Penggendam
bukalah pintu sayu matamu
teras kosong yang terlupakan.
kami akan diam-diam meletakkan bandul jam,
juga lentik mantra agar kau tak terjaga
dari kegembiraanmu menghitung domba
melompat dari bimbang ke bimbang,
berselimut bulan.
kami akan berjumpa di lubang ketidaksadaran
kemudian kami ikhlaskan setengah jiwa kami
berdiam pada kerling mata: perabotanmu yang
mengering, perasaan-perasaanmu yang kumal,
halaman-halaman kosong yang akan kau tulis tentang kehilangan. ketika itu kami hanyalah ingatan yang mampir, yang bolak-balik menyembul dan tenggelam dari balik kenangan.
2012
sepertimu kami memilah kata
pada parasnya, pada garing nyaring suaranya,
pada kemolekan dan kesintalan dagingnya.
kami jejerkan, kami luruskan, agar tak ada yang mencong apalagi bengkong.
kami letakkan kata pada tempat
yang membuatnya bahagia.
kami kesepian, memutar nasib
seperti mengulangi percobaan bunuh diri.
sepanjang hari gentar memutar gasing di punggung. kami letih dan mendamparkan tubuh di garasi.
di atas meja, di temaram cahaya,
kami bersendempel pada kata.
tiba pada gelap
kami bermalam pada lamunan
yang membuat kami terasa akrab.
berdua melompat-akrobat di celah kalimat. melawan gigil jam dan rayuan bantal. menapaki puncak paling sunyi.
ke negeri asing paling gaib,
yang belum pernah kami temui.
bersamanya kami berkelana mesra
hingga subuh bercahaya.
2012
SUmber: Kompas, 29 Juli 2012
30 Juli 2012
Puisi-puisi Ferdi Afrar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar