Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


04 Maret 2010

LEGENDA SUMUR PREMBEH

Disusun Oleh : Lathifah Riana Sari
Kelas : 8
Sekolah : SMP N 2 TANGEN



Alkisah seorang wali yang bertugas menyebarkan agama Islam di berbagai wilayah Jawa. Dahulu Wali tersebut tengah melewati desa yang belum mengenali agama, mengerti itu pun dia bermukim sementara untuk mengenalkan agama Islam. Dulu ia pernah ditentang oleh warga sekitar karena mereka kira wali tersebut tidak mempunyai keyakinan seperti warga sekitar. Tetapi ia tidak putus asa untuk menyebarkan agama Islam. Ia tetap tegar walaupun di terpa cobaan yang sangat berat. Tetapi, ia yakin Allah tidak akan memberikan cobaan yang melampaui batas kemampuan manusia.

Tahun demi tahun ia jalani dengan penuh rasa sabar dan rasa syukur, di hari yang ia jalani beberapa tahun ia bekerja sebagai seorang petani yang bercocok tanam sayur dan juga kebutuhan dapur lainnya. Setiap hasil panen yang telah ia jual, sebagian untuk kebutuhannya sehari-hari, dan yang sebagainnya lagi ia sedekahkan untuk fakir miskin disekitarnya. Sudah lama ia bermukim di situ ternyata membuahkan hasil juga, banyak juga pengikut ajaran Islam di desa tersebut dan setiap hari Minggu pun ia dan warga sekitar mengadakan pengajian, dan banyak juga yang sekarang meninggalkan ajaran Ki Wisnu. Ki Wisnu terkenal sebagai pimpinan ajaran menyembah berhala, dan otomatis tak banyak lagi orang yang selalu membawakan makanan untuk Ki Wisnu. Semakin hari ki Wisnu kehabisan persediaan makanan. Ia tak sabar lagi, segeralah ia menemui wali tersebut dan ia pun murka. Ia mengeluarkan kesaktian yang telah dipelajarinya. Tetapi Wali tetap sabar menerimanya.

Pada suatu malam, ketika sang Wali sedang berdzikir dangan khusyu’nya. Ki Wisnu berencana menyantet Wali itu. Karena kebesaran sang Kuasa teluh itu tak mempan di tubuh Wali. Tetapi teluh itu terpental dan membalik ke tubuh Ki Wisnu. Akhirnya Ki Wisnu pun menderita sakit. Beberapa pengikut Ki Wisnu bercerita apa yang telah terjadi. Ternyata sakit itu hanya bisa sembuh hanya dengan cara meminta maaf kepada Wali. Pengikut itu pun meminta bantuan Wali untuk mendatangi Ki Wisnu dan memaafkannya.

Selang beberapa hari kemudian sakit Ki Wisnu berangsur-angsur sembuh. Dan itu atas ketulusan hati sang Wali. Pada hari minggu sesaat setelah pengajian selesai, tiba-tiba Wali mengumumkan suatu berita bahwa Wali akan meneruskan perjalanan untuk menyebarkan Agama Islam. Banyak warga yang bersedih karena sang Wali akan pergi. Karena ialah yang mengajari mereka cara berwudhu, sholat, azan dan do’a-do’a lainnya. Sang Wali menitipkan amanah kepada sang pemuda yang telah dipercayainya, dan ia berjanji bahwa akan mengembangkan agamanya sampai anak cucunya mengucapkan syahadat dan sampai ia tiada nanti.

Tetapi sebelum ia meninggalkan desa tersebut Wali meminta petunjuk sang Kuasa. Dan lewat mimpinya ia diberi isyarat untuk meninggalkan sesuatu, berfikir tak punya apa-apa, sang Wali berencana untuk mebuatkan sumur untuk desa tersebut.
Keesokan harinya Wali mulai mencari sumber yang tepat untuk membuat sumur. Mulailah ia bekerja, belum lama ia bekerja air mulai mengalir dari sumber. Wali pun sangat senang, dan karena Wali berjumlah sembilan (songo), wali membuat sumur sebanyak sembilan yang berdekatan. Kehadiran wali memang sungguh sangat memberi manfaat. Dan Wali memberi tanda pada tempat itu dengan batu nisan yang berbentuk Telapak Tangan Wali.

Dan sampai sekarang pun sumur itu dikeramatkan oleh warga sekitar. Sumur itu konon bisa menyembuhkan segala penyakit. Banyak juga yang beranggapan setiap pengantin harus mandi di sumur itu agar umur perkawinan mereka langgeng. Hal itu dijadikan adat sampai sekarang. Belum jelas nama wali tersebut, tapi itu mungkin tak penting untuk di pamerkan dan hanya sang Khalik yang tahu.
Desa Ngablak tak kekurangan air lagi. Untuk mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada wali, setiap pada hari tertentu warga sekitar melakukan kegiatan yang di sebut Kondangan (Bahasa Jawa).

Tetapi, setelah di keramatkan oleh warga sekitar sumur tersebut berubah menjadi angker. Dulu yang semula benar-benar masih berbau agama Islam, tetapi sekarang banyak yang menyalah gunakan tempat tersebut seperti meminta kekayaan. Dan setiap pada malam Jum’at ada beberapa orang yang bersemedi di sumur tersebut. Walaupun begitu sumur itu masih di hormati oleh warga sekitar. Sampai sekarang sumur tersebut di namai sumur Prembeh.

0 komentar:

Posting Komentar