Lomba karya tulis sejarah sebagai rangkaian dari acara Pekan Nasional Cinta Sejarah (PENTAS) digelar di auditorium Ali Bungasaw, Universitas Tadulako, Palu, Jumat (16/9/2011). Lomba karya tulis bertema "Aktualisari Nilai-nilai Nasionalisme dalam Perspektif Sejarah" ini diikuti oleh 6 finalis.
Masing-masing Afif Rizqon (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga), Heslin Kbarek (Universitas Cenderawasih), Jefrianto (Universitas Tadulako), Allan Akbar (Universitas Indonesia), Maemar Chadavid (Universitas Paramadina) dan Rindha Deviana (Universitas Brawijaya).
Amurwani Dwi Lestariningsih dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, menjelaskan bahwa lomba ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta untuk menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk lisan. Namun, diharapkan melalui lomba ini dapat menjadi wadah dan menampung minat belajar mahasiswa terhadap sejarah yang masih sangat minim dan ditujukan tidak hanya kepada mahasiswa sejarah tetapi berlaku untuk semua jurusan.
"Lomba ini dijadikan sebagai wadah yang dapat menampung minat belajar mahasiswa terhadap sejarah yang saat ini masih sangat minim, dan juga ini tidak hanya ditujukan untuk mahasiswa sejarah saja tetapi untuk semua fakultas dan jurusan," terangnya.
Ia juga menambahkan bahwa perlu adanya pembentukan karakter bangsa dengan mempelajari, mengetahui, dan mengaktualisasikan nilai nasionalisme dalam perspektif sejarah, sehingga dapat menjadi tameng bagi mahasiswa saat ini yang cenderung berfikir dan menganut ke arah budaya pop yang secara bebas keluar masuk.
"Pembentukan karakter bangsa dengan mempelajari, mengetahui dan mengaktualisasikan nilai nasionalisme dalam perspektif sejarah dapat menjadi tameng bagi mahasiswa dan masyarakat secara umum guna menangkis budaya pop yang secara bebas keluar masuk ke bangsa ini," jelasnya.
Pentingnya peran sejarah juga diungkapkan oleh salah satu finalis, Rindha Deviana dari Universitas Brawijaya, Malang. Diharapkan pemerintah dapat menerapkan metode sejarah secara dua arah, selama ini murid seperti hanya mendengarkan atau diberikan dongeng oleh guru. Menurutnya salah satunya caranya adalah pembelajaran sejarah lewat film-film tentang kesejarahan misal film tentang Sang Pencerah, dan Darah Garuda.
"Seharusnya pemerintah lebih pro aktif dalam menerapkan metode pembelajaran sejarah, selama ini metode yang diterapkan hanya metode satu arah, kita hanya seperti mendengarkan dongeng saja, sebaiknya perlu diterapkan metode dua arah dengan mengajak siswa,mahasiswa hingga masyarakat untuk mengenal sejaral misalnya dengan adanya film sejarah seperti film Sang Pencerah atau Darah Garuda," ujarnya.
Sumber: Kompas, 16 September 2011
17 September 2011
PENTAS Gelar Lomba Karya Tulis Sejarah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar