Cerpen: Ratna Kemalasari
Namaku Black.. nama yang mungkin terdengar menyeramkan buat yang mendengarnya, seakan aku mempunyai jiwa yang garang dan liar. Entahlah, sepertinya dia tidak memikirkan sejauh itu ketika mencantumkan nama itu kepadaku, iya.. dia memang seperti itu.. terbiasa melihat bagian luar saja.. maka tidak heran, ketika melihat warna body-ku yang hitam dengan mudahnya dia memanggil aku Black. Dia tidak mempertimbangkan tentang petikan-petikan melodi pop romantis ataupun nada-nada minor penuh kesedihan yang sering lahir lewat aku..
Aku sama seperti dia, karena memang aku milik dia.
Aku sehalus dia,
Aku serapuh dia,
Aku sebimbang dia,
Aku juga penuh cinta mirip dia,
Aku jauh dari kesan ”BLACK” .. tidak sekuat itu.
Kenapa dia tidak memberikan aku nama ”Pink” atau ”Red” seperti warna kesukaannya.. atau apa saja yang lebih mencerminkan diri dia..
Lihat bagian atasku.. masih ada bekas tetes air mata dia kemarin. Aku juga tidak tau apa penyebabnya, dia hanya bermain-main dengan handphonenya dan kemudian menangis. Memang aku tidak bisa baca apa yang ada di handphonenya yang membuat dia menangis, tapi aku tau persis.. pasti tentang cowok itu.. cowok yang empat tahun dia gila-gilai sampai membuatnya benar-benar terlihat gila. Pernah aku melihat fotonya, waktu itu dia masih memangku aku sambil melihat-lihat foto cowok itu didalam laptopnya. Cowok itu sudah punya pacar, di semua fotonya dia tidak pernah sendiri.. pasti bersama pacarnya. Cowok itu juga tidak ganteng,
setidaknya lebih ganteng teman-teman dia yang lain yang pernah memainkan aku ketika main disini.
Tapi kenapa banyak sekali lagu yang dia ciptakan untuk cowok itu, semua nada, semua rasa.. pernah dia ciptakan untuk cowok itu.. padahal sekalipun aku tidak pernah melihat wujud lelaki itu. Iya.. aku hanya melihatnya lewat foto di laptop, atau mendengar suaranya di telephone, tapi aku tidak pernah melihat wujudnya.. cowok itu tidak pernah sekalipun datang kesini.. cowok itu begitu jauh dari dia.
Kemarin.. aku juga sempat shock.. karena.. setelah menangis begitu histeris.. untuk pertama kalinya dia membanting aku.. jangan khawatirkan aku akan rusak.. kualitasku cukup bagus, dibanting sekali seperti itu tidak akan dengan cepat membuatku rusak. Aku juga tidak khawatir dengan dia yang terlihat membenciku saat membantingnya, setidaknya selama aku belum dibakar dan dihilangkan dari muka bumi ini.. aku tidak apa-apa menjadi penyaluran amarah dia.. ,
Aku hanya khawatir dengan hatinya...
Aku selama ini digenggam oleh dia untuk bisa menguatkan hati dia, namun ketika aku sudah dibanting.. siapa yang bisa menguatkan hati dia..?
Kadang aku berfikir, seandainya aku terlahir sebagai manusia, aku adalah orang yang pantas untuk mendampingi dia. Aku tau dia tidak hanya lapisan luar, aku tau dia sampai ke hatinya.. kesetiaanku juga tidak perlu diuji, dia sering ketika senang lupa dengan aku.. tapi aku tidak pernah tutup kuping ketika jemarinya mulai menyentuhku kembali.
Sayangnya aku bukan manusia.. saat dia memelukku karena senang berhasil menciptakan karya baru.. aku tidak bisa memeluknya balik.
Saat dia menangis.. aku tidak bisa menghapus air matanya.
Saat dia memuji suaraku yang merdu.. aku tidak bisa membalasnya dengan mengatakan ”semua karena kamu yang memainkannya”
Aku adalah sesuatu yang dibutuhkannya.
Ketika dia tidak bisa bercerita dengan siapa-siapa, ketika dia tidak bisa menumpahkan isi hatinya kepada siapa-siapa..
Dia hanya bisa menyalurkannya lewat aku.
Dan ketika dia membantingku kemarin.. rasanya aku ingin berteriak kepada dia..
”lalu siapa sekarang yang bisa menjadi pengganti aku? Yang setia menemani kamu?”
Dan hari ini.. dia belum menyentuhku sama sekali, aku tau dia tidak kemana-mana hari ini.. barusan dia melintas didepanku, namun dia seakan tidak mau melihatku, aku dibiarkan tergeletak di lantai.. dengan posisi sama persis waktu terakhir dia membantingku. Iya, dia belum menyentuhku lagi sejak kemarin.
Aku mulai khawatir.. sangat khawatir..
Tunggu.. dia datang.. dia duduk disampingku.. dia sedang melihatku.. tapi.. kenapa dia tidak menyentuhku.. dia hanya melirik aku dengan tatapan sinis. Akhirnya, dia mulai berbicara denganku.. membuat aku termenung.
”Akhirnya aku sudah ada di titik ini,suatu titik ketika membuat lagu menjadi sangat melelahkan. Selalu seperti ini, aku hanya bisa berbicara lewat black.. bukan kepada kamu. Puluhan lagu .. atau mungkin sudah sampai ratusan lagu aku ciptakan untuk kamu.. terlampau banyak peristiwa.. terlampau banyak rasa.. terlampau banyak mimpi yang harus aku keluarkan.. dan semua hanya bisa aku sampaikan lewat gitarku.. bukan ke kamu.. padahal semua tentang kamu dan kamu tidak pernah tau. Aku sudah terlampau lelah untuk merasakan apapun.. lelah menciptakan lagu demi menyalurkan semua hasrat yang semakin menggebu. Semakin hari aku semakin merasa menjadi orang gila.. Black sering aku anggap seperti kamu.. iya.. sangat gila. Dan kegilaan ini harus aku hentikan..”
Aku terdiam melihat dia yang menumpahkan isi hatinya, astaga air mata itu lagi.. dan kali ini terlihat jauh lebih pedih. Apalagi ketika dia mulai menggenggamku.. dan membawaku pergi. Kebingunganku terjawab ketika aku dan dia sampai diruangan yang gelap ini, dan dia kembali berbicara di tengah isak tangisku dengan suara parau
”Black.. aku memilih untuk mematikan semua cintaku.. dan.. aku tidak bisa melihatmu dulu.. karena aku tidak mau mencurahkan isi hatiku lagi ke kamu, isi hatiku sudah aku buang.. sekarang sudah kosong..selamat tinggal black..”
Aku memandangnya yang beranjak pergi menjauhi aku. Dia menutup pintu itu dan menguncinya rapat-rapat.. aku ditinggal didalam ruang gelap dan sempit yang penuh debu ini..
Sekarang.. aku benar-benar sesuai dengan namaku.. ”BLACK”. Kelam..
Namun disisi hatiku yang lain aku percaya, pintu itu akan terbuka lagi, dan aku akan kembali ada dipelukannya, jemarinya akan kembali menyentuhku, aku juga akan kembali mendengar cerita tentang dia..
Ya.. dia akan kembali.. ketika hatinya kembali terisi.. oleh sosok lain, sosok baru.. dia akan menghasilkan lagu-lagu cinta yang indah dan romantis, bahkan mungkin aku bisa saja dimainkannya di atas panggung sewaktu dia menikah nanti.. aku yakin pasti akan seperti itu akhirnya.
Baiklah.. sementara.. aku tunggu saja dulu diruangan ini.. menunggu pintu itu kembali terbuka sama seperti hatinya..
Biodata Penulis :
Name : Ratna Kemala sari (Riri)
Birth : 24/08/1985
Facebook : Ratna Riri Kemalasari
Twitter : @riri_jagoan
Web : www.ririjagoan.webs.com
Blog : www.ratnaririkemalasari.blogspot.com
Sumber: Kompas, 23 Februari 2012
24 Februari 2012
Monolog Gitarku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar