Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


06 Oktober 2011

Menghidupkan Nalar Umat Islam

Judul Buku: Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam
Penulis:  Husain Hariyanto
Penerbit: Mizan Publika
Tahun: 1, Juni 2011
Tebal: 376 halaman
Harga:Rp,75.000

Buku ini, hendak mengajak berziarah ke era masa peradaban Islam pada abad 8-14. Di mana perkembangan ilmu pengetahun berkembang pesat. Terutama teori-teori ilmu pengetahuan Islam. Seperti, Ilmu Ulumul Qur’an, Hadis, Fiqh, Ushl Fiqh, Teologi, Filsafat, Sains, dan Tasawuf. Bahkan, hingga kini ilmu-ilmu tersebut masih di jadikan rujukan oleh para ilmuan abad 21.


Sebaliknya, umat Islam kini menampakan diri menjadi umat yang masih kurang kreatif dalam mengembangkan berbagai khazanah teori keilmuan yang sudah ada. Harus diakui bahwa orang Barat, cukup kreatif dalam mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Seharusnya, umat Islam mau belajar kepada para kreator peradaban”sarjana muslim” seperti,  as Syafa, al Farabi, Ibn Sina, Jabir b dll. Untuk di jadikan inspirator dan motifator.

Di tengah kondisi kehidupan umat beragama khusunya umat Islam yang sedang di uji dengan berbagai ujian, seperti isu terorisme yang di lemparkan Barat ke dunia Islam. Telah memudarkan rasa persatuan dan kesatuan di internal umat Islam yang cukup dahsyat. Tidak adanya, kesadaran dan kedewasaan dalam mensikapi dengan bijak menjadi bomerang bagi umat Islam sendiri. Yakni, lebih menggunakan otot  ketimbang menggunakan otak menghadapi profokasi Barat.

Buku bertajuk, “Menggali Nalar Saitifik Peradaban Islam” karya Husaien Hariyanto hadir. Penulis, berusaha mengajak kepada pembaca khusunya umat Islam untuk menziarahi masa lalu “peradaban Islam” dengan harapan, umat Islam dapat belajar banyak. Serta timbul spirit kembali dalam mengejar ketertinggalan. Menghidupkan kembali nalar berpikir kritis dan sadar pada nasibnya menjadi sebuah keharusan bagi umat Islam saat ini.

Dalam hal ini, Husain juga mengajak kepada umat Islam untuk menghidupkankan kembali pada tradisi intelektual. Seperti, dengan ilmu filsafat. Melalui Ilmu Filasafat membantu menggugah nalar kesadaran umat Islam dalam menatap masa depannya. Kehadiran buku ini, juga menjadi paradigma bagi kemajuan umat Islam di masa modern. Bahkan,  Mohamad Iqbal yang kita kenal sebagai pemikir Islam kontemporer juga pernah berseru kepada umat Islam, ”terlarang bagi umat Islam menjadi umat pembeo, peniru, yang tak kreatif dan lemah tak berdaya menghadapi gempuran sistem nilai-nilai asing yang menggrogoti keislaman dan kemanusia mereka”(Hal- 6)

Dengan demikian, kini muncul pertayaan apakah umat Islam mau mengejar ketertinggalan dari Barat? Bukankah, faktor kemunduran umat Islam saat ini disebabkan karena kerangka berpikir kritis dan kreatif umat Islam belum terbentuk? Ditambah banyak tokoh dan figur pemimpin umat Islam sibuk mengurusi diri dan kelompoknya sendiri. Buku setebal tiga ratus halaman ini, membongkar rahasia sukses ilmuan Muslim dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Juga membeberkan faktor-faktor yang menjadi pelemah bagi umat Islam.

Menurut anggapan saya, menyimak bongkahan sejarah peradaban Islam masa lalu yang di suguhkan Husain ini. Juga, dapat menemukan perbedaan mendasar antara peradaban Islam dengan peradaban modern yang di bangun Barat sekarang ini. Untuk di jadikan pertimbangan. Sehingga, membangun peradaban modern Islam dapat terwujudkan. Dalam konteks inilah buku ini menjadi penting untuk di baca khusunya oleh umat Islam. Tentunya, menjadi pelajaran yang amat berharga bukan?

Sebagaimana dikatakan, Mulyadhi Katanegara, Guru besar filsafat Islam. Buku ini, “mengungkapkan prestasi-prestasi agung keilmuan Islam dan mendemontrasikan pentingnya etos dan tradisi ilmiah Islam untuk terus di jaga dan dikembangkan di tengah-tengah hegemoni tradisi ilmiah modern yang sekuler”.

Peresensi: Ahmad Faozan, Ketua Himasakti(Himpunan Mahasiswa Keluarga Alumni Tebuireng) Yogyakarta.

 Sumber: Kompas, 5 Oktober 2011

0 komentar:

Posting Komentar