Puisi-puisi Fandy Hutari

Kania

Seribu wajah yang berlalu
Berkelebat mengisi sel-sel otakku yang kering
Belalu begitu saja tak berbekas
Pori-poriku yang menganga

Memuncratkan sebuah keinginan untuk bersama
Kania, sebuah nama syahdu yang berarti “wanita”...
Bandung, 23 Januari 2012


Wajah Sendu
Wajah sendu...
Ingat saat bertemu...
Dan, saat itu pula aku mulai merindu...
Wajah sendu..
Kamu seperti benalu...
Melilit hatiku yang sudah lama pilu...
Tapi, sudikah kau untuk bertemu?
Melanjutkan kisah kita dan terus melaju...
Entah...
Bandung, 11 Januari 2011.

00.00
Nyamuk-nyamuk ini menyerbuku, keluar dari kardus yang tersimpan di dalam kamar
Menyedot darah-darahku tanpa ampun
Ada lagi, lolongan anjing jahanam di luar sana                                                                            
Aku tak ingin masturbasi
Aku hanya ingin mendekap aroma tubuhmu yang khas...
Ya, malam ini sayang...
Bandung, 13 Januari 2012

Bukit Bintang
Desember, berlalu
Kita pernah mendaki satu bukit di tengah kota
Bukit yang memancarkan asmara-asmara
Meletup-letupkan rasa ingin bersama, bertemu
Bukit ini saksi
Bintang di sana adalah keabadian
Kamu kedinginan
Aku merasakan itu, sama
Dan, adakah kita bersama bergandeng tangan mengunjungi binang-bintang itu lagi?
Bandung, 2 Januari 2012

Cinta dalam Toilet
Jika, kamu buang cintaku di dalam toilet
Aku akan mengangkatnya kembali
Jangan kau siram itu dengan air kebencian
Lantas, meludahinya begitu saja
Tanpa bekas
Buang, jika kau tak ingin
Bandung, 22 Januari 2012

Fandy Hutari, lahir di Jakarta 17 Agustus 1984. Menamatkan studi terakhir dan meraih gelar Sarjana Sastra dari Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran, Bandung. Menulis buku, cerpen, dan esai. Cerpen dan esainya dimuat di berbagai media cetak dan online, seperti Kompas Jawa Barat, Galamedia, Gong, Mata Jendela, indonesiaseni.com, indonesiaartnews.or.id, Lampug Post dan lain-lain. Sudah menerbitkan tiga buku, yaitu Sandiwara dan Perang; Politisasi Terhadap Aktifitas Sandiwara Modern Masa Jepang (Ombak, 2009), Ingatan Dodol; Sebuah Catatan Konyol (IMU, 2010), Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal; Kumpulan Esai Seni, Budaya, dan Sejarah Indonesia (Insist Press, 2011). E-book gratisnya berjudul Menulis di Media Massa, Why Not?! bisa diunduh di Perpustakaan Online (www.pustaka-ebook.com). Kumpulan cerpennya rencana akan terbit berjudul Manusia dalam Gelas Plastik, oleh Indie Book Corner. Ia juga menulis berbagai judul buku proyek, baik dari penerbit, agen naskah, maupun lembaga pemerintah. Saat ini bekerja sebagai wartawan dan editor di sebuah majalah di Bandung dan masih terus menjadi penulis lepas. Jika malam melarut, penulis membunuh waktu dengan membaca dan menulis di kamar kecil kontrakannya yang terletak di bilangan Sukarajin, Bandung. yang menjadi kantor pribadinya beberapa tahun belakangan ini. Penulis bisa ditemui di rumah mayanya www.fandyhutari17.blogspot.com. E-mail: fandyhutari@yahoo.com. Facebook: Fandy Hutari.

Sumber: Kompas, 31 Januari 2012