Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pelatihan IT

Pelatihan IT di BLC Kabupaten Sragen

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


07 Oktober 2014

Semangat Baca


Hembusan angin pagi itu
Besitkan memori sepuluh tahun lalu
Saat tubuh ini tak enggan untuk bangkit
Saat kaki ini tak bosan untuk melangkah
Dengan beralaskan niat, berbekal tekad
Dengan tertatih- tatih, terbata- bata
Merangkai huruf menjadi sebuah kata
Ku jalani semua, dengan harapan aku bisa membaca

Empat tahun silam
Saat diri ini begitu giat kunjungi perpustakaan
Tuk cari sepenggal ilmu  pengetahuan
Namun tak hanya pengetahuan yang kucari disana.
Tapi……
ku coba tuk menjadi bagian dari pelopor budaya
Budaya yang selama ini ada, namun tak pernah dianggap sebagai budaya
Yang telah  dikenal oleh anak tk hingga para manula
Yaitu, membaca

Membaca adalah budaya
Membaca adalah perintah dari-Nya
Dengan membaca aku bisa dapatkan ilmu
Dan ilmu adalah sahabat kerja kerasku
Tuk raih cita- cita




Fida’ulmu Fidah


06 Oktober 2014

PERPUSTAKAAN NAFAS ILMU

Bila kau ingin sukses di dunia dengan ilmu
Bila kau ingin sukses di akherat dengan ilmu
Bila kau ingin sukses keduanya juga dengan ilmu
Perpustakaan gudangnya ilmu
Buku demi buku telah kubaca
Ilmu demi ilmu telah kudapat
Ku tak pernah letih ingin jadi orang bahagia
Ku cari ilmu dengan semangat
Semangat pagiku selalu bersinar
Sampai senjapun aku tak gentar
Ayo kawan longgarkan nafas kita
Perpustakaan jadikan tempat baca idola
Mari para pelajar
Prestasi yang tinggi kita kejar
Kita harus punya semboyan
Tiada hari tanpa bacaan

Nama    : Zidni Rahmatika Maulidah
Sekolah : SD Muhammadiyah Birrul Walidain Sragen

Kelas     :  3 A

Wahai Istana Ilmu

Kaulah tempat idamanku
Tempat bersemayamnya buku-buku
Bersamamulah aku menimba ilmu
Mengikuti indahnya peradaban waktu
Wahai perpustakaanku....
Kau lahirkan anak-anakmu
Generasi berjiwa kutu buku
Generasi yang haus akan ilmu
Nian indah decak kagum atas semua jasa- jasamu
Kau ciptakan cakrawala dalam sebuah ruang
Kau nyalakan penerangan di tengah kebodohan
Kau bantu anakmu dalam menciptakan angan
Dengarkanlah wahai perpustakaanku
Dengarkanlah nyanyian bangsamu
Mereka bersorak sorai riang gembira
Mengorbankan semangat budaya baca
Budaya pondasi jembatan cakrawala
jiwa baca para pemuda bangsa
tertanam kokoh dalam benak setiap insan
Jayalah wahai budaya baca
Jayalah wahai generasi cendikia...!!


Fatimah Tri Windrasti

KETIKA MATA TERBUKA

Mereka mencoba mendengar dunia
Tapi apakah mereka semua tidak menyadari?
Bahwa ketika mereka mendengar itu, mereka menutup mata
Dan melewatkan banyak hal yang mungkin tidak datang lagi

Tidakkah mereka menyadari, mereka harus mulai melihat?
Tidak hanya mendengar keindahan dunia
Apakah mereka memang tidak ada minat?
Walau hanya untuk sesaat, membuka mata


Tetapi di mana kami bisa melihat?” mereka bertanya
Apakah di tumpukan kertas yang disebut ‘buku’ itu?
Benarkah memang bisa menampung semuanya?
Apakah semua jawaban ada di situ?”


Dan ketika mereka menyentuhnya, mereka mulai membaca
Mereka mulai mengerti tentang dunia
Juga mengerti tentang manfaatnya
Jika saja mereka lebih cepat mengetahui semuanya


Sekarang sudah tersebar dan ada di setiap sisi
Yang namanya buku itu
Sudah tidak bersembunyi lagi
Dan siap membantu yang keliru


Semua sudah tersiapkan
Tempat menyimpan buku, tempat menyimpan pengetahuan
Orang-orang menyebutnya pepustakaan
Dan harus selalu dilestarikan


Jika saja semuanya lebih cepat
Mungkin sekarang sudah lebih maju
Tetapi tidak pernah ada yang namanya terlambat

Selagi kita masih membaca buku

NAWWAF IZDIHAR ZAHRANI SETIABUDI 
(12 TAHUN) 

Balada Aksara



Merupa pergumulan abjad dalam kata
Tersirat makna di setiap kalimatnya
Tentang aksara.....
Yang telah menepis buta
Serta membuka jendela dunia
Sinar aksara...
Tak akan pudar walau di telan masa

Tentang aksara.....
Sekalipun kau mulai senja
Jangan pernah malas menjamahnya
Sekalipun kau tak lagi muda
Jangan berhenti membelainya
Aksara....

Aksara berbicara
Aksara bercerita
Bahkan ia meronta
Ia meminta untuk kau jamah
Ia berteriak “tolong baca aku! Tolong baca aku!”

Kau bukan tak mendengarnya
Kau juga bukan tak mengetahuinya
Kau hanya selalu memandang sebelah mata
Hah! Untuk apa membaca aksara!
Untuk apa belajar aksara!
Bukankah kalimat itu yang kau ucap?

Berhenti!
Jangan lagi aksara kau sakiti
Jika kau ingin meraih mimpi
Berhenti berlari!
Berhenti menutup diri!
Aksara ingin kau temui!
Aksara ingin kau belai!
Aksara ingin kau membuat janji!
Janji bertemu di istana literasi
Janji memadu kasih di istana literasi

Jangan pernah berhenti
Jangan pernah letih
Membaca,membelai,menjamah aksara
Dalam hangatnya istana literasi
***


Nama          : Arifah Nuri Andini
(SMA N 3 Sragen / XII IPS 2)

JEMBATAN PENA



Sekembali dari Paris rumah terasa asing. Paradoks sebetulnya karena saat berada di negara Napoleon saya justru sangat merindukan rumah. Meski  hanya setahun namun yang terasa seribu tahun. Waktu itu, bayangan istri dan Alif, selalu datang menjelang tidur. Seketika doa-doa pilihan untuk kebaikan mereka meluncur cepat menjawab sesal diriku yang jauh. Tatkala rindu masakan rumah biasanya diusir dengan makanan Kantin KBRI (Kedutaan Indonesia) Paris. Sayang kantong mahasiswa yang terbatas seringkali memaksaku menahannya. “Kerinduan itu sekarang terbayar tapi mengapa terasa asing?”, tuntut batin ini menyerang nalarku. Suara kritis alumni Sorbonne pun membisu. L’hiver, musim salju, seolah datang menyapa Sragen dan membuatku membeku.
Dalam bingung kudatangi si HP teman setia saat di Kota Romantis. Tanpa banyak bertanya, ia membiarkan badannya diobok-obok dari satu folder ke folder lainnya ditemani si Blacky, mouse hitam miliknya. Satu persatu file kisah hidup di Kota Mode Dunia membuka. Tiba-tiba suara sms istri memecah konsentrasi dan saatnya menjemput Alif, jagoan kecilku, pulang penitipan. Rasa penasaran terhadap penyebab rasa asing rumah terpaksa diabaikan sejenak dan saatnya menemani Alif tumbuh dan berkembang.
Berdua dengan alif membuatku semakin asing dengan diri sendiri.  Bukannya bahagia mengasuh anak justru emosiku sangat labil. Alif terlalu banyak bergerak dan capek menjaganya. Ia juga cengeng. Puncaknya saat bersiap ke Masjid untuk Sholat Ashar. Alif kuletakkan di kasur supaya aman. Ternyata, masalahnya bukan jatuh tapi ia ngompol dan mengenai surat keterangan lulus. Sontak kupanggil Mba  Mar dan kusalahkan karena lalai memberi pampers. Ketika itu suaraku menggema, sorot mataku tajam, dan wajahku memerah menghakimi pembantu yang belum genap 17 tahun. Saat palu pemecatan hampir diketok tiba-tiba suara iqomat berkumandang tanda panggilanNya harus disegerakan. Setelah salam, tanpa sadar air mata mengalir lembut membasahi pipi. Sesal kemudian setelah memperturutkan amarah.
Keesokan hari, setelah mengantar Alif ke penitipan, si HP kudekati lagi dan kubawa ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) Sragen  untuk mendapatkan suasana layaknya berada di Bibliotheque lInstitute  de Geographie, perpustakaan fakultas geografi di Sorbonne. Selesai booting, saya dikejutkan dengan notifikasi wifi Perpusda, ‘wow! ada wifi,’ teriak hatiku kegirangan. Langsung kucoba dan email  serta messenger masuk bertubi-tubi dari teman-teman kampus, sahabat PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Prancis, anggota pengajian dekat asrama, kenalan dan Indonesianis. Saya pun larut ngobrol dengan mereka melalui skype dan yahoo messenger layaknya bertemu muka di sudut Kota Paris. Jika dulu aku melakukannya dari sana untuk melepas rindu dengan istri dan anak, kini aktifitas tersebut saya lakukan dari Perpusda untuk chating dengan teman-teman. Saking asyiknya beberapa kali suara ekspresi saya kelepasan tapi orang-orang disekitarku cuek seolah biasa dengan kejadian tersebut. Padahal sempat kawatir diprotes seperti peraturan bibliotheque quartier latin, nama lain perpustakaan fakultas,  yang tidak mentoleransi keributan. Sampai akhirnya seorang petugas perpustakaan menghampiri dan memintaku lebih tenang. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, saya sudahi aktifitas chating dan berganti melihat kondisi perpustakaan lebih rinci.
Puas berkeliling saya harus mengakui secara fisik Perpusda tidak sebanding dengan perpustakaan di Jalan Saint Jacques, tempat aku biasa mencari referensi geografi. Tapi hebatnya dengan fasilitas sederhana Perpusda mampu mendorong masyarakat untuk maju dengan cara mudah. Salah satunya menjadi penghubung komunikasi antar benua seperti pengalaman yang baru saja saya alami. Padahal di fakultas geografi Sorbonne saya harus melakukan banyak prosedur untuk tersambung dengan jaringan wifi. Semangat memudahkan juga yang saya lihat membedakan Perusda Sragen dengan perpusda di daerah lain. Agar masyarakat mudah membaca koleksi buku Perpusda, perpustakaan keliling datang membawa buku tersebut sampai ke pelosok desa. Agar layanan Perpusda mudah dijangkau masyarakat, segera dibangun Perpusda cabang dengan fasilitas selengkap Perpusda pusat.
 


Tidak terasa sudah hampir 4 jam saya berada di Perpusda. Saatnya  sholat dzuhur. Saya tinggalkan Perpusda menuju Baitullah dengan perasaan lega. Perasaan asing karena perubahan lingkungan yang terlalu cepat telah hilang berkat kehadiran sahabat pena di Paris. Perpusda dengan layanan wifi-nya telah menjadi jembatan pena, menghubungkan  saya dengan sahabat-sahabat seperjuangan kuliah. Saatnya mengganti notebook Hewlet Packard (HP) lama dengan yang baru untuk menyambut sahabat pena baru.

 

Nama lengkap : Mohamad Andrian Isnaeni
Akun FB        : Mohamad Andrian Isnaeni
Alamat          : Jl Mendut No. 7, Candi Baru, Plumbungan