GEDE PANGRANGO
Bogor, 12 Februari 2012
Hamparan Edelweiss Surya Kencana masih tersaji
Lewat harum sekuntum kering bunga abadi
Dalam gelas atas meja
Ada licin terjal jalan setapak
Terkenang jejak lumpur kering tercetak
Di telapak sepasang sepatu tua
Melekat likat kabut yang tersimpan rapi
Di ransel jaket dan tutup kepala tergantung almari
Putih yang memenuhi ruang kosong dalam hati
Beku angin menyusup hutan abu-abu
Makin terasa di setiap helaan nafas
Kau hirup puas-puas dan hembuskan sampai tandas
Cericit burung di ranting-ranting cemara terekam
Jam dinding yang berkicau setiap dua belas malam
Selalu bangun dan mengejutkanmu dari mimpi
Tapi kemana berkas cahaya fajar pertama
Malu-malu terselip diantara dua puncaknya?
Mungkinkah tersembunyi di tandan rambutmu
Yang akhir-akhir ini berubah kelabu?
Jejak keberadaanmu masih mengharap rindu bertemu
Di dalam bingkai foto saat itu
Dimana dirimu masih mampu taklukkan
Segala keangkuhan dan keanggunan
KERAMIK LANTAI BERGAMBAR IKAN
Bogor, 8 Februari 2012
Pagi ini, saat menggosok gigi
Keramik kamar mandi bergambar ikan pun pecah
Rekah, diantara celah keluar ikan-ikan merah
Berputar seputar lantai dinding dan kaki
Laksana berenang di air kolam berlapis kaca
Tapi…aku bukanlah Balqis yang tengah terpesona
Oleh singgahsananya sendiri
Dan kau…bukanlah Sulaiman menebar perintah
Kepada Hud-Hud si pembawa berita
Ikan-ikan merah yang genit menggoda
Pesona yang tak mampu membiusku lama-lama
Buru-buru kutangkap lalu goreng beberapa
Sebagai hidangan sarapan pagimu
Saat memikirkan apa lagi
Yang masih bisa dimakan hari ini
GENGGAMAN SENJA
Bogor, 7 Februari 2012
Ketika senja di genggamanmu :
Apalah arti matahari di bening tatapan matamu
Tertahan teriknya, sekedar mencuri lepas disela jemari
Gerimis jatuh di sungai yang bermuara di sudut hati
Lihatlah! Ada bias pelangi di ujung telunjukmu
Gunung lembah setia menyeka keringat yang tak lelah
Di jalan setapak yang akrab dengan bau langkah
Perjuanganmu senilai emas batu atau debu
Istirahatlah! Relakan bayang burung kepakkan sayap dan berlalu
Ada malam berhias kilauan doa
Menunggu diluar batas cakrawala
Di beranda, angin membelai lebih beku
Masuklah! Sebentar sisi gelap hampir mencapaimu
Ketika senja di genggamanmu, Ibu
Mana mungkin surga tak membuka pintu
Dan malu mencium telapak kakimu?
TUKANG SATE
Bogor, 5 Februari 2012
Suara yang lewat, tinggi melengking
Melenting ke udara, lalu terpelanting
Ke pintu, jendela dan kaca
Akhir-akhir ini sering tersiram gerimis
Di dalam, hati-hati merasa miris
Malam terlalu beku
Sekedar memenuhi hasrat perut dan nafsu
Harum bara tak cukup mencairkan keinginan
Suara yang nyaring menggema dinding waktu
Tersangkut di tingkap lampu yang berkedip ragu
Tak ada yang merasa perlu memanggil suara itu
Tak ada yang merasa perlu keluar pintu
Di dalam, suasana hangat buat para penghuni tercekat
Hanya suara penjaga yang setia menyapa
Berhenti, ia kipasi kembali bara yang mulai padam
Ia tusuk, lalu bakar sisa malam
Yang berjalan pelan dalam tangis ritmis
Suara yang suatu malam nanti
Pasti melintas kembali
Mengetuk pintu, jendela dan kaca
Namun saat kau buka, tak ada
CINTA SEGI TIGA
Bogor, 4 Februari 2012
Dia : sebelah jeruk nipis
Sedang duduk tersedu di bawah pohon berbunga
Sebentuk bintang putih terjatuh menghiasi rambutnya
Mungkinkah memikirkanmu? Mungkin aku
Kau : sebilah pisau
Coba belai tandan rambutnnya dengan tajam jemarimu
Kau tawarkan kilat pesona,dingin bahu dan anyir cintamu
Mungkin dukanya karena cintamu, mungkin cintaku
Aku : segores luka
Yang kau torehkan padanya, jangan selalu goda aku!
Lalu jatuh titik air matanya, kuseka
Dan aku terluka karenanya, mungkinkah kau?
BARANGKALI
Bogor, 2 Februari 2012
Barangkali yang loak itu : waktu
Bukan besi karat, koran kadaluwarsa, apalagi
sepasang sepatu tua yang lelah menapaki hari
Barangkali yang usang itu : aku
Hanya diam, ditimbang
dikumpul pengepul dan bermula di pabrik daur ulang
Barangkali yang lahir itu : kamu ?
Tunggu … !
BIODATA PENULIS
Nama lengkap penulis adalah WINARNI DWI LESTARI atau nama pena wlestari. Lahir di Tuban, 14 Mei 1977. Kini tinggal di Bogor – Jawa Barat. Seorang ibu rumah tangga yang saat ini menekuni dunia usaha peternakan, pertanian dan mix farming. Studi terakhir dan meraih Sarjana di STT Telkom jurusan Teknik Informatika. Masih terus belajar menulis puisi. Penyair favoritnya adalah Sapardi Djoko Damono.
Alamat email : winarni_l@yahoo.com
Sumber: Kompas, 18 Februari 2012
20 Februari 2012
Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar