Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


04 Maret 2010

GUNUNG TUGEL

Dahulu kala ada sebuah desa yang bernama desa Babagan, Ndulas, Bonagung. Desa terpencil ini terletak di wilayah Sragen sebelah barat sungai Bengawan Solo. Di desa tadi ada sebuah salah satu keluarga yang hidupnya serba kekurangan, yaitu Pak Joyo Kemis dan istrinya. Pak Joyo Kemis mempunyai anak perempuan kembar satu bermama Monik dan yang satunya lagi bernama Menik.

Pak Joyo Kemis setiap hari pekerjaannya mencari kayu bakar di hutan. Hasilnya dijual dan uangnya diberikan kepada istrinya untuk kebutuhan hidup sehari – hari, ya mesti saja Pak Joyo Kemis tidak bisa menyekolahkan anaknya, tetapi Pak Joyo Kemis tak pernah mengeluh dengan kehidupan yang serba kekurangan itu, semua itu diterimanya dengan hati penuh ikhlas dan senang.

Pada suatu hari Pak Joyo Kemis sekeluarga lagi enak-enaknya duduk – duduk di halaman rumah menggelar tikar sambil makan singkong bakar, lagi tengah asyik menikmati singkong tadi Pak Joyo Kemis berbicara dengan istrinya ibunya menok dan Menik ? ..... Sebetulnya aku punya cerita yang menarik untuk anak-anak. Kedua anaknya mendengar pembicaraan kedua orangtuanya tadi merasa penasaran dan ingin tahu apa sebenarnya yang akan diceritakan oleh bapaknya tadi, terus Menok merengek sambil merangkul Bapaknya dan lagi-lagi Menik minta pangku sambil merayu bapaknya apa dong Pak ceritanya saya ingin tahu. E iya Nak ?

Sebentar dimakan dulu yok singkongnya ...? Terus sambil tiduran Pak Joyo Kemis tadi bercerita dan kedua anakya tadi asyik mendengarkan. Begini ya Nak ? Dahulu kala di desa kita ini yang dinamakan desa Babagan, Ndulas, Bonagung daerah Sragen ini pada umumnya rakyat hidup rukun dan damai. Pada suatu hari datanglah beberapa orang pria yang tinggi besar konon katanya orang itu adalah Poro Wali. Poro Wali tadi datang kesitu ingin menggali bendungan, beberapa haru malam, bolak – balik, mondar – mandir bersama – sama mengusung tanah tadi untuk membuat gunung. Genap sudah empat puluh hari lamanya mereka membuat gunung tadi, terus Menok anak perempuannya tadi menyela cerita bapaknya tadi, terus bagaimana Pak ... ? begini Nak ! Dulu didekat tempat membuat gunung tadi ada rumah kecil yang ditempati oleh seorang janda dan cucu satu-satunya perempuan. Janda tadi bernama Rebi dan cucunya bernama Rebiah. Janda tadi hidupnya sangat miskin.

Pada suatu hari cucunya tadi ingin bermain di hutan dekat situ, sesampai di hutan cucunya tadi melihat banyak sekali anak sebayanya sedang mengembala ternak sambil bermain. Sedang asyiknya bermain dua anak yang sedang berlarian tadi berhenti dan kaget. Melihat dua ekor ular lariangon sedang memadu kasih di atas gunung tadi. Rebiah yang anaknya memang pendiam tiba – tiba bertemu dengan seekor kera yang bernama Hanoman yang memang tempat tinggalnya di Hutan Bonoroto, sebelah utaranya desa tadi, tak lama kemudian Hujan tiba dengan sangat lebatnya dan disertai angin yang sangat kencang. Tentu saja anak – anak tadi kebingungan mencari tempat untuk berteduh dan diantaranya ada dua orang anak sedang masuk di dalam gua, setelah kedua anak tadi masuk tak lama kemudian bibir gua tadi sedikit demi sedikit menutup. Kejadian seperti tadi diketahui oleh Hanoman tadi, hampir tak prcaya si kera tadi, dilihatnya berkali – kali hingga akhirnya si Hanoman tadi habis kesabarannya dan marah dan dia mencari pohon bambu ori dan dilincipi sampai runcing yang akhirnya untuk matoki bibir gua yang menutup tadi e .... e jebul yang dipatoki tadi sebetulnya bibir ular.

Ular yang merasa terusik istirahatnya itu marah dan menggliat – geliatkan tubuhnya hinggta ekornya yang besar tadi dilibaskan ke puncak gunung tadi hingga puncak gunung tadi berhamburan, sebagian keselatan terjadilah desa candi. Setelah itu Hanoman bertapa di gunung Kendalisodo yang tempatnya di lereng Gunung Lawu. Maka gunung yang puncaknya hilang tadi dinamakan Gunung Tugel.

Di wilayah Gunung Tugel tadi ada sendang yang berjumlah dua dan sendang tadi sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat sekitar desa Ndulas, Bonagung untuk mandi, minum dan mencuci setiap harinya.
Maka desa disekitar Gunung Tugel tadi hidupnya aman dan tentram.

0 komentar:

Posting Komentar