Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


05 Desember 2009

“ KYAI AGENG SRAGEN”

Pada zaman dahulu kala Kerajaan Mataram di Kartasura mengalami kegemparan. Raden Mas Garedi, putra Pangeran Tepasana menentang kebijaksanaan para narapraja Mataram yang dekat dengan para Kompeni Belanda. Dalam usahanya itu Raden Mas Garendi mendapatkan dukungan dari orang – orang Cina yang ada di Kartasura serta beberapa orang Pangeran dan Abdi Dalem Narapraja Mataram.
“Hai, Tumenggung Alap-alap apa yang telah terjadi pada para narapraja di Kartasura ?” sabda Kanjeng Sunan mengawali pembincaraan.
“Ampun Gusti, hamba mendengar kabar, bahwa ananda Raden Mas Garendi melakukan pemberontakan menentang Tuan Kompeni.
“ Wee hehe..Bila demikian keadaannya, yang repot saya. Hai Alap-alap. Mana yang harus saya dukung? Bila memihak Kompeni, kasihan si Garendi. Tetapi bila saya memihak si Garendi, berarti saya harus menentang Kompeni. Alap-alap, apa yang harus saya lakukan?”
“Ampun Gusti, ananda Garendi menetang Tuan Kompeni, itu merupakan usaha untuk menegakkan Kerajaan Mataram.”, sembah Tumenggung Alap-alap.
“Oooo ……Alap-alap, sadarlah keadaanmu, keadaan kita sekarang ini! Mampukah kita melawan kekuatan kompeni?” Kompeni memiliki senapan dan meriam. Sedangkan kita … orang jawa, hanya memiliki senjata tombak, keris, pedang, dan sejenisnya. Saya tidak berani menentang kompeni. “
Mendengar sabda Kangjeng Sunan itu yang tidak teguh maka diputuskanlah dia beserta keluarganya pergi dari Kartasura menuju di desa Kranggan, daerah Sukawati. Di sana Alap-alap mangangkat diri sebagai seorang Pendeta dengan nama Kyai Srenggi untuk melakukan penyamaran.
Akhirnya pada tahun 1742 Kraton Kartasura jebol dan diduduki oleh Raden Mas Garendi yang mendapat gelar Sunan Kuning. Keadaan tersebut membuat para Kompeni berfikir untuk menyingkirkan Raden Mas Garendi dengan berbagai cara.
Akhirnya kompeni dengan bantuan orang batawi melakukan pertempuran. Mayat bergelimpangan dan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi dapat dikalahkan dan diusir dari kartasura. Setelah itu dipanggillah Sunan Paku Buwana II yang berada di ponorogo menduduki tahtanya kembali. Sunan menyaksikan keadaan Kartasura yang porak poranda Maka diputuskan untuk membangun kraton yang baru yang berada di desa Sala, yang diberi nama Surakarta Hadiningrat.
Pada waktu itu Pangeran Mangkubumi lolos dari Surakarta, pergi ke arah Timur Laut kota Surakarta yaitu desa Kranggan dan bertemu dengan Kyai Srenggi untuk mohon petunjuk. Akhirnya Kyai Srenggi menceritakan kepada Pangeran Mangkubumi tentang jati dirinya.
“Benarkah Kyai Srenggi itu sebenarnya Tumenggung Alap-alap? Oh, Gusti!!!”, Pangeran Mangkubumi menjabat tangannya dengan perasaan terkejut.
Di sana Pangeran Mangkubumi diberi hidangan berupa nasi pecel diletakkan dengan lauk seadanya. Walupun sederhana, tetapi membuat hati Pangeran Mangkubumi lega. Setelah selesai bersantap, berkatalah Pangeran Mangkubumi,” Paman Alap-alap, terima kasih banyak atas semuanya mulai hari ini paman Alap-alap atau Kyai Srenggi saya angkat menjadi senapati perang memimpin kompeni. Paman Alap-alap bergantilah nama menjadi Kyai Sragen, sedang desa Kranggan ini saya ganti namanya menjadi desa Sragen!”
Begitulah selanjutnya Kyai Ageng Sragen dianggap sebagai cikal bakal desa Sragen dan menjadi leluhur para penguasa pemegang pemerintahan di Kabupaten Sragen – Sokawati.
AMANAT : Bila kita dipilih menjadi seorang pemimpim kita harus menghilangkan sikap tidak teguh, pendirian lemah, mudah terbujuk oleh bujuk rayu. Sikap demikian akan membahayakan bawahan dan organisasi yang kita pimpin.

0 komentar:

Posting Komentar