Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pelatihan IT

Pelatihan IT di BLC Kabupaten Sragen

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


18 Mei 2010

Menyambut Hari Buku Nasional 17 Mei 2010 Nasib Buruk Penulis (Buku)

Oleh Muhammad Safrodin*

HARI Buku Nasional yang diperingati setiap 17 Mei patut menjadi renungan bersama, betapa penulis buku adalah profesi yang tak menguntungkan (secara finansial). Meski ditilik dari segi idealisme, penulis buku diibaratkan pengikat ilmu, penguri-uri pengetahuan, pengabadi kisah sejati, dan sebagainya. Akan tetapi, profesi itu lebih menjadi semacam "kutukan".

10 Mei 2010

Ujian Nasional dan Minat Baca

* Oleh Agus M Irkham

Sebab utama mengapa nilai mapel bahasa Indonesia jeblok adalah karena rendahnya kemampuan logika dan pemahaman para siswa terhadap teks bacaan

HASIL ujian nasional (UN) 2010 untuk SMA telah diumumkan. Ada banyak kegembiraan lantaran lulus. Tapi ada juga kabar sedih karena gagal. Nilai yang diperoleh di bawah standar minimal kelulusan. Akibatnya, tidak bisa ditawar lagi: harus mengulang.

Indonesia Membatik, Maka Indonesia Ada !*

Oleh : Romi Febriyanto Saputro**


A. Pendahuluan

Batik merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), batik merupakan suatu seni tradisional asli Indonesia dalam menghias kain dan bahan lain, dengan motif hiasan dan pewarna khusus. Batik juga diartikan kain mori yang digambari dan diproses secara tradisional, untuk dikenakan sebagai pakaian bawah oleh banyak suku-suku di Pulau Jawa. Istilah yang umum dipakai adalah kain batik.

Plagiarisme dan Komunitas Akademik yang Sekarat

Oleh M. Mushthafa


Saat berdiskusi tentang penulisan tesis di program saya dengan pembimbing dan teman sekelas, ada satu gagasan yang menarik buat saya dan mengingatkan saya pada kasus plagiarisme di Indonesia. Dijelaskan bahwa salah satu tujuan penting menulis tesis atau karya akademik lain adalah mematangkan diri dan berproses menyatu dalam komunitas akademik.

Saya berpikir bahwa bisa jadi fenomena plagiarisme dan hal serupa (ijazah atau sertifikat palsu dan semacamnya) terjadi karena sebenarnya komunitas akademik di negeri kita sedang sekarat.

Komunitas akademik pada dasarnya merupakan tempat untuk berbagi pengetahuan ilmiah. Perkembangan ilmu itu sendiri terjadi dalam serangkaian proses dialogis dari berbagai ruang dan waktu yang berbeda dan terutama berlangsung melalui media tulisan. Tulisan yang bisa disebut karya ilmiah itu muncul beriringan, saling dukung, saling kritik, menggali, menguatkan, mempertanyakan, menyempurnakan, menindaklanjuti, dan seterusnya sehingga membentuk suatu akumulasi capaian pengetahuan dan ilmu tertentu.

Seseorang yang sedang menulis karya ilmiah sebenarnya sedang berusaha berkomunikasi dengan komunitas ilmiah lebih luas. Dengan media tulisan dan dukungan teknologi yang semakin canggih, proses diskursif itu berlangsung secara cukup kaya dan intens, melintasi berbagai tempat dan disiplin ilmu.

Akan tetapi, jika yang terjadi adalah plagiarisme, tentu saja proses komunikasi itu menjadi bermasalah. Salah satu masalah mendasar yang selama ini sudah cukup banyak disorot adalah problem etis. Kejujuran, tanggung jawab, penghormatan kepada orang lain jelas-jelas ternoda dalam kasus plagiarisme.

Lebih dari sekadar problem etis, plagiarisme di negeri kita, bagi saya, terutama juga merupakan pertanda bahwa komunitas akademik kita sebenarnya tengah sekarat. Sebagian komunikasi ilmiah yang terjadi di antara orang-orang yang berada di titik-titik komunitas ilmiah itu mungkin bersifat semu. Disebut semu karena aktivitas utama komunitas akademik, yakni pemelajaran, sulit ditemukan di situ. Yang ada mungkin hanyalah semacam formalitas yang kering, dangkal, dan bersifat instrumental.

Dalam komunitas akademik yang sekarat, sebagian orang berkarya cenderung tidak didorong semangat belajar, hasrat untuk menggali, dan maksud untuk berbagi. Mereka relatif hanya digerakkan dorongan periferal, seperti untuk kenaikan pangkat dan jabatan, prestise, materi, dan semacamnya.

Beberapa karya (kebanyakan?) dalam jurnal-jurnal ilmiah di tanah air mungkin tak jauh dari motif semacam itu. Mereka tak mencerminkan dialog dan interaksi akademik yang hidup, tapi berada dalam konteks ''dalam rangka'' yang tak substantif.

Sekaratnya semangat komunitas akademik tersebut bisa dikembalikan pada problem moral sebagaimana orang membaca kasus plagiarisme. Meski demikian, problem moral itu mungkin juga berakar pada kondisi objektif yang terbentuk sedemikian rupa dalam sebuah proses historis yang bisa jadi relatif panjang.

Jika kita berasumsi bahwa komunitas akademik ini mulai tumbuh, terutama melalui institusi perguruan tinggi (kampus) dan atau lembaga serupa, dapat dikatakan bahwa Orde Baru menjadi titik awal yang cukup penting dicermati. Penelitian Daniel Dhakidae (2003) menunjukkan bahwa pada masa Orde Baru sulit sekali ditemukan kelompok ''cendekiawan bebas'' karena mereka berhadapan dengan aparat ideologis dan represif negara yang kuat dan totaliter. Organisasi profesional kaum cendekiawan kehilangan otonominya dan hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan negara.

Situasi semacam itulah yang terjadi dalam kurun waktu cukup panjang dan melalui proses rekayasa sosial-politik-kebudayaan canggih, yang pada gilirannya menyuburkan mental instrumental pada insan-insan komunitas ilmiah atau cendekiawan itu.

Saat ini Orde Reformasi relatif menyediakan ruang yang lebih bebas bagi kaum cendekiawan untuk menghidupkan kembali kredo akademiknya, termasuk dukungan objektif berupa kebijakan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran pendidikan dan penelitian. Meski demikian, godaan kekuasaan dan pragmatisme (mentalitas menerabas, dalam istilah Koentjaraningrat) masih terus membayang dan hadir dalam beragam rupa.

Demikianlah, plagiarisme sebenarnya tak hanya memberi kita pekerjaan rumah yang sederhana. Tidak sekadar menghentikan praktik yang tak menghormati karya dan kreativitas orang lain. Lebih dari itu, plagiarisme mendorong kita untuk segera membenahi komunitas akademik kita yang sekarat.

Dalam dinamika komunitas akademik, kredo dalam berkreasi harus terus diteguhkan. Saat ini, sepertinya tak mudah menjadi sosok ilmuwan atau akademisi ideal di tengah iklim yang tak sehat, kecuali mereka tergerak oleh panggilan visi pribadi yang kuat dan bermental tangguh.

Di titik itulah tugas kita bersama untuk menyediakan ruang yang lebih baik bagi perbaikan lingkungan ilmiah (akademik) menjadi semakin mengemuka. Tujuan akhirnya, kaum cendekiawan dan para ilmuwan itu bisa terpanggil untuk konsisten melakukan berbagai hal demi perbaikan peradaban dan masyarakat. (*)

*) M. Mushthafa, mahasiswa program Erasmus Mundus Masters Course in Applied Ethics NTNU Trondheim, Norwegia
Sumber www.jawapos.co.id

Cowboys in Paradise

Oleh : Saiful Amin Ghofur

JEAN Couteau sewaktu berkunjung ke Bali sempat geleng-geleng kepala. Couteau mendaraskan kekaguman anomalis ketika melihat seorang pemuda membeli bensin. Saat membayar, pemuda itu bukannya merogoh saku, tapi justru membuka ritsleting dan menarik lembaran uang dari dalamnya. Kala ditanya, dia menjawab seraya mengarahkan jemari telunjuknya: dari sinilah uang meruyak tak kurang-kurang.

Jadi Guru yang Menginspirasi Siswa

Oleh : N. Mursidi

DUNIA pendidikan kita kembali dirundung duka. Hasil pengumuman ujian nasional (unas) Senin lalu (26/4) benar-benar mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, jumlah siswa yang tidak lulus meningkat drastis. Pada unas SMA (dan sederajat) 2010, yang lulus hanya 89,88 persen. Sedangkan angka kelulusan unas 2009 mencapai 94,85 persen. Sebanyak 154.079 di antara 1.522.162 siswa peserta unas harus mengikuti unas ulang pada 10-14 Mei mendatang. Siapa yang patut disalahkan dalam kasus ini?

08 Mei 2010

Perjuangan Jadi Single Parent


Oleh : Lailiyatis Sa'adah

Situasi puncak dalam kehidupan yang berujung kebahagiaan menjadi dambaan setiap insan. Namun, sebaliknya, ketika dalam situasi paling rendah, yang berwujud dalam rupa-rupa kesedihan dan musibah menerpa, tak banyak yang mampu menyikapinya dengan tegar dan sabar. Maka, tidak jarang, keputusasaan yang berakhir duka (sebut saja seperti bunuh diri) seringkali ditempuh oleh mereka yang tak tahan memikul beban nasib tersebut.

Padahal, sebagai manusia berakal, mestinya sadar diri bahwa bahagia, sedih, senang, adalah bumbu-bumbu kehidupan yang datang silih berganti. Lalu, mengapa banyak di antara kita enggan menikmati situasi hidup serba-kesulitan?

Buku ini, memberikan teladan mulia untuk dijadikan refleksi bersama, yang di dalamnya, berisi uraian-uraian pengalaman hidup penuh terjal yang dialami seorang ibu rumah tangga, yang tak lain adalah penulis buku ini sendiri, Emmy Kuswandari.

06 Mei 2010

Anugerah Telkomsel bagi Jurnalis dan Mahasiswa Indonesia

Sepanjang 15 tahun usianya, Telkomsel bangga dapat melayani dan menyatukan bangsa Indonesia melalui jaringan terluas dan kualitas terbaik hingga wilayah terpencil, menjangkau 95 persen populasi di tanah air. Selama 15 tahun itu pula, Telkomsel tak pernah berhenti melahirkan berbagai inovasi kreatif di bidang teknologi telekomunikasi selular dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, seperti implementasi teknologi 3G dan Long Term Evolution (LTE) pertama di Indonesia.

2.597 Anak Kunjungi Layanan Khusus Anak Kantor Perpustakaan Daerah Kab. Sragen

Sejak dibuka pertama kali tanggal 22 Maret 2010 sampai dengan tanggal 5 Mei 2010 Layanan Khusus Anak Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen yang terletak di JL. Raya Sukowati No. 15 D, sudah dikunjungi 2.597 anak-anak dari 75 TK di Kecamatan Sragen Kota dan Sambungmacan.

05 Mei 2010

Menata Biaya Pendidikan Tinggi

Oleh: Nur Syam

MENJELANG tahun ajaran baru seperti saat ini, ada dua kegelisahan para orang tua tentang pendidikan putra-putrinya. Pertama, apakah putra-putrinya bisa masuk pendidikan tinggi negeri (PTN) melalui jalur SNM PTN. Kedua, jika tidak, apakah mampu membayar biaya pendidikan tinggi yang dinilai mahal oleh banyak kalangan.

04 Mei 2010

Refleksi Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010 Guru Kunci Pendidikan

Oleh Ki Supriyoko

SIAPA pun akan sependapat bahwa kinerja pendidikan nasional kita masih jauh dari optimal. Kedisiplinan yang rendah, ketenggangrasaan yang meluntur, keramahan yang menipis, kepekertian yang memudar, keteladanan yang menghilang, dan prestasi belajar yang rendah merupakan aspek yang mudah diamati atas ketidakoptimalan kinerja pendidikan nasional kita tersebut.

Memilih Buku Bergizi untuk Anak





Buku bergizi berbeda dengan buku yang menarik. Sekedar menarik saja tidak cukup sebagai alasan untuk memilih buat anak kita

oleh Mohammad Fauzil Adhim*


Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Begitu judul salah satu buku kesukaan anak saya –yang sekarang sudah tidak berbentuk lagi. Buku itu saya beli sewaktu jalan-jalan dengan anak saya yang ketiga, Muhammad Hibatillah Hasanin. Di rumah, kami memang biasa menjadikan toko buku sebagai tempat jalan-jalan, tujuan rekreasi, dan sekaligus sebagai hadiah terindah bagi anak-anak. Meskipun kadang saya harus belajar menahan diri untuk tidak membeli setiap buku yang menarik, tetapi toko buku tetap menjadi tempat rekreasi terindah.

Menegaskan Kredo Perubahan Korporasi




Oleh : J Sumardianta

Cameron R. Hume, duta besar AS untuk Indonesia, melayangkan surat untuk Dr Prawiro Purnomo, CEO Blue Bird Group (BBG). Suatu malam, saat menumpang taksi Blue Bird, dompet anak perempuannya tertinggal. Dompet itu dikembalikan Achmad Aminudin, sang sopir, ke Kantor Kedutaan Besar AS. Pak Dubes memuji taksi Blue Bird karena kejujuran dan integritas pengemudinya. Dalam suratnya, Dubes menganjurkan para stafnya agar memilih Blue Bird setiap kali menumpang taksi. Blue Bird mengembangkan muscle memory (memori otot) keramahan dan kejujuran kepada pelanggan.

PT Wijaya Karya Tbk. (Wika), kontraktor Jembatan Barelang, penghubung Pulau Batam-Rempang-Galang; Jembatan Suramadu; jalan tol Cipularang-Purbaleunyi; dan jalan tol East West Motor Way Aljazair, pada mulanya pemborong instalatur listrik. Wika masyhur sebagai pembuat beton pracetak (tiang listrik, alas rel kereta api, tiang pancang, dan jalan layang). Wika sedang mengembangkan usaha untuk menjadi integrated and sustainable company di bidang infrastruktur dan energi. Wika memobilisasi intangibles mulai dari utak-atik mesin menjadi keprigelan mencetak beton sampai pembangkit listrik.

03 Mei 2010

Menulis; Mendidik Otak dan Tangan

Oleh : Ahmad Taufiq


BAGAIMANA cara mendidik hati, otak, dan tangan (HOT) -istilah lain untuk menulis- yang baik? Apakah ''dipaksa'' alias by design atau dibiarkan mengalir, natural. Rasanya, pertanyaan ini cukup sulit dijawab. Sebab, masing-masing mempunyai kelebihan. Tapi, menurut Arswendo Atmowiloto - budayawan yang ketika memimpin sebuah tabloid bilang bahwa menulis itu gampang- jangan dipaksa dan biarkan mengalir apa adanya.