Judul Buku : Life Is What You Make It; Temukan Jalan Hidupmu Sendiri
Penulis : Peter Buffett
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : 276 halaman
Peresensi : Supriyadi*)
Kehidupan adalah anugerah dan nikmat yang tiada terhingga. Dengan kehidupan, kita bisa merasakan lezatnya menyantap makanan yang lezat, menikmati keindahan senja yang memesona, merasakan sejuk dan segarnya embun dan udara pagi, dan lain sebagainya. Dengan kehidupan pula, kita bisa merasakan sakit akibat terjatuh, merasakan panasnya terik matahari di siang hari, merasakan dinginnya malam ketika musim dingin, dan lain sebagainya. Semua itu bisa kita rasakan jika nyawa kita masih berada di dalam raga kita, dengan kata lain kita masih diberikan anugerah dan nikmat kehidupan. Kehidupan merupakan sesuatu yang tak ternilai karena kehidupan tersebut tidak diciptakan oleh manusia yang ingin hidup. Kehidupan adalah ciptaan Tuhan yang tidak bisa ditawar dan ditetapkan oleh yang lain.
Dengan demikian, mensyukuri kehidupan merupakan hal yang seharunya kita lakukan. Meski demikian, tidak selamanya kehidupan itu memunculkan berbagai kenikmatan. Terkadang kita harus merasakan pahitnya kehidupan. Namun hal itu adalah suatu kewajaran. Di mana ada sebuah sisi, di lainnya ada sisi yang lain. Ada baik pasti ada buruk, ada manis pasti ada pahit. Begitulah kehidupan itu.
Peter Buffett dalam bukunya yang berjudul “Life Is What You Make It; Temukan Jalan Hidupmu Sendiri” telah memaparkan sebuah motivasi untuk membangun kehidupan yang telah tercipta. Hidup seseorang di dunia ini memang hanya sebatas umurnya sendiri. Hidup tidak bisa ditawar. Oleh karenanya, hidup yang hanya sekali ini haruslah benar-benar dimanfaatkan dengan memaknai kehidupan dan menemukan jalan hidup yang berkualitas.
Pada dasarnya, seseorang telah diberi peluang terbaik untuk memperoleh manfaat yang paling besar dari kehidupannya. Hal ini hanya bisa diperoleh dengan merengkuh nilai-nilai sosial dan emosional yang menghubungkan kita semua. Dan nilai-nilai tersebut dipelajari -atau barangkali lebih tepat jika dikatakan, diserap- di rumah (hlm. 20). Menurut Peter, nilai-nilai sosial dan emosional tersebut setidaknya ada empat macam, yaitu kepercayaan, toleransi, pendidikan, dan etos kerja. Yang dimaksudkan dengan kepercayaan di sini terkait dengan motivasi besar menjalani kehidupan. Percaya dalam hal ini adalah yakin bahwa dunia merupakan sebuah tempat yang baik. Meski demikian, dunia yang merupakan tempat yang baik itu tidaklah sempurna. Dunia bukanlah surga yang sempurna, akan tetapi dunia adalah tempat yang baik. Oleh karenanya, hidup di dunia ini perlu diperjuangkan agar dunia ini bisa menjadi tempat yang lebih baik bagi kita.
Kemudian setelah nilai inti kepercayaan yaitu toleransi. Toleransi adalah menghargai setiap perbedaan yang ada dan disikapinya dengan sikap hati-hati dan dewasa. Toleransi merupakan kualitas yang sama pentinganya yang membuat kita mampu menghadapi realitas tentang adanya perbedaan dan konflik. Hal ini sangat berkaitan dengan sisi sosial dan emosional masing-masing individu.
Pendidikan juga tidak kalah penting dengan kepercayaan dan toleransi. Pendidikan merupakan pembebasan manusia dari belenggu kebodohan. Dengan pendidikan, baik formal maupun non-formal, manusia bisa menjadi makhluk terdidik baik dari sisi intelektual maupun moral-spiritual.
Menurut Peter, kandungan pendidikan harus terkait dengan memahami manusia, memahami hati kita yang paling dalam sekaligus motif-motif dan keinginan-keinginan orang lain yang sangat berbeda dari kita sendiri (hlm. 31).
Sementara itu nilai kepercayaan, toleransi, dan pendidikan juga harus disertakan dengan etos kerja. Sebuah etos kerja memberikan rasa semangat untuk melakukan berbagai pekerjaan. Peter menguraikan bahwa etos kerja yang masuk akal dan jangka panjang selalu menekankan bukan pada imbalan yang sepele, tapi pada pekerjaan itu sendiri (pada hasrat, keterfokusan, dan keseriusan) untuk meraih tujuan saat menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dengan demikian, etos kerja bukan hanya bermakna sebagai kobaran semangat untuk bekerja, melainkan juga cerdik untuk meraih tujuan yang jelas ketika pekerjaan itu telah dilaksanakan. Orientasi pekerjaan yang dilakukan haruslah bertujuan untuk meraih sesuatu yang memberikan kemanfaatan.
Akhirnya, dengan membaca buku yang berjudul “Life Is What You Make It; Temukan Jalan Hidupmu Sendiri”, kita diajak untuk menemukan jalan hidup kita sendiri dengan usaha dan upaya kita sebagai makhluk yang dikaruniai sebuah kehidupan. Untuk kehidupan yang sangat singkat dan hanya satu kali saja di dunia ini, tentunya kita tidak akan menghabiskan waktu hidup kita dengan sia-sia atau dengan sesuatu kekonyolan belaka, melainkan kita harus menemukan jalan hidup kita dan menjadikan kebermaknaan terhadap kehidupan. Kehidupan adalah apa yang kita buat.
Peter Buffett telah memberikan sedikit inspirasi melalui buku tersebut dan sangat memotivasi kita untuk menemukan jalan hidup kita. Di akhir tulisannya, Peter memberikan motivasi kepada kita bahwa kehidupan kita adalah milik kita untuk dibentuk oleh kita sendiri. Bersyukurlah atas peluang itu. Rengkuh dia dengan minat dan keberanian. Apapun yang kita putuskan, berikanlah komitmen dengan seluruh kekuatan kita dan mulailah saat ini juga! *) Peresensi adalah staf pembimbing pada Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta
Sumber: Kompas, 16 September 2011
16 September 2011
Memaknai Anugerah Kehidupan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar