Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


07 Juni 2011

Hutan dan Kearifan Kita

  • Oleh Toto Subandriyo
HUTAN tidak saja memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga menjaga kelangsungan hidup di bumi. Hutan adalah tempat hidup dan lumbung lebih dari 80 persen keanekaragaman hayati dunia.  Bukan hanya itu, tidak kurang dari 300 juta orang menjadikan hutan sebagai tempat tinggal serta 1,6 miliar orang menggantungkan hidupnya pada hutan. Hutan juga melindungi 31 persen permukaan bumi.

Akan tetapi, saat ini peran hutan untuk kelangusungan peradaban di bumi tengah diuji. Dunia tengah terancam, bukan karena perang atau terorisme, tetapi oleh fenomena pemanasan global (global warming). Belum lama ini, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah mempublikasikan laporan yang menyebutkan bahwa aktivitas manusia merupakan penyebab utama pemanasan global. Fenomena pemanasan global dipicu oleh meningkatnya konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer hasil dari penggunaan bahan bakar fosil serta konversi hutan menjadi lahan ekonomis. 

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) juga pernah mengingatkan kepada dunia tentang efek-efek terburuk yang ditimbulkan oleh pemanasan global tersebut.  Dilaporkan, akibat dari itu semua, pada tahun-tahun mendatang akan terdapat sekitar 1,1 hingga 3,2 miliar penduduk bumi kesulitan mendapatkan akses air bersih. Sekitar 200 juta hingga 600 juta orang terancam kelaparan.  Tiap tahun ada 2 - 7 juta orang meninggal akibat banjir di kawasan pesisir.  Selain itu berbagai jenis penyakit di wilayah tropis akan menyebar dengan cepat. Untuk itu, PBB menyeru kepada dunia bahwa tanpa aksi kolektif dan adil secara global, tak satu pun negara di dunia yang akan menang dalam perang melawan pemanasan global.

Begitu strategisnya fungsi hutan bagi kehidupan sehingga permasalahan hutan ini menjadi perhatian serius PBB.  Hal itu terlihat dengan ditetapkannya tahun 2011 ini sebagai Tahun Hutan Internasional (International Year of Forest).  Program Lingkungan PBB (UNEP) pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2011 ini juga mengusung tema tentang hutan, yaitu ’’Forest: Nature at Your Service.  Dalam konteks Indonesia, tema peringatan itu diadopsi menjadi ’’Hutan Penyangga Kehidupan’’.

Permisif

Kecenderungan pembangunan yang menitikberatkan pada pembangunan bersifat materi dituding menjadi penyebab utama terjadinya disharmoni dengan alam. Atas nama pembangunan ekonomi, atas nama perang terhadap kemiskinan, atas nama kecukupan pangan, sandang, dan papan, orang menjadi sangat permisif terhadap tindak perusakan hutan dan lingkungan.

 Akibatnya, sebagian besar hutan alami (original forest) menjadi hancur, setengah lahan basah dunia mengering, serta memancarkan begitu banyak gas panas yang menyebabkan pemanasan bumi.  Pendekatan pembangunan yang kita tempuh tersebut telah mengakibatkan laju kepunahan berbagai spesies 1000 kali lipat dari kondisi normal.
Di Indonesia, data Departemen Kehutanan menyebutkan bahwa laju perusakan hutan (deforestasi)  di Indonesia periode 2003-2006 mencapai 1,17 juta hektare per tahun.  Jika merujuk data State of the Worldís Forests 2007 yang dikeluarkan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), angka laju deforestasi di Indonesia periode 2000-2005 mencapai 1,8 juta hektare per tahun.

Dalam situasi seperti sekarang ini, berbicara tentang hutan sama saja dengan berbicara tentang kearifan untuk menyelamatkan kelangsungan hidup di Bumi,  berbicara tentang hidup atau mati.  Pujangga besar Kahlil Gibran pernah mengingatkan, ’’Pepohonan adalah syair yang ditulis oleh bumi kepada langit.  Jika pepohonan tersebut kita tebang untuk dijadikan kertas, maka yang akan kita tulis di atasnya adalah kehampaan kita...’’ 

Tindakan penebangan pohon di hutan dan perusakan lingkungan di daerah tangkapan air mengakibatkan degradasi hutan dan lingkungan. Sebagian besar air hujan terbuang percuma ke laut, erosi juga tak terkendali. Bangsa ini kemudian memanen apa yang telah diperbuat selama bertahun-tahun.  Kerusakan hutan di daerah tangkapan air membuahkan  bencana banjir dan tanah longsor di berbagai daerah di negeri ini, menebarkan penderitaan dan kehampaan akan arti hidup.

Tindakan arif seperti apa yang dapat kita perbuat untuk ikut menjaga kelangsungan hidup umat di bumi?  Semuanya harus dimulai dari hal yang paling sederhana sekalipun, misalnya  menanam vegetasi di setiap jengkal tanah.

Tindakan sederhana juga dapat kita lakukan untuk bersama memerangi pemanasan global. Antara lain selalu menggunakan transportasi umum saat berpergian, memakai kendaraan berbahan bakar gas atau biofuel, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor untuk bepergian jarak dekat. Untuk kehidupan di dalam rumah atau di kantor, mematikan listrik jika tidak digunakan, mengganti bohlam lampu dengan lampu fluorescent, tidak membiarkan pintu kulkas terbuka terlalu lama, mengganti chiller dengan refrigerant non-CFC yang menghemat energi sampai 25%, mematikan monitor komputer bila akan rapat atau makan siang. 

Bangunan rumah/kantor sebaiknya didesain dengan sirkulasi udara yang baik, menggunakan pagar dari tanaman hidup di sekeliling rumah, menanam pohon sebanyak-banyaknya termasuk kebun atap.  Saat berbelanja sedapat mungkin menghindari tas belanja dari plastik, melakukan daur ulang sampah, kertas, dan kaleng bekas, serta membiasakan untuk tidak membakar sampah di pekarangan rumah.  Hingga pada kegiatan yang lebih besar lagi, misalnya pembukaan lahan untuk perkebunan/pertanian tanpa pembakaran. (24)

—Toto Subandriyo, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Tegal, penerima penghargaan Writing Competition ’’Development for Life’’ Kementerian Lingkungan Hidup RI Tahun 2010.

Sumber: Suara Merdeka, 7 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar