Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


02 Mei 2013

Hilangnya Suki di Tengah Badai Salju

Judul Buku : Princess Katie’s Kittens: Suki di Tengah Salju
Penulis : Julie Sykes
Penerbit : Bentang Belia, Yogyakarta
Cetakan : I, April 2013
Tebal : vi + 82 halaman
ISBN : 978-602-9397-95-6


Novel anak berjudul ‘Princess Katie’s Kittens’ ini merupakan seri ke empat, mengetengahkan kisah Suki, seekor kucing mungil berbulu putih, yang terjebak di tengah hamparan badai salju. Menariknya, setiap seri dari novel ini bisa dibaca secara terpisah dan tak ada kesan bersambung. Julie Sykes, penulis novel anak yang telah menulis lebih dari enam puluh buku ini, rupanya sangat piawai memainkan alur cerita dengan begitu menegangkan dan membuat setiap tokohnya serasa hidup.
Cerita bermula ketika musim semi tiba. Putri Katie bersama keluarganya berencana berlibur dan bermain ski di pegunungan sebelah utara Tula. Lebih seru lagi, karena Becky, sahabat baik Putri Katie, beserta Nyonya Philips, ibunya Becky, diajak oleh Sang Raja dalam liburan tersebut. Selama liburan, Putri Katie terpaksa harus berpisah sejenak dengan keenam kucing piaraan mereka. Nona Blaze, guru berkuda Putri Katie, yang mendapat tugas untuk menjaga kucing-kucing mungil itu di dalam lumbung selama Putri Katie sekeluarga pergi berlibur (halaman 1-7).

Namun, sungguh tak dinyana, diam-diam tanpa sepengetahuan Putri Katie dan sahabatnya, Suki (nama salah satu dari enam kucing piaraannya) menyelinap dan terjebak di dalam tas ransel Putri Katie (halaman 8-11). Dan, Putri Katie baru menyadari keberadaan Suki ketika dia sedang naik helikopter bersama keluarganya menuju lokasi liburan. Ketika tangannya hendak meraih DVD di dalam tas, betapa terkejutnya dia mendapati Suki di dalamnya. Awalnya Sang Raja sempat marah karena menyangka Putri Katie sengaja membawa Suki pergi berlibur. Untunglah, Putri Katie bisa menjelaskan, bahwa Suki masuk ke dalam tas tanpa sepengetahuannya (halaman 15-19).

Berlibur di tengah hamparan salju luas yang sangat dingin tentu menjadi masalah tersendiri bagi Suki, kucing mungil berbulu putih, yang tidak bersahabat dengan cuaca dingin dan hal-hal yang berhubungan dengan air. Terlebih, ketika Suki mulai susah dikendalikan. Di saat helikopter baru saja mendarat dan Putri Katie bersama rombongan hendak masuk mobil, Suki berhasil meloloskan diri, meluncur di lapisan es dan masuk ke bawah mobil (halaman 22). Untung saja, beberapa menit kemudian, setelah susah payah membujuk dan mengejar Suki, akhirnya kucing mungil menggemaskan itu bisa ditangkap kembali (halaman 26).

Selama liburan, Putri Katie bersama keluarga tinggal di sebuah vila kerajaan di tepi kota. Bangunan vila tersebut berlantai tiga, atap berbentuk runcing dan banyak cerobong asapnya. Untuk mencegah sesuatu hal yang tak diinginkan, Suki ditempatkan di gudang sepatu. Namun, permasalahan kembali muncul. Ketika Putri Katie dan Becky sedang asyik bermain ski, Suki menyelinap keluar melalui pintu yang terbuka saat seseorang masuk untuk menaruh keranjang kucing buat Suki.

Rupa-rupanya, Suki nekat keluar karena ia merasa kesepian tidak ada teman bermain. Suki merasa tak betah tinggal di gudang sendirian. Di tengah hamparan salju, Suki berjalan tertatih-tatih mencari Putri Katie dan Becky yang biasa mengajaknya bermain. Namun, alih-alih menemukan dua gadis penyayang binatang itu, Suki malah terjebak di tengah hamparan salju yang dalam. Dia berusaha mencari jalan pulang, tapi sayang sekali, jejak-jejak kakinya telah tertutupi salju yang turun cukup lebat.

Novel bernuansa dongeng ini sangat pas dan layak dibaca oleh anak-anak. Selain menghibur, banyak hikmah serta nilai edukasi yang bisa kita petik di dalamnya. Seperti, mengajarkan arti persahabatan dan mengajak anak-anak agar peduli sekaligus menyayangi binatang. Meski tak diberi akal seperti manusia, tapi binatang juga makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki hak hidup di dunia ini. Jadi, alangkah sangat tak pantas bila kita, sebagai manusia berakal, menganiaya binatang tanpa alasan yang jelas.

Diresensi oleh: Sam Edy Yuswanto, penulis lepas bermukim di Kebumen.

Sumber: Kompas, 1 Mei 2013

0 komentar:

Posting Komentar