Cerpen: Odi Shalahuddin
Dia telah berdiri di hadapanku. Di depan meja. Membuatku gugup. Sekilas memandang sekitar, aku merasa semua mata menuju ke arah kami. Ah, kenapa dia datang di saat yang sama sekali tidak tepat? Bukankah kukatakan nanti malam saja bila ingin berjumpa.
Ia tersenyum, mengulurkan tangannya padaku. “Gimana kabarmu? Wah, sudah makmur sekali ya?”
“Eh, iya... ya.. baik.. baik....”
Pages - Menu
▼
30 November 2011
Wajah Profesor
Cerpen Ni Nyoman Ayu Suciartini
Senja menjatuhkan gerimis-gerimis patah. Ada pesan yang tersembunyi di balik mendung. Pipiku telah basah. Bukan karena hujan. Di sini, aku bersandar bersama anak tangga. Masih basah oleh rerumputan yang mengelilinginya. Hatiku berembun tangis. Aku tertunduk pilu. Ingin kuputar kembali 15 menit yang lalu.
Bagaimana aku telah memaki seorang profesor. Makian itu masih menggantung di kerongkonganku. Ingin memecahnya; menghantam udara. Sungguh kasihan, burung gereja yang hendak singgah di dahan itu mengurungkan niat mereka. Karena burung-burung itu tahu, suara parauku mengusik kebebasannya.
Senja menjatuhkan gerimis-gerimis patah. Ada pesan yang tersembunyi di balik mendung. Pipiku telah basah. Bukan karena hujan. Di sini, aku bersandar bersama anak tangga. Masih basah oleh rerumputan yang mengelilinginya. Hatiku berembun tangis. Aku tertunduk pilu. Ingin kuputar kembali 15 menit yang lalu.
Bagaimana aku telah memaki seorang profesor. Makian itu masih menggantung di kerongkonganku. Ingin memecahnya; menghantam udara. Sungguh kasihan, burung gereja yang hendak singgah di dahan itu mengurungkan niat mereka. Karena burung-burung itu tahu, suara parauku mengusik kebebasannya.
26 November 2011
Menebang Pohon demi Perpustakaan
Perpustakaan menjadi salah satu tempat menimba ilmu secara mandiri bagi siapa saja. Keberadaanya pun dianggap dan menjadi persyaratan mutlak tiap sekolah yang berdiri.
Namun, apa daya terbatasnya lahan dan dana untuk membangun perpustakaan membuat sekolah-sekolah di pedalaman Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk disulap menjadi perpustakaan.
Namun, apa daya terbatasnya lahan dan dana untuk membangun perpustakaan membuat sekolah-sekolah di pedalaman Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk disulap menjadi perpustakaan.
"Keringat" Guru Pedalaman Tumbuhkan Minat Baca Siswa
Menumbuhkan minat baca siswa di pedalaman Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau bukanlah pekerjaan mudah. Di tengah keterbatasan fasilitas, sulitnya akses informasi, dan akses menuju Ukui, minat baca para siswa di sekolah dasar di wilayah itu terbilang rendah.
Namun, Supriyanto, guru di SDN 005 Bukit Jaya, Ukui, memiliki cara kreatif untuk menumbuhkan minat baca para siswanya. Apa strateginya?
Namun, Supriyanto, guru di SDN 005 Bukit Jaya, Ukui, memiliki cara kreatif untuk menumbuhkan minat baca para siswanya. Apa strateginya?
25 November 2011
Jangan Berbohong untuk Pendidikan
*Sidharta Susila
Pendidikan adalah titian niscaya untuk membangun kehidupan yang bermartabat. Ketika pendidikan diselenggarakan dengan kepura-puraan, manipulasi, bahkan kebohongan, tragedi kehidupan segera lahir.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Buah dari ketekunan dan kesetiaan pada karya pendidikan tak selalu bisa segera dipetik. Menekuninya berarti meniscayakan pribadi pemuja kehidupan dengan visi hidup berkarakter dan kemampuan bertahan dalam pengharapan.
Kebalikannya, bagi kaum pragmatis-oportunis, pilihan bertekun dalam dunia pendidikan adalah kekonyolan, bahkan ketololan. Dalam roh pragmatis dan oportunis, keterlibatan mereka dalam dunia pendidikan pertama-tama dan utama demi kepentingan pribadi yang sesaat. Dinamika pendidikan seperti ini diwarnai kepura-puraan, manipulasi, dan kebohongan. Dunia pendidikan menjadi kendaraan untuk mencapai ambisi pribadi atau kelompoknya sendiri.
Pendidikan adalah titian niscaya untuk membangun kehidupan yang bermartabat. Ketika pendidikan diselenggarakan dengan kepura-puraan, manipulasi, bahkan kebohongan, tragedi kehidupan segera lahir.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Buah dari ketekunan dan kesetiaan pada karya pendidikan tak selalu bisa segera dipetik. Menekuninya berarti meniscayakan pribadi pemuja kehidupan dengan visi hidup berkarakter dan kemampuan bertahan dalam pengharapan.
Kebalikannya, bagi kaum pragmatis-oportunis, pilihan bertekun dalam dunia pendidikan adalah kekonyolan, bahkan ketololan. Dalam roh pragmatis dan oportunis, keterlibatan mereka dalam dunia pendidikan pertama-tama dan utama demi kepentingan pribadi yang sesaat. Dinamika pendidikan seperti ini diwarnai kepura-puraan, manipulasi, dan kebohongan. Dunia pendidikan menjadi kendaraan untuk mencapai ambisi pribadi atau kelompoknya sendiri.
23 November 2011
Perpustakaan Keliling Mulai Datangi TK dan SD
Pemerintah Kota Tangerang Selatan mulai menggiatkan program membaca dengan mengadakan perpustakaan keliling di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Kepala Taman Kanak-kanak Ar-Raihan, Serpong, Tin Komalasari menyambut baik rencana Pemkot Tangsel dengan membuat program perpustakaan keliling ini. TK Ar-Raihan merupakan salah satu sekolah yang mendapat kesempatan pertama menerima kunjungan mobil perpustakaan keliling tersebut.
Kepala Taman Kanak-kanak Ar-Raihan, Serpong, Tin Komalasari menyambut baik rencana Pemkot Tangsel dengan membuat program perpustakaan keliling ini. TK Ar-Raihan merupakan salah satu sekolah yang mendapat kesempatan pertama menerima kunjungan mobil perpustakaan keliling tersebut.
Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca
Kepala Balai Bahasa Bandung Abdul Khak mengatakan, tradisi menulis di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan tradisi membaca, terlebih di kalangan generasi muda. Rendahnya tradisi menulis, menurut Abdul, akibat rendahnya minat membaca.
"Minat membaca saja sebenarnya masih rendah. Bayangkan, minat menulis justru berada di bawah minat membaca. Ini tentunya sangat mengkhawatirkan," kata Abdul Khak, Rabu (23/11/2011), di Bandung, Jawa Barat.
"Minat membaca saja sebenarnya masih rendah. Bayangkan, minat menulis justru berada di bawah minat membaca. Ini tentunya sangat mengkhawatirkan," kata Abdul Khak, Rabu (23/11/2011), di Bandung, Jawa Barat.
21 November 2011
Memperjelas Peran Puskesmas
- Oleh Awaluddin Abdussalam
Dalam setahun ini diperkirakan ada 1,7 juta kematian pada anak atau 5 persen pada balita akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah lewat imunisasi, seperti campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, dan tuberkulosis (tb). Laporan terakhir menyebutkan pada januari-Oktober 2011 terjadi ledakan atau kejadian luar biasa difteri di Jatim, menjangkiti tak kurang dari 328 anak dan menewaskan 11 anak (Irwan Julianto, 2011).
Kamus Pertama di Indonesia soal Istilah Pertelevisian
Kamus Istilah Pertelevisian
Kamus Istilah Pertelevisian diterbitkan Penerbit Buku Kompas dan ditulis Leli Achlina dan Purnama Suwardi, keduanya praktisi televisi nasional, yang merasa terpanggil merangkum dan menulis berbagai istilah pertelevisian.
Kamus Istilah Pertelevisian diterbitkan Penerbit Buku Kompas dan ditulis Leli Achlina dan Purnama Suwardi, keduanya praktisi televisi nasional, yang merasa terpanggil merangkum dan menulis berbagai istilah pertelevisian.
18 November 2011
Puisi-puisi Lailatul Kiptiyah
Duka
serumpun duka hati berkubang di kesedihan masa
duka meratap diam dalam siraman dusta dan dosa menyemat rapat di kelepak waktu
adalah cahaya Engkaulah cinta di lautan khilafku
dan ombak duka terdiam menepi atas kuasaMu
2009 (1430 H)
Perdu
Tanah adalah ibu yang mengandungmu pada sebutir biji, hujan ikhlas menitisi
hingga pecahlah benihmu bercukul bertunas bergerumbul dan bernas
membuat matahari dan angin menumpahkan rindu berpilin memekarkan hijau daun-daunmu menawarkan kepada segala yang ingin
serumpun duka hati berkubang di kesedihan masa
duka meratap diam dalam siraman dusta dan dosa menyemat rapat di kelepak waktu
adalah cahaya Engkaulah cinta di lautan khilafku
dan ombak duka terdiam menepi atas kuasaMu
2009 (1430 H)
Perdu
Tanah adalah ibu yang mengandungmu pada sebutir biji, hujan ikhlas menitisi
hingga pecahlah benihmu bercukul bertunas bergerumbul dan bernas
membuat matahari dan angin menumpahkan rindu berpilin memekarkan hijau daun-daunmu menawarkan kepada segala yang ingin
Jin Lampu TL 18 Watt
Cerpen AK Basuki
Sagrip baru mengganti lampu kamarnya dua hari yang lalu, tapi sekarang dia melihat lampu pengganti itu telah berkedip-kedip, byar pet-byar pet mirip lampu disko. Berpikir bahwa dia mungkin kurang kencang memasangnya pada fitting, diambilnya tangga lipat. Tidak ada gosong atau korsleting yang terlihat olehnya ketika dengan bantuan terang lampu dari ruang tamu dia memeriksanya, tapi lampu itu malah jadi benar-benar mati setelah dipasangkannya lagi.
“Jiangkrik!” dia memaki sendiri.
Sagrip baru mengganti lampu kamarnya dua hari yang lalu, tapi sekarang dia melihat lampu pengganti itu telah berkedip-kedip, byar pet-byar pet mirip lampu disko. Berpikir bahwa dia mungkin kurang kencang memasangnya pada fitting, diambilnya tangga lipat. Tidak ada gosong atau korsleting yang terlihat olehnya ketika dengan bantuan terang lampu dari ruang tamu dia memeriksanya, tapi lampu itu malah jadi benar-benar mati setelah dipasangkannya lagi.
“Jiangkrik!” dia memaki sendiri.
16 November 2011
Perpustakaan RSBI di Bawah Standar
SEMARANG- Pengelolaan dan pelayanan perpustakaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dinilai masih di bawah standar yang ditentukan.
Bahkan, adapula yang masih di bawah Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Ini dibuktikan dengan koleksi judul buku yang jauh dari harapan. Data yang dikumpulkan dari penelitian oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah, rata-rata koleksi judul buku perpustakaan RSBI baru 2.000 judul buku, semestinya 5.000 judul.
Bahkan, adapula yang masih di bawah Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Ini dibuktikan dengan koleksi judul buku yang jauh dari harapan. Data yang dikumpulkan dari penelitian oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah, rata-rata koleksi judul buku perpustakaan RSBI baru 2.000 judul buku, semestinya 5.000 judul.
Sajak-Sajak Rico Mangiring Purba
IBU
Ditanaknya mimpi-mimpi yang dijumpainya subuh tadi. Sambil berdoa diberikannya padaku sepotong mimpi yang paling besar kata ibu, aku anak tertua, jadi harus terima porsi itu. Maka sebelum aku dewasa kuterima amarah dua kali lebih banyak kuterima cambuk lebih panas dari memar kena pijar kata ibu aku harus larung jadi debu setinggi bintang AYAH Bukanlah prajurit yang raganya mesti mati di medan laga karena untuk jadi pusara itu mudah saja.
Tapi bapak telah jadi yang luhur karena kesetiaannya pada hening yang kadang tak dimengerti ibu. Bapak telah lama menikmati perselingkuhannya dengan yang senyap jauh sebelum raganya menikah dengan ibu. Lalu suatu masa dari doa bapa lahir bunga-bungaan, yang mekar karena bapak telah lama jadi Oak, menantang puyuh demi kami. AGAMAKU; DUKA Dengan nyalang kau bilang mereka binatang! Pada rahim-rahim yang tak punya hak pilih kau lahir jadi benih yang mendidih, "harusnya kupadamkan kau pakai kemih," sentak Ibu pada perutnya. (Bumi Dipasena, 29/9/2011)
Ditanaknya mimpi-mimpi yang dijumpainya subuh tadi. Sambil berdoa diberikannya padaku sepotong mimpi yang paling besar kata ibu, aku anak tertua, jadi harus terima porsi itu. Maka sebelum aku dewasa kuterima amarah dua kali lebih banyak kuterima cambuk lebih panas dari memar kena pijar kata ibu aku harus larung jadi debu setinggi bintang AYAH Bukanlah prajurit yang raganya mesti mati di medan laga karena untuk jadi pusara itu mudah saja.
Tapi bapak telah jadi yang luhur karena kesetiaannya pada hening yang kadang tak dimengerti ibu. Bapak telah lama menikmati perselingkuhannya dengan yang senyap jauh sebelum raganya menikah dengan ibu. Lalu suatu masa dari doa bapa lahir bunga-bungaan, yang mekar karena bapak telah lama jadi Oak, menantang puyuh demi kami. AGAMAKU; DUKA Dengan nyalang kau bilang mereka binatang! Pada rahim-rahim yang tak punya hak pilih kau lahir jadi benih yang mendidih, "harusnya kupadamkan kau pakai kemih," sentak Ibu pada perutnya. (Bumi Dipasena, 29/9/2011)
12 November 2011
Menggugat Paradigma Sehat
- Oleh Tulus Budi
Paradigma sehat bukan berarti tidak adanya penyakit atau orang sakit, melainkan bagaimana yang sehat dijaga dan ditingkatkan kesehatannya, dicegah agar tidak sakit, serta yang sakit mendapat penanganan optimal supaya sehat. Dengan demikian, paradigma sehat juga tidak mengesampingkan aspek pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Berburu Beasiswa ke Luar Negeri
- Oleh Gery Sulaksono
Tradisi untuk menimba ilmu ke luar negeri telah dilakukan sejak era awal kemerdekaan. Presiden pertama RI, Ir Soekarno mengirim ribuan pemudanya ke negara-negara maju, seperti Rusia, Jerman dan Belanda untuk bersekolah. Soekarno ingin, setelah lulus nanti, para pemuda Indonesia ini bisa memelopori pembangunan di negerinya sendiri, mengeksploitasi kekayaan alam Nusantara yang luar biasa banyaknya demi menyejahterakan rakyatnya, jadi tidak tergantung pada negara-negara asing.
Puisi-puisi Rifat Khan
JALAN SETAPAK DI PERIAN (Salam Untuk Ibu)
* Di perian. Detak jantung terlalu jauh dari ibu. Menghitung malam tanpa bintang, dan asap-asap rokok kian bercerita. Tentang matamu yang basah menanti pagi. Atau tentang baju yang harumnya kian memudar dalam laci. Di gelap-gelap jalanan. Rintik-rintik gerimis adalah pengharapan dalam hati. Sekedar membasahi jalanan, dan membawa jauh jejakmu berlayar. Entah kenapa di malam seperti ini, kala hati ingin jauh berlari.
Tanganmu seakan menarik dan berucap, cepat kembali karena cinta terlalu berat kutanggung sendiri.
** Aku adalah cerita. Membentuk muara dalam jalan tak rata. Sejauh dua kilometer. Disepanjang luka kian tercecer. Sedang malam disini tak seperti malam dirumahmu. Tak ada Ibu yang membuat teh manis dengan air matanya. Tak ada hati yang setia merapikan tempat tidur sebelum pagi menjelma. Ah, aku tak mau luka membawa langkahku kembali ke hatimu. Aku hanya ingin tersenyum dan menyeka semua rintik hujan dimatamu. Meskipun ku tau, kau tak akan pernah menghendaki itu.
* Di perian. Detak jantung terlalu jauh dari ibu. Menghitung malam tanpa bintang, dan asap-asap rokok kian bercerita. Tentang matamu yang basah menanti pagi. Atau tentang baju yang harumnya kian memudar dalam laci. Di gelap-gelap jalanan. Rintik-rintik gerimis adalah pengharapan dalam hati. Sekedar membasahi jalanan, dan membawa jauh jejakmu berlayar. Entah kenapa di malam seperti ini, kala hati ingin jauh berlari.
Tanganmu seakan menarik dan berucap, cepat kembali karena cinta terlalu berat kutanggung sendiri.
** Aku adalah cerita. Membentuk muara dalam jalan tak rata. Sejauh dua kilometer. Disepanjang luka kian tercecer. Sedang malam disini tak seperti malam dirumahmu. Tak ada Ibu yang membuat teh manis dengan air matanya. Tak ada hati yang setia merapikan tempat tidur sebelum pagi menjelma. Ah, aku tak mau luka membawa langkahku kembali ke hatimu. Aku hanya ingin tersenyum dan menyeka semua rintik hujan dimatamu. Meskipun ku tau, kau tak akan pernah menghendaki itu.
09 November 2011
Penampilan Prima Pustakawan
- Oleh Ahyati Rahayu
Diakui atau tidak, sejauh ini pustakawan masih banyak dipandang sebagai profesi yang kurang ”bergengsi”, meskipun kenyataannya tetap mempunyai andil besar, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Membangun Masyarakat Pedesaan
- Maria Ulfa : Mahasiswi Syari’ah Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk itulah, maka kemudian program Kuliah Kerja Nyata, atau yang lebih akrab dengan sebutan KKN, sangat diperlukan. Hal ini diberlakukan guna membantu mahasiswa dalam meningkatkan isi sekaligus bobot sebagai seorang cerdik cendekia, yakni dengan cara mempraktikkan semua ide-ide cemerlangnya dalam dunia nyata.
07 November 2011
Menjadi Guru Ideal
Judul Buku : Gurunya Manusia
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : 256 halaman
Peresensi : Supriyadi*)
Ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dibombardir oleh Amerika Serikat pada 1945, hal yang pertama ditanyakan oleh Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito adalah berapa banyak guru yang masih hidup. Kaisar Hirohito sangat sadar bahwa kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa itu dimulai dari sumber daya manusianya. Sementara sumber daya manusia yang baik itu bisa dicapai dengan pendidikan. Sedangkan faktor yang penting dalam pendidikan pada masa itu adalah keberadaan guru.
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : 256 halaman
Peresensi : Supriyadi*)
Ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dibombardir oleh Amerika Serikat pada 1945, hal yang pertama ditanyakan oleh Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito adalah berapa banyak guru yang masih hidup. Kaisar Hirohito sangat sadar bahwa kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa itu dimulai dari sumber daya manusianya. Sementara sumber daya manusia yang baik itu bisa dicapai dengan pendidikan. Sedangkan faktor yang penting dalam pendidikan pada masa itu adalah keberadaan guru.
01 November 2011
Perpustakaan Bontang Juara Favorit TI
Perpustakaan Kelurahan Loktuan, Kota Bontang, Kalimantan Timur, terpilih sebagai juara favorit bidang teknologi informasi pada lomba perpustakaan kelurahan yang digelar Perpustakaan Nasional.
"Alhamdulillah dengan usia yang masih cukup muda dibanding para pemenang lomba perpustakaan yang juaranya didominasi oleh provinsi di Jawa, Kota Bontang mampu keluar sebagai juara favorit kelurahan perpustakaan bidang teknologi informasi, setelah masuk 12 besar," kata Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) Kota Bontang, Asdar Ibrahim, di Bontang, Selasa (1/11/2011).
"Alhamdulillah dengan usia yang masih cukup muda dibanding para pemenang lomba perpustakaan yang juaranya didominasi oleh provinsi di Jawa, Kota Bontang mampu keluar sebagai juara favorit kelurahan perpustakaan bidang teknologi informasi, setelah masuk 12 besar," kata Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) Kota Bontang, Asdar Ibrahim, di Bontang, Selasa (1/11/2011).