Oleh : Mohammad Eri Irawan
Rangkaian kecemasan ekonomi 2008 yang dimulai dari krisis kredit perumahan kelas dua (subprime mortgage) lewat kreditor nonbank itu benar-benar membuat seluruh kolong langit mencekam. Kerugian mencapai triliunan dolar. Interkoneksi ekonomi yang rapat membuat pagebluk menjalar secepat kilat. Seluruh jagat lintang-pukang menjaga perekonomiannya.
Di Indonesia, limbungnya Lehman membuat kepanikan membuncah. Rupiah limbung, saham terserimpung. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terjun bebas hingga kisaran 1.100. Otoritas bursa bahkan menghentikan perdagangan pada 8-10 Oktober 2008 untuk menghindari keterpurukan lebih dalam. Valuasi saham di Indonesia susut hingga menyamai kondisi 2001-2002, yaitu sekitar 6 kali price earning ratio (PER). Cadangan devisa kita tergerus dari USD 60,6 miliar menjadi USD 51,6 miliar hanya dalam waktu lima bulan sejak Juli-Desember 2008.
Buku ini hadir untuk menyingkap mengapa Lehman koyak-moyak sekaligus bisa dijadikan benang merah mengapa krisis finansial meletus. Buku ini berbasis pengalaman Vice President Lehman Lawrence G. McDonald, yang ditulisnya sendiri. Gaya bertutur yang asyik diberi sentuhan oleh novelis Patrick Robinson.
Lawrence membuka buku ini dengan kisah dirinya sebagai anak muda yang bermimpi bisa menjadi pekerja di Wall Street, pusat industri finansial tempat mata investor dari seluruh dunia tertuju.
Namun, cita-cita bukanlah sebentang garis lurus di peta. Pernah menjadi penjual daging babi potong, Lawrence tertatih-tatih sebelum masuk ke lembaga pendidikan keuangan. Dia lalu merintis karir di Merril Lynch Cabang Philadelphia sebagai penjual saham dan obligasi.
Namun, dia tak cukup puas sebelum menapak Wall Street yang sebenarnya. Lawrence banting setir membuka bisnis sendiri: convertbond.com. Website peneropong kinerja obligasi itu sukses besar dan diakuisisi Morgan Stanley. Lawrence mulai diperhitungkan dan akhirnya memasuki kantor Lehman Brothers yang berlantai pualam di 745 Seventh Avenue pada 21 Juli 2004.
Lehman didirikan trio bersaudara imigran Jerman: Henry, Emanuel, dan Mayer Lehman. Bermula dari ladang kapas di Alabama pada 1840-an, mereka geser ke Manhattan Selatan dan mulai terlibat perdagangan komoditas serta saham dan obligasi pada 1886.
Generasi terakhir keluarga yang mengendalikan Lehman adalah Bobbie Lehman yang meninggal pada 1969. Ironisnya, pada tahun kematian Bobbie itulah, Richard ''Dick'' Fuld masuk ke Lehman. Di kemudian hari, Dick Fuld menjadi chairman dan CEO yang membawa Lehman ke gerbang neraka.
Fuld adalah sosok penuh misteri. Dia datang dengan limusin dan masuk ruang VIP di belakang gedung Lehman. Saat dia datang, semua lift dihentikan untuk memberikan jalan khusus bagi Fuld ke ruangnya di lantai 31 yang megah. Dalam kendali Fuld, Lehman adalah cermin ambisi Menara Babel di industri keuangan. Surga tak bisa didekap, tentu saja, seperti kisah ambisi dari Babilonia itu.
Pangkal persoalan adalah ihwal rumah. Pekerja Lehman di bidang hipotek dan properti berekspansi gila-gilaan di bisnis perumahan dengan menggandeng pialang-pialang hipotek yang tersebar di seluruh AS.
Prosesnya sederhana namun sekaligus begitu kompleks: pialang-pialang kredit perumahan yang jadi bank bayangan memberikan kredit rumah ke semua orang, bahkan ke mereka yang pengangguran sekalipun. Kredit dikucurkan secara serampangan tanpa memperhitungkan risiko. Itulah yang disebut sebagai kredit Ninja (no income, no job, or asset), kredit ngawur untuk orang-orang yang sebenarnya tak akan mampu membayar.
Oleh pialang-pialang itu, hipotek-hipotek tersebut ditawarkan ke bank investasi seperti Lehman. Artinya, kreditor itu (pemberi kredit) tak benar-benar memberikan pinjaman ke debitor (penerima kredit) perumahan.
Parahnya, Lehman dan bank-bank investasi lain lantas mengemas hipotek tersebut menjadi obligasi yang dijual ke seluruh dunia. Obligasi-obligasi itu juga mendapat peringkat tinggi oleh lembaga pemeringkat tersohor macam Fitch, Moody's, dan Standard & Poor's. Oleh sejumlah bank, obligasi itu dipecah-pecah lagi untuk dijual ke investor-investor ritel di seluruh jagat.
Produk derivatif bertingkat-tingkat itulah yang mengakibatkan krisis meletup. Pasar perumahan AS menggelembung. Dari sinilah pintu kematian itu dibuka lebar-lebar, justru oleh orang-orang dalam Lehman yang dikomandoi Fuld (hlm 194-233). Kisruh kredit perumahan itu pula yang membuat operator hipotek yang dijamin pemerintah, Fannie Mae dan Freddie Mac, terjungkal.
Sebenarnya, sejak 2005 beberapa orang di internal Lehman merasakan ketidakberesan dalam bisnis perumahan. Tiga orang managing director di Lehman, Mike Gelband, Alex Kirk, dan Larry McCharthy, berbicara tentang kekhawatiran itu. Dalam rapat yang kebak angka, 6 Juni 2005, Gelband mempresentasikan gelembung pasar realestat AS yang rentan pecah. Dia menyebutnya sebagai "atlet yang memakai stereoid sehingga dipenuhi otot tak normal". Otot-otot itulah yang memberikan kekuatan palsu: kekayaan semu, uang yang sebenarnya tak ada, harga rumah bukan harga sesungguhnya, dan hipotek yang jauh dari asalnya (hlm 235-247).
Namun, bos Lehman Dick Fuld telanjur kepala batu. Kebusukan itu akhirnya memang kelewat parah. Lehman dililit miliaran dolar aset bermasalah. Berbagai ikhtiar penyelamatan gagal dilakukan, termasuk upaya Komite Eksekutif Lehman George Walker IV yang coba mengontak Presiden Bush dari perpustakaan Lehman yang kebak buku manajemen keuangan. Lehman akhirnya bangkrut pada 15 September 2008.
Buku ini mampu menangkap setiap detail peristiwa tersebut dengan apik. Buku catatan personal ini bisa menjadi penjelas yang asyik untuk melengkapi teori-teori besar tentang krisis yang sebelumnya dikembangkan, antara lain, oleh Joseph Schumpeter, Keynes, dan Hyman Minsky.
Pengalaman Lawrence memberikan sinyal bahwa perekonomian selalu meniscayakan adanya krisis. Ekonomi melulu bergerak ke puncak lalu bergelimpungan ke dasar: business cycle.
Suatu saat, tidak bisa tidak, krisis pasti datang lagi. Apa boleh buat, kita tak sedang berada di surga. (*)
---
Judul Buku: The Collapse of Lehman Brothers
Penulis: Lawrence G. McDonald dan Patrick Robinson
Penerjemah: M. Syukron, Melody Violine
Penerbit: Ufuk Press, Jakarta
Cetakan: I, 2010
Tebal: 589 halaman
---
Mohammad Eri Irawan, Peminat historiografi ekonomi
Sumber : Jawa Pos, 19 September 2010
0 komentar:
Posting Komentar