Oleh Romi Febriyanto Saputro
Artikel ini telah dimuat di Kompas Jateng, 31 Mei 2005
Ruang bermain untuk anak-anak di Kota Semarang memang masih sangat minim sebagaimana dikeluhkan Eddy Prianto dalam artikel Kota Kita 3 Mei 2005. Penulis sepakat dengan Eddy Prianto bahwa selama ini kita memang alpa memberikan zona bermain untuk anak-anak kita. Padahal dunia anak adalah dunia bermain, suatu pengalaman indah yang tidak mungkin terulang ketika anak-anak memasuki alam dewasa.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Perpustakaan Daerah Jawa Tengah yang terletak berdekatan dengan Taman Budaya Raden Saleh dapat dijadikan alternatif ruang bermain untuk anak. Hal ini mengingat salah satu fungsi penting perpustakaan adalah fungsi rekreasi.
Fungsi rekreasi ini perlu dikembangkan oleh perpustakaan untuk menampilkan wajah perpustakaan yang indah, sejuk, dan bersahabat dengan anak, dalam upaya menumbuhkan minat baca anak-anak sejak dini.
Perpustakaan perlu didesain sebagai tempat yang menyenangkan bagi anak-anak dengan memberikan suatu ruang khusus untuk anak-anak.
Saat ini Perpustakaan Daerah Jawa Tengah telah memiliki ruang layanan khusus anak-anak. Keberadaan ruang layanan anak ini tentu saja kurang memenuhi syarat sebagai arena bermain anak yang ideal. Karena itu, perlu dikembangkan dengan membangun arena bermain yang berada di luar gedung perpustakaan.
Merger halaman Perpustakaan daerah Jawa Tengah ditambah dengan areal Taman Budaya Raden Saleh dapat disulap menjadi arena bermain anak yang ideal. Aneka jenis sarana permaianan, baik yang dianggap tradisional maupun modern, dapat digelar di tempat ini.
Dalam hal ini, penulis tidak terlalu mempermasalahkan jenis permainan karena yang lebih penting bukan soal tradisional atau modern, melainkan bagaimana permainan tersebut dapat membawa manfaat positif bagi perkembangan psikologis anak. Sinergi Perpustakaan Daerah Jawa Tengah dengan pengelola Taman Budaya Raden Saleh sangat dibutuhkan untuk terlaksananya ide di atas.
Disamping itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang diharapkan mampu berperan aktif memfasilitasi terwujudnya arena bermain anak yang bersinergi dengan perpustakaan.
Perpustakaan yang dikelilingi ruang bermain anak yang terbuka untuk umum dapat dijadikan model/percontohan pembangunan perpustakaan yang ideal. Dengan demikian, aspek pengembangan minat baca masyarakat dapat bersatu dengan aspek rekreasi bagi anak-anak.
Sementara anak-anak bermain di areal taman bermain, orang tua dapat menunggu sambil membaca koran, majalah, atau buku milik perpustakaan. Untuk makin memanjakan anak-anak, Perpustakaan Daerah Jawa Tengah dapat membuka layanan mendongeng bagi anak-anak di areal terbuka.
Bagaimanapun, seni mendongeng tetap memiliki sisi yang menarik yang tidak dimiliki oleh tayangan layar kaca maupun VCD. Taman bermain ini dapat berfungsi sebagai arena belajar dan diskusi yang sejuk bagi setiap warga Kota Semarang.
Keberadaan Taman Budaya Raden Saleh juga akan semakin terjaga kelestariannya dengan taman bermain ini. Pengelola Taman Budaya Raden Saleh dapat menggelar pertunjukan budaya khusus untuk anak-anak agar tidak luntur cintanya kepada budaya bangsa sendiri oleh terpaan angin globalisasi modern. Jadi, ruang bermain ini dapat mengakomodasi beberapa fungsi sekaligus : taman bacaan, taman budaya dan taman bermain. Perpustakaan yang dikemas satu paket dengan taman bermain akan menimbulkan kesan mendalam di hati anak-anak.
Menurut Unicef (2002), dunia yang layak bagi anak-anak adalah dunia di mana semua anak mendapatkan awal kehidupan yang sebaik mungkin dan mempunyai akses kepada pendidikan dasar yang bermutu.
Kini kita nantikan respon pihak-pihak terkait untuk mewujudkan ide ini, dunia yang layak bagi anak-anak.
20 November 2008
Perpusda Jateng, Alternatif Ruang Bermain Anak-anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar