Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pelatihan IT

Pelatihan IT di BLC Kabupaten Sragen

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


25 Mei 2010

Mengenang Gesang sang Maestro Keroncong Musikus Akar Rumput Lintas Dunia

Oleh: Aris Setiawan

SIAPA yang tidak kenal Gesang? Maestro musik keroncong yang namanya begitu membahana ke penjuru dunia lewat lagu ciptaannya, Bengawan Solo. Kini, dia telah berpulang selamanya ke sisi Tuhan Yang Mahaesa (20/5/2010). Sebelumnya, Gesang dirawat di RS PKU Muhammadiyah, Solo, karena penyakit lemah jantung dan komplikasi lain yang dideranya. Sontak, semua mata tertuju kepada dia. Duka cita tidak hanya datang dari masyarakat dan seniman di Indonesia, namun juga dari Jepang.

Lembaga Pemantau Plagiarisme?

PLAGIARISME dan komunitas akademik yang sekarat sebetulnya adalah persoalan yang sudah usang dibicarakan, keprihatinan yang sudah endemis, tapi sampai sekarang kita tidak bisa juga mencarikan jawaban untuk mengobatinya. Belum lagi jika kita juga digelisahkan oleh makin banyaknya para akademisi yang lebih silau dunia politik praktis. Apakah itu berarti tengah terjadi disorientasi tradisi di masyarakat keilmiahan Indonesia?

Pada 2002 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan sebuah diskusi bertema Etika Keilmuan, Seberapa Perlu Seberapa Menentukan. Pertemuan di LIPI itu merekomendasikan dibentuknya semacam Komite Etika Ilmu Pengetahuan, dengan penekanan kerja untuk mengawasi pemberlakuan metode ilmiah pada semua jenis penelitian di Indonesia. Pertemuan yang mungkin dimaksudkan untuk mencermati kondisi yang mengenaskan dari mengikisnya tradisi ilmiah itu lebih mengeksplorasi detail pembicaraan pada kasus maraknya penjiplakan karya orang lain (plagiarisme) di kalangan masyarakat ilmiah Indonesia (kasus plagiarisme ini ternyata juga terjadi di tubuh LIPI).

24 Mei 2010

Memetik Pengalaman dari Konflik Politik



Oleh : Binhad Nurrohmat



KEKUASAAN dan sengketa politik serupa dua sisi sekeping koin. Tamsil itu bukan kenyataan kekuasaan ideal, tapi demikian realitas yang terjadi. Bahkan, tikai politik dianggap identik dengan kekuasaan. Tiada kekuasaan tanpa ketegangan politik dan tak ada konflik politik tanpa tujuan kekuasaan.

Sengketa politik merupakan pengalaman yang memberikan pelajaran nyata. Kadar mutu pelajaran yang diperoleh dari pengalaman itu bergantung pada sejauh mana mendalami dan memahaminya.

Buku ini mengelola pengalaman itu secara ketat-kritis melalui alat-alat teoretis-akademis sehingga keilmiahannya bisa dipertanggungjawabkan dan bisa diuji bersama. Buku ini berisi uraian cerita dan analisis teoretis tiga sengketa politik pada masa kekuasaan negara Orde Baru: Malari (1974), Petisi 50 (1980), dan Peristiwa Tanjung Priok (1984).

20 Mei 2010

LOMBA FOTO PENDIDIKAN 2010

Jakarta --- Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) mengadakan Lomba Foto Pendidikan bagi Masyarakat Umum, Pelajar/Mahasiswa dan Wartawan, sebagai rangkaian dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2010, Rabu (19/5).

Adapun tema Lomba Foto sejalan dengan tema Hardiknas 2010, yaitu: "Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa". Karya foto dikirim melalui email: lombafoto.pih@gmail.com paling lambat tanggal 20 Juli 2010.

LOMBA ARTIKEL PENDIDIKAN 2010

Pusat Informasi dan Humas, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), dalam hal ini akan menyelenggarakan Lomba Penulisan Artikel Pendidikan, sebagai rangkaian dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2010.

Lomba Penulisan Artikel Pendidikan kali ini bertemakan "Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa" yang sejalan dengan tema Hari Pendidikan Nasional 2010.

19 Mei 2010

SNI PERPUSTAKAAN KHUSUS INSTANSI PEMERINTAH

SNI 7496:2009, Perpustakaan Khusus instansi pemerintah dimaksudkan untuk menetapkan pengaturan manajemen perpustakaan yang berlaku pada perpustakaan khusus instansi pemerintah.

SNI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

SNI 7330:2009, Perpustakaan Perguruan Tinggi dimaksudkan untuk menyediakan acuan tentang manajemen perpustakaan yang berlaku pada perpustakaan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik dan perguruan tinggi lainnya yang sederajat.

SNI PERPUSTAKAAN UMUM

SNI 7495:2009, Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota dimaksudkan untuk menetapkan pengaturan manajemen perpustakaan yang berlaku pada perpustakaan umum yang berada di Kabupaten dan kota.

DATA JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN SRAGEN JANUARI 2010

Sragen merupakan kabupaten yang terletak di Jawa Tengah. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, dan di sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

18 Mei 2010

Bibel, Qur' an dan Sains Modern

Oleh : Prof. Dr. H.M. Rasyidi

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Pengarang : Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Pada bulan Maret 1977 saya mendapat kesempatan untuk menghadiri konferensi internasional Islam-Kristen di kota Cordoba di Spanyol. Bepergian saya tersebut sangat berfaedah, karena memberi gambaran kepada saya tentang masa gemilang umat Islam di negeri Spanyol. Masjid Kurtubah yang sudah berusia 12 abad (didirikan 786) itu masih berdiri dengan megahnya, wulaupun sudah tidak dipakai untuk sembahyang dan di dalamnya didirikan sebuah Katedral.

Menyambut Hari Buku Nasional 17 Mei 2010 Nasib Buruk Penulis (Buku)

Oleh Muhammad Safrodin*

HARI Buku Nasional yang diperingati setiap 17 Mei patut menjadi renungan bersama, betapa penulis buku adalah profesi yang tak menguntungkan (secara finansial). Meski ditilik dari segi idealisme, penulis buku diibaratkan pengikat ilmu, penguri-uri pengetahuan, pengabadi kisah sejati, dan sebagainya. Akan tetapi, profesi itu lebih menjadi semacam "kutukan".

10 Mei 2010

Ujian Nasional dan Minat Baca

* Oleh Agus M Irkham

Sebab utama mengapa nilai mapel bahasa Indonesia jeblok adalah karena rendahnya kemampuan logika dan pemahaman para siswa terhadap teks bacaan

HASIL ujian nasional (UN) 2010 untuk SMA telah diumumkan. Ada banyak kegembiraan lantaran lulus. Tapi ada juga kabar sedih karena gagal. Nilai yang diperoleh di bawah standar minimal kelulusan. Akibatnya, tidak bisa ditawar lagi: harus mengulang.

Indonesia Membatik, Maka Indonesia Ada !*

Oleh : Romi Febriyanto Saputro**


A. Pendahuluan

Batik merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), batik merupakan suatu seni tradisional asli Indonesia dalam menghias kain dan bahan lain, dengan motif hiasan dan pewarna khusus. Batik juga diartikan kain mori yang digambari dan diproses secara tradisional, untuk dikenakan sebagai pakaian bawah oleh banyak suku-suku di Pulau Jawa. Istilah yang umum dipakai adalah kain batik.

Plagiarisme dan Komunitas Akademik yang Sekarat

Oleh M. Mushthafa


Saat berdiskusi tentang penulisan tesis di program saya dengan pembimbing dan teman sekelas, ada satu gagasan yang menarik buat saya dan mengingatkan saya pada kasus plagiarisme di Indonesia. Dijelaskan bahwa salah satu tujuan penting menulis tesis atau karya akademik lain adalah mematangkan diri dan berproses menyatu dalam komunitas akademik.

Saya berpikir bahwa bisa jadi fenomena plagiarisme dan hal serupa (ijazah atau sertifikat palsu dan semacamnya) terjadi karena sebenarnya komunitas akademik di negeri kita sedang sekarat.

Komunitas akademik pada dasarnya merupakan tempat untuk berbagi pengetahuan ilmiah. Perkembangan ilmu itu sendiri terjadi dalam serangkaian proses dialogis dari berbagai ruang dan waktu yang berbeda dan terutama berlangsung melalui media tulisan. Tulisan yang bisa disebut karya ilmiah itu muncul beriringan, saling dukung, saling kritik, menggali, menguatkan, mempertanyakan, menyempurnakan, menindaklanjuti, dan seterusnya sehingga membentuk suatu akumulasi capaian pengetahuan dan ilmu tertentu.

Seseorang yang sedang menulis karya ilmiah sebenarnya sedang berusaha berkomunikasi dengan komunitas ilmiah lebih luas. Dengan media tulisan dan dukungan teknologi yang semakin canggih, proses diskursif itu berlangsung secara cukup kaya dan intens, melintasi berbagai tempat dan disiplin ilmu.

Akan tetapi, jika yang terjadi adalah plagiarisme, tentu saja proses komunikasi itu menjadi bermasalah. Salah satu masalah mendasar yang selama ini sudah cukup banyak disorot adalah problem etis. Kejujuran, tanggung jawab, penghormatan kepada orang lain jelas-jelas ternoda dalam kasus plagiarisme.

Lebih dari sekadar problem etis, plagiarisme di negeri kita, bagi saya, terutama juga merupakan pertanda bahwa komunitas akademik kita sebenarnya tengah sekarat. Sebagian komunikasi ilmiah yang terjadi di antara orang-orang yang berada di titik-titik komunitas ilmiah itu mungkin bersifat semu. Disebut semu karena aktivitas utama komunitas akademik, yakni pemelajaran, sulit ditemukan di situ. Yang ada mungkin hanyalah semacam formalitas yang kering, dangkal, dan bersifat instrumental.

Dalam komunitas akademik yang sekarat, sebagian orang berkarya cenderung tidak didorong semangat belajar, hasrat untuk menggali, dan maksud untuk berbagi. Mereka relatif hanya digerakkan dorongan periferal, seperti untuk kenaikan pangkat dan jabatan, prestise, materi, dan semacamnya.

Beberapa karya (kebanyakan?) dalam jurnal-jurnal ilmiah di tanah air mungkin tak jauh dari motif semacam itu. Mereka tak mencerminkan dialog dan interaksi akademik yang hidup, tapi berada dalam konteks ''dalam rangka'' yang tak substantif.

Sekaratnya semangat komunitas akademik tersebut bisa dikembalikan pada problem moral sebagaimana orang membaca kasus plagiarisme. Meski demikian, problem moral itu mungkin juga berakar pada kondisi objektif yang terbentuk sedemikian rupa dalam sebuah proses historis yang bisa jadi relatif panjang.

Jika kita berasumsi bahwa komunitas akademik ini mulai tumbuh, terutama melalui institusi perguruan tinggi (kampus) dan atau lembaga serupa, dapat dikatakan bahwa Orde Baru menjadi titik awal yang cukup penting dicermati. Penelitian Daniel Dhakidae (2003) menunjukkan bahwa pada masa Orde Baru sulit sekali ditemukan kelompok ''cendekiawan bebas'' karena mereka berhadapan dengan aparat ideologis dan represif negara yang kuat dan totaliter. Organisasi profesional kaum cendekiawan kehilangan otonominya dan hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan negara.

Situasi semacam itulah yang terjadi dalam kurun waktu cukup panjang dan melalui proses rekayasa sosial-politik-kebudayaan canggih, yang pada gilirannya menyuburkan mental instrumental pada insan-insan komunitas ilmiah atau cendekiawan itu.

Saat ini Orde Reformasi relatif menyediakan ruang yang lebih bebas bagi kaum cendekiawan untuk menghidupkan kembali kredo akademiknya, termasuk dukungan objektif berupa kebijakan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran pendidikan dan penelitian. Meski demikian, godaan kekuasaan dan pragmatisme (mentalitas menerabas, dalam istilah Koentjaraningrat) masih terus membayang dan hadir dalam beragam rupa.

Demikianlah, plagiarisme sebenarnya tak hanya memberi kita pekerjaan rumah yang sederhana. Tidak sekadar menghentikan praktik yang tak menghormati karya dan kreativitas orang lain. Lebih dari itu, plagiarisme mendorong kita untuk segera membenahi komunitas akademik kita yang sekarat.

Dalam dinamika komunitas akademik, kredo dalam berkreasi harus terus diteguhkan. Saat ini, sepertinya tak mudah menjadi sosok ilmuwan atau akademisi ideal di tengah iklim yang tak sehat, kecuali mereka tergerak oleh panggilan visi pribadi yang kuat dan bermental tangguh.

Di titik itulah tugas kita bersama untuk menyediakan ruang yang lebih baik bagi perbaikan lingkungan ilmiah (akademik) menjadi semakin mengemuka. Tujuan akhirnya, kaum cendekiawan dan para ilmuwan itu bisa terpanggil untuk konsisten melakukan berbagai hal demi perbaikan peradaban dan masyarakat. (*)

*) M. Mushthafa, mahasiswa program Erasmus Mundus Masters Course in Applied Ethics NTNU Trondheim, Norwegia
Sumber www.jawapos.co.id