Judul: Detektif Tanpa Kasus
Penulis: Alya Namira Nasution
ISBN:978-602-9397-38-3
Penerbit:Bentang Belia
Terbit: Mei 2012
Tebal: vi+150 hlm
Peresensi: Ana FM*
Makna solidaritas di tengah-tengah masyarakat Indonesia dewasa ini (agaknya) makin buram. Hal ini mungkin disebabkan persaingan ketat di sana sini, problem kebangsaan yang terus bertambah, dan egoisme karena kepentingan sepihak. Terbukti, banyak kejadian memilukan berupa tindak kekerasan yang melibatkan banyak orang (kelompok). Padahal, solidaritas ini adalah media pemersatu. Ikatan persaudaraaan/ persauahabatan adalah segelanya dalam berkehidupan. Kuatnya solidaritas diantara sesama akan mampu menata kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik.
Buku ini menarik untuk dikaji sebagai alternatif memudarnya spirit solidaritas dewasa ini. Setting buku ini memang bernuansa remaja. Tetapi, esensi pesan kisahnya melebihi usia penulis yang masih umur 12 tahun, Alya Namira Nasution. Pesan-pesan dalam novel karya penulis cilik ini dianataranya, harmonisasi pertemanan, semanngat belajar, menolong, dan berderma untuk kebaikan semua.
Kisah dalam buku ini mengharu biru. Namun, mengasyikkan. Selain sarat dengan pesan-pesan kemanusiaan juga memiliki kharakter kepenulisan. Orang dewasa yang membaca karya Alya ini akan iri. Sebab, selain memiliki kekhasan dalam bertutur juga karena ulasan yang diisampaikan sangat lugas.
Rasa iri ini beralasan, mengingat persoalan sederhana yang diangkat menjadi topik yang luar biasa. Sebut saja persoalan persahabatan sang tokoh dalam buku ini, antara Tiar-Ali-Andi (TAA). Berangkat dari TAA ini penulis mulai masuk kepada persoalan yang diangkat. TAA Pemberani menjadi detektif yang mempelajari dan menganalisis berbagai kasus. Kasus yang dihadapi TAA seputar problem di lingkungan sekitar. Ternyata ketika dihayati, maka masalah di sekitar termasuk masalah yang berpotensi besar jika didiamkan. Maka, tak berlebihan jika TAA dalam buku ini bersemangat mengungkap kasus-kasus yang didapatkan.
Sebagaimana literatur dalam sebuah karya sastra, buku fiksi ini terdiri dari pembukaan, konflik. klimaks dan ending. Alya sangat lihai dalam menagtur dan menata kisah dalam buku ini. Dari awal halaman hingga titik akhir cerita, kisah yang disajikan tak pernah ada putus.Untaian kata, kalimat dalam setiap pragraf mengalir renyah.Sehingga, kisah lewat TAA Pemberani seperti dunia nyata dalam benak; menakjubkan!
Kehebatan yang lain, nuansa persahabatan di dunia anak-anak terasa kental. Buku ini seperti menjadi pisau analisis terhadap labilitas metode mendidik anak yang benar. Mendidik anak dalam takaran paraktis memberikan kemerdekaan terhadap potensi dan nalar kreatif anak. Idealnya, biarkan anak berkreasi. Seperti Tiar, Ali, Andi, Mira, Yayang dan anak-anak dalam cerita buku ini. Sebab, nalar kreatif mereka yang nakal ini akan menjadi cara lain mereka menemukan dunianya.
Buku ini layak menjadi bahan bacaan untuk lebih mengakrabkan kita dengan dunia anak-anak. Yang terpenting, Alya Namira Nasution bisa menciptakan sebuah karya kenapa kita tidak! Selamat membaca dan berkarya.
*Penikmat buku dan ibu rumah tangga. Tinggal di Sumenep.
Email: kaduara@gmail.com
Sumber: Kompas, 28 Juni 2012
28 Juni 2012
Romantisme Persahabatan di Usia Dini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar