mawar dan aku suka sekali berada di sampingmu, Ina. Aku tunggu, ya. Kedatanganmu.” Dari Yang Mencintaimu Zion −−− Inilah bunyi surat pertama Zion untuk kekasihnya, Ina, yang sekarang sedang berada di negeri Samba.

Sebuah negeri yang terkenal dengan sepak bolanya yang aduhai. Jelas timnas Garuda harus lebih banyak berlatih dan berlatih serta harus siap mental yang baik dan fisik yang kuat untuk melawan permainan anak-anak Samba yang sudah lima kali menjuarai piala dunia itu. Ah, kurasa bukan soal sepak bola yang hendak aku ceritakan saat ini.

17 Oktober 2011

10 Perpustakaan terbesar di dunia

Berikut adalah daftar 10 perpustakaan terbesar di dunia :

1. Library of Congress

Library of Congress ini berada di Washington DC, Amerika Serikat. Library of Congress didirikan pada 1800. Perpustakaan ini memiliki stock lebih dari 30 juta buku. Library of Congress muncul di film National Treasure 2.

2. National Library of China

National Library of China berada di Beijing, Cina. National Library of China didirikan pada tahun 1909. Perpustakaan ini memiliki stock lebih dari 22 juta buku.

Sajak-sajak Hidayat Raharja

RIWAYAT  SEBUAH PINTU

Daun yang melekat pada tiangmu, menjaga waktu, serta  lalu-lalang di situ jalan masuk sebuah kamar jalan keluar ke halaman celah, tempat orang-orang lewat celah, tempat hati tertambat

DENTANG GENTA

Dentang genta dalam jantungku selalu berpacu dengan waktu menggugurkan angka-angka yang berlekatan pada  dinding usia

15 Oktober 2011

Putriku dan Dongeng-dongengnya

Cerpen JiaEffendie

Putriku senang mendengarkan dongeng. Berkat ibunya yang rajin, gadis cilik berusia lima tahun itu kini tergila-gila pada dongeng. Setiap kali dia ingat, dia akan meminta hingga memaksa siapa pun untuk mendongeng padanya. Juru cerita favoritnya, tentu saja adalah ibunya sendiri, si racun pertama. Dongeng-dongeng yang diceritakan istriku kebanyakan adalah gubahan ngaco yang terinspirasi Grimm, Perault, Andersen, ataupun cerita-cerita rakyat. Istriku adalah penggila dongeng yang taat. Dia bahkan menulis skripsinya tentang dongeng sebagai syarat kelulusannya menjadi Sarjana Sastra.


Aku sendiri menganggap dongeng sebagai mainan anak perempuan, apalagi dongeng-dongeng yang melibatkan kisah para putri yang minta diselamatkan. Aku hanya mengangguk-angguk saja berpura-pura tertarik ketika istriku bercerita tentang dongeng-dongeng yang digilainya itu. Maka aku pun tidak heran ketika anakku yang bicaranya masih cadel itu tertular kegilaan ibunya.

13 Oktober 2011

Perpustakaan Apung di Kepulauan Seribu

Masyarakat pasti sudah biasa mendengar keberadaan perpustakaan keliling, tetapi tidak dengan keberadaan perpustakaan apung. Meski begitu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membuat perpustakaan apung tersebut di Kepulauan Seribu.

"Itu untuk memberikan fasilitas kepada warga di Kepulauan Seribu," kata Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta Maman Achdiyat di Balai Kota, Jakarta, Rabu (12/10/2011).

Gadis Piano, Piano dan Pria Kesepian

Cerpen: M. Nurcholis

Panggung sudah siap. Beberapa ornamen etnik berupa porselen-porselen unik tertata rapi di jajaran rak yang berfungsi sebagai latar belakang panggung. Di sebelah kanan dan kiri, tergolek properti berbentuk buku-buku tebal berwarna hijau dan merah. Bola dunia raksasa yang ditopang oleh kerangka baja berdiri kokoh di sudut kanan panggung, di samping rak yang berisi porselen giok itu. Di langit-langit panggung, digantung layar putih yang berfungsi untuk menampilkan lirik atau partitur lagu yang nantinya akan dipentaskan.


Dan di tengah panggung—ini yang terlihat begitu anggun—sebuah piano elektrik berwarna hitam metalik sedang bersimpuh. Cahaya amber temaram menyinari panggung yang harmoni ini.

10 Oktober 2011

Sajak-sajak Umbu Nababan

Mengejar fajar merdeka
Merayapi malam, dalam jelajah hening Menerawang gulita mencari persembunyian setapak Pada tongkat penyanggah di tabur semangat Menyerapi longsongan batu dari celah celah angin

Suara alam di terjemahkan dari pepohonan pinus Melewati lembah dan menangkap kelopak kesejukan Riuh peluh membasahi lekukan pori pori Membias hingga jejak jejak yang berkulit baru

Sajak-Sajak Matroni el-Moezany

Petani Nasibmu Kini

Kau semakin terpuruk, di diperbudak kapital Nasibmu kini bagaimana kamu
Apakah engkau ikut atau berdiam di kearifan Menjunjung semestamu sendiri Menguak kekayaan diri Lalu menikmati

Bukankah itu yang kita cari?

08 Oktober 2011

Penyair Transtroemer Raih Nobel Sastra 2011

STOCKHOLM

 Penyair Swedia, Tomas Transtroemer (80), yang kerap menyuguhkan karya yang sederhana tetapi berbau mistik tentang alam, sejarah, dan kematian, meraih Hadiah Nobel Sastra 2011 pada Kamis (6/10/2011).   

Transtroemer dianugerahi hadiah bergengsi itu karena mampu menghadirkan gambaran realitas yang "tembus cahaya", ringkas, dan padat. "Dia memberi kita akses segar ke arah realitas," kata juri dari Swedish Academy.   

07 Oktober 2011

Anisa dalam Cerita Roti

Cerpen Joko Nugroho

Anisa menyelinap di antara pepohonan. Menunduk, merangkak. Matanya yang sayu, mengamati sekelilingnya. Saat terdengar langkah kaki, ia berhenti. Kemudian menyusup kembali ketika yang terdengar hanya hembusan napasnya dan cacing yang terus menggeliat di dalam perut. Desauan angin merisau memacu degup jantung untuk berdetak kian kencang tatkala ia  sampai di pintu pagar bagian belakang rumah tersebut.

Anisa mengamati rumah bertingkat dua bercat merah maron itu. Telinganya seksama mendengar segala suara di sekitarnya. Sesekali ia mengamati sekelilingnya untuk memastikan tidak ada orang yang melihat ia bersembunyi di balik bak sampah yang berada di samping pintu pagar bagian belakang rumah milik Abah Ahong. Suara kucing ribut ketika terdengar benda jatuh dari arah belakang rumah itu. Seperti biasa, Anisa langsung mengendap masuk ke pekarangan dan menyelinap mendekati asal suara. Setelah mengusir empat lima ekor kucing, ia bergegas membongkar plastik hitam yang berisi penuh. Wajah gadis belasan tahun itu tersenyum  ketika menemukan dua potong roti.

06 Oktober 2011

Bara Dendam

Cerpen: Endah Raharjo

Selembar kartu nama warna putih tulang tergeletak di atas meja jati bundar berpelitur hitam. Sepasang mata membaca nama yang tertulis di atas kertas itu. Gigi tonggos sedikit mengintip di balik senyum sinis yang terukir di bibir yang terpoles lipstik merah jambu.

“Asistennya menunggu di luar, Mak.” Darto memberi tahu perempuan yang hanya duduk diam memandangi kartu nama yang terbuat dari kertas mahal itu. “Orangnya ada di dalam mobil. Katanya dia perlu bantuan Emak untuk menemukan laptopnya yang dicuri tadi malam. Kalau Emak mau, Emak akan diajak ke kantornya untuk bicara. Dia menyebut ratusan juta.”

Pemakan Suami

Cerpen Teuku Dadek

Wajah yang cantik terkubur oleh kesedihan dan kenestapaan  saat melepas jasad suami ketujuhnya ke pemberangkatan terakhir. Di tengah handai tauladan, Nina mendekap erat putri satu-satunya dari perkawinan suami pertama. Buah hati pelipur lara, tujuh kesedihan sudah ia lewati, tujuh orang suami yang hanya memberikan satu orang anak bagi Nina, semuanya mati mendahului dalam ikatan perkawinan dengan dirinya.


Perasaan malu dan was-was terus melanda. Apakah Tuhan telah menakdirkan dirinya dengan nasib yang begitu malang, teman hidupnya harus mati dalam ikatan nikah dengannya. Tujuh perkawinan dengan tujuh kematian bagaikan badai, terkadang ada keinginan untuk menghabisi dirinya, ada keinginan untuk tetap menjanda agar lelaki yang menjadi suaminya tidak mati dalam rumah perkawinannya.

Exeter, Sepuluh Tahun Kesunyian

Cerpen: M. Nurcholis

Tidak ada yang lebih tabah daripada musim dingin di Exeter. Jalan-jalan aspal tertutup tebalnya salju yang turun hampir seharian. Udara telah tunduk pada kedinginan yang berada dibawah temperatur lima belas derajat Celcius. Pepohonan Ek pun enggan untuk sekedar memperlihatkan pucuk-pucuk daunnya. Mereka berdormansi—beristirahat selama musim salju—membiarkan salju sejenak menyelimuti ranting-ranting mereka. Beberapa orang berjalan menunduk sambil sesekali menyingkirkan salju yang menggunung di depan mereka. Jalanan hampir sepi. Hujan salju dan angin yang beku membuat mereka enggan bepergian. Hanya kehangatan keluarga pada masing-masing rumah yang dapat sedikit mengusir musim dingin yang kian menjepit.

Aku masih menunggumu di Lleyton Café, pinggir Gladstone Road, tak jauh dari Universitas Exeter—sejak satu jam yang lalu. Satu cangkir cokelat panas serta dua potong keik keju telah menemani kebosanan yang kerap datang bersama salju yang turun di luar. Menunggu, adalah hal yang membuat manusia lekas menua, ucapmu pada suatu waktu ketika aku harus datang terlambat menjemputmu di St. Davids Railway Station—sepuluh tahun lalu. Kau menekuk wajahmu, menjatuhkan bibirmu dan diam saja saat aku meminta maaf.

Bara Dendam

Cerpen: Endah Raharjo

Selembar kartu nama warna putih tulang tergeletak di atas meja jati bundar berpelitur hitam. Sepasang mata membaca nama yang tertulis di atas kertas itu. Gigi tonggos sedikit mengintip di balik senyum sinis yang terukir di bibir yang terpoles lipstik merah jambu.

“Asistennya menunggu di luar, Mak.” Darto memberi tahu perempuan yang hanya duduk diam memandangi kartu nama yang terbuat dari kertas mahal itu. “Orangnya ada di dalam mobil. Katanya dia perlu bantuan Emak untuk menemukan laptopnya yang dicuri tadi malam. Kalau Emak mau, Emak akan diajak ke kantornya untuk bicara. Dia menyebut ratusan juta.”

Menghidupkan Nalar Umat Islam

Judul Buku: Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam
Penulis:  Husain Hariyanto
Penerbit: Mizan Publika
Tahun: 1, Juni 2011
Tebal: 376 halaman
Harga:Rp,75.000

Buku ini, hendak mengajak berziarah ke era masa peradaban Islam pada abad 8-14. Di mana perkembangan ilmu pengetahun berkembang pesat. Terutama teori-teori ilmu pengetahuan Islam. Seperti, Ilmu Ulumul Qur’an, Hadis, Fiqh, Ushl Fiqh, Teologi, Filsafat, Sains, dan Tasawuf. Bahkan, hingga kini ilmu-ilmu tersebut masih di jadikan rujukan oleh para ilmuan abad 21.