Pada zaman dahulu, terciptanya desa Sragen diawali dari kisah kerajaan Mataram di Kartasura yang pada waktu itu gempar karena seorang putera Pangeran Tepasana yaitu Raden Mas Garendi menentang kebijakan para narapraja Mataram, terutama terhadap Patih Pringgalaya yang sangat dekat dengan Kompeni Belanda. Kompeni Belanda terlalu jauh mencampuri urusan dalam kerajaan Mataram, Pangeran Tepasana ayahnya terpaksa dihukum mati tanpa jelas kesalahannya. Tidak aneh bila ia ingin membalas dendam. Dalam usaha itu dia mendapat bantuan dari orang-orang China di Kartasura serta sebagian abdi dalem narapraja Mataram.
Pada suatu hari, Raja Paku Buwana II berbincang-bincang dengan Tumenggung Alap-alap di DalemAgung. Pada waktu itu para narapraja terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu: pendukung Kanjeng Sunan atau Paku Buwana II, pendukung Patih Pringgalaya dan pendukung Raden Mas Garendi.
Tumenggung Alap-alap menceritakan bahwa Raden Mas Garendi melakukan pemberontakan terhadap kompeni. Mendengar hal itu Kanjeng Sunan bingung harus memihak kepada siapa, dan Alap-alap mengusulkan untuk memihak Raden Garendi. Itu merupakan usaha untuk mengembalikan nama dan kewibawaan Sunan. Namun Sunan menolaknya dengan alasan senjata yang dimiliki orang Jawa hanya bambu runcing, keris, tombak, dan sejenisnya. Sedangkan yang dimiliki kompeni senapan dan mesiu yang kuat. Dan dia takut para prajurit dan rakyatnya mati sia-sia.
Setelah mendengar alasan Kangjeng Alap-alap dapat memetik suatu sikap Kanjeng yang tidak teguh pendirianya dandapat tebujuk oleh rayuan. Sikap seperti itu dapat membahayakan tumenggung sendiri sebagai narapraja Mataram.
Bila suatu saat sunan terkena bujuk rayu pringgalaya dan akhirnya membantu kompeni,patih bisa denganmudah menyingkirkannya dari Bumi Mataram.
Sabda kanjeng terus terdengar jelas di telingga Alap-alap, maka dari itu dia memutuskan dia berserta keluarganya harus pergi dari Kartasura untuk menghindari kemungkinan yang bisa terjadi yang dapat merugikannya.
Pada hari yang ditentukan, pergilah Tumenggung dari Surakarta. Malam harinya mereka berangkat ke arah timur di desa Kranggan di daerah Sukawati. Di sanalah Alap-alap mengangkat dirinya sebagai pendeta dengan nama Kyai Srenggi untuk kelancaran penyamarannya.
Sementara itu apsukan pemberontakan dibawah kekuasaan Raden Mas Garendi dan kapten sepajang pimpinan orang-orang Cina mengharap bantuan darisuna,sesuaijanji sunan sendiri.namunbantuan itu takkunjung bahkan diketahui memihak kepada Kompeni. Menyaksikanhal itu ragen garedi marah danakanmengadakan pemberontakan yang sanga brutal.
Kartasura bersimbah darahdanmayat-mayat bergelimpang disepanjang jalan. Rombongan kanjeng sunan pergi kearah timut yang dikawal oleh kompeni. Sesampai mereka didesa Laweyan dan perjalanan diteruskan ke panaraga. Akhirny pada tahun1742 kraton Kartasura jebol dan diangkatlah Raden Garendi menjadi sunan baru dengan gelar Sunan Kuning.
Sementara itu patih dan Kompeni belanda berkerja sama menglawan sunan Kuning sebagai imbalan peluasan wilayah. Dan skhirnya kapten wilhem pemimpin kompeni meminta bantuan ke Batawi. Tak lama kemudian bantuan itu datang, terjadilah pertempuran yang lebih dasyat lagi dari yang sebelumnya, kartasura porak poranda.
Dan karena perlengkapan dan jumlah sedadukompeni lebih lengkap dan banyak, pasukan pemberontak kalah hebat. Sesudah sunan kuning Di singkirkan kanjeng sunan kembali menduduki tahtanya.
Seberapa bulan kemudian kanjeng bosan di Kartasura keadaan yang porak poranda. Setelah disuruh untuk mencari tempat yang baru, dipilihlah kota Sala sebagai calon kraton yang baru.
Pada waktu pangeran Mangkubumi yang menjadi salah satu pendukung Raden Garendi berasil lolos dari Surakarta, dia bersama keluarga dan beberapa prajurit dan bangsawan pergi dari Kartasura. Sampailah mereka di desa Kranggan, di sanalah pangeran mendapat kabar ada seorang brahmana sakti mandraguna yang bernama Kyai Srenggi. Pergilah mereka ke Kyai Srenggi untuk berkenalan dan mohon petunjuk.
Begitulah awalnya pertemuan pangeran langsung menceritakan apa yang terjadi, bagaikan petir di siang bolong mendengar pengakuan Kyai bahwa ia sebernarnya adalah Tumenggung Alap-alap yang menjadi salah satu narapraja Mataram yang membenci kompeni.
Kemudin pangeran Mangkubumi mengangkat Kyai sebagai senopati perangnya dan memintanya berganti nama kyai Ageng Sragen serta mengganti desa Kranggan menjadi desa Sragen.
Begitulah selanjutnya kyai Ageng Sragen dianggapSebagai cikal bakal desa Sragen dan menjadi leluhur para penguasa pemegang kekuasaan di Kabupaten Sragen – Sukowati.
04 Maret 2010
KYAI AGENG SRAGEN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar