1): KEPERGIAN
semalam
aku mimpi ditikam
hari ini
aku mendengar rencana bunuh diri
lusa
aku akan menggulung perasaan dan melemparkannya ke saluran air tetangga
ah tapi bagaimana mungkin aku menceritakannya kepadamu?
kau memilih mempercayakan telingamu pada ribuan knalpot di jalan raya, sejak dulu
hei, lihat, aku boneka yang bermain sandiwara
melompat-lompat tanpa sutradara
kau kadang bangku penonton
kau kadang tirai panggung
kau kadang lampu berwarna monokrom
selalu menolak setiap ditawari lakon
kita rayakan hari tanpa tegur sapa
demi segala jenis kemalasan di akhir pekan
lebih baik apa saja
asal selain bicara, bukan?
seperti burung-burung yang terbang gugup di tengah kota
tak tahu kemana harus merumah
dengan tertawa-tawa menyangkal bahwa kita tengah meremah
oh ya,
kapan-kapan ingin kutanam kabel telepon di kepalamu
dan aku akan berdiri ber-mil jauhnya darimu
sebagai kaset rusak yang hanya mengulang-ulang satu pesan
: kepergian.
OH, NAMA
Oh, nama.
di hatiku telepon berdering-dering
nyeri sampai ke jantung
ngilu sampai ke punggung
panas sampai ke mata
Oh, nama.
kau anak kunci yang hilang
pada langkah menjauhi pintu
pada tepis tangan yang ragu ragu
Oh, mana?
mana gambar beranda?
kau taruh apa dekat jendela?
mengakulah, halaman pun di pikiran kau tak pernah punya!
Oh, mana?
lampu yang dulu kau punguti di jalan
kau bilang demi mataku yang kurang terang
mari kutunjukkan sebuah gang
menujulah ke kanan
ke arah kenangan.
Oh, nama.
Penuh.
Penuh.
Kita gelas yang penuh.
Penuh yang tak pernah utuh.
(BUKAN) HARI RAYA
perayaan itu lewat saja di depan rumahmu
hiruk pikuk seruan dan hantaran
sampai ke hatimu sebagai film bisu
tidakkah sebuah kolong gelap terdengar menyenangkan?
anggap saja semua kembang api telah padam
maka sendiri selalu yang paling mudah, bukan?
segala di luarmu begitu tergesa
kau diam menelan hatimu sendiri tentu saja.
hari itu kita jadi penjaga binatu
orang berlomba mencuci diri dan merasa bersih
sedang luka kita utuh
membiakkan duri.
masih,
duka lekat jadi bayangan.
rapat,
seperti Desember memeluk hujan.
Sumber: Kompas, 23 Mei 2012
23 Mei 2012
Puisi-puisi El Nugraheni
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar