Pages - Menu

28 Juni 2010

Panduan Meraih Sukses Plus

Oleh : Erwan Widyarto
BUKU-BUKU motivasi berserakan dengan tema sangat beragam. Sudah banyak buku jenis itu yang ditulis motivator dengan berbagai kelebihan. Tapi, buku DNA SuksesMulia (ditulis bersambung sebagai satu konsep) lahir dengan sejumlah perbedaan dari buku-buku motivasi yang ada. Itulah buku yang "dilahirkan" dengan konsep yang matang sehingga isinya aplikatif, mudah dipraktikkan.

Selama ini, buku-buku motivasi sekadar ditulis untuk menginspirasi (inspiring) dan mind blowing. Hal itu sudah diterima dan disukai pembaca. Para penulis buku tersebut, Jamil Azzaini, Farid Poniman, dan Indrawan Nugroho, melakukan hal sama di buku-buku sebelumnya. Pada 2005, misalnya, tiga penulis dari Kubik Leadership itu menerbitkan buku dengan judul Kubik Leadership. Buku tersebut laris dan jadi best seller.

24 Juni 2010

Bagaimana menimbang Resiko dalam memulai Bisnis ?

Oleh Tung Desem Waringin
Sering kali seseorang ingin memulai bisnis, yang menghambat mereka bukan karena kurang ilmu nya, pengetahuan, atau bahkan kurang modal, melainkan rasa takut. Takut lah yang menghambat mereka untuk memulai bisnis, kalau kita mau mulai belajar bisnis alangkah baik nya kita mengenal satu yang nama nya resiko.

23 Juni 2010

Refleksi 25 Tahun Perpustakaan Nasional RI MENUJU TOTAL QUALITY SERVICES*


Oleh : Romi Febriyanto Saputro **

 

A.                Pendahuluan

Tanggal 17 Mei 2005 nanti merupakan hari yang bersejarah bagi dunia perpustakaan di tanah air. Karena 25 tahun yang  lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , Daoed Joesoef secara resmi mencanangkan berdirinya Perpustakaan Nasional RI. Pada awalnya berdirinya Perpustakaan Nasional RI masih  berada dalam naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan.

14 Juni 2010

Menulis; Mendidik Otak dan Tangan

Oleh : Ahmad Taufiq


BAGAIMANA cara mendidik hati,, dan tangan (HOT) -istilah lain untuk menulis- yang baik? Apakah ''dipaksa'' alias by design atau dibiarkan mengalir, natural. Rasanya, pertanyaan ini cukup sulit dijawab. Sebab, masing-masing mempunyai kelebihan. Tapi, menurut Arswendo Atmowiloto - budayawan yang ketika memimpin sebuah tabloid bilang bahwa menulis itu gampang- jangan dipaksa dan biarkan mengalir apa adanya.

Menikmati Eksotisme Rusia


''DI perberhentian stansia Teatral'naya, lelaki muda itu turun. Di tempat penungguan penumpang, perempuan cantik semampai telah menantinya. Mawar merah pun dihadiahkan sang lelaki kepada sang perempuan. Selanjutnya mereka pun berpelukan dan berciuman; romantis dan seksi.'' Begitu, antara lain, ungkap penulis buku ini dalam bab Romantisme Pergaulan.

Bagi warga Rusia, begitu ungkapan berikutnya, bunga adalah gambaran hati. Bunga adalah simbol cinta, kasih, dan sayang. Tidak ada yang lebih agung daripada sebuah bunga yang menyuarakan hati terdalam dari seseorang untuk sang pujaan. ''Adalah hal yang lebih indah dari sebuah bunga?'' tanya Natalia, gadis Rusia.

Di halaman lain, penulis menggambarkan pengalaman pertamanya masuk metro (kereta api bawah tanah) di Moskow, tempat 7 juta warga memanfaatkannya setiap hari. Setiap penumpang harus menuruni eskalator pada kisaran 30-40 meter. ''Curamnya minta ampun. Ada dua eskalator menuju bawah dan dua lainnya ke atas. Saat mau turun, waow... para penumpang yang ada di bawah kelihatan cebol-cebol. Goyangan tangga berjalan ini membuat setiap orang harus berpegangan,'' tulisnya.

12 Juni 2010

Berharap Perpustakaan Tak Seperti Tokek

Oleh : Idhar Resmadi

Sudah menjadi kredo usang jika masyarakat kita memang terbiasa dan dibesarkan dengan budaya lisan. Di tengah gagapnya masyarakat terhadap dunia literasi, bagaimana dunia perpustakaan menemui titik terangnya sebagai pelita dalam gelap bagi keberlangsungan masyarakat informasi di Indonesia dewasa ini?

Penulis-cum-penyair Goenawan Mohamad pernah menganalogikan bahwa dunia buku di Indonesia bak hewan tokek. Analoginya bersumber dari pergerakan budaya praliterer menuju budaya pascaliterer di mana dominasi benda-benda visual macam televisi, handphone, dan internet telah mengepung masyarakat Indonesia sehingga kehilangan lingkungan budaya membaca buku. Maka, buku pun ibarat tokek, makhluk yang terancam punah. Padahal, kalau menilik fakta yang ada, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sudah terbilang melek huruf.

07 Juni 2010

Refleksi Hari Lingkungan Hidup Sedunia Adaptasi Perubahan Iklim

Oleh Toto Subandriyo

Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2010 yang mengusung tema Banyak Spesies, Satu Planet, Satu Masa Depan (Many Species, One Planet, One Future) perlu kita jadikan momentum untuk kontemplasi dan berziarah kepada hati nurani. Beberapa tahun terakhir rasanya kita kesulitan memahami dan menerjemahkan bahasa dan sabda alam.

Peradaban yang telah berjalan secara arif berabad-abad kini terusik. Sebut saja satu contoh "pranoto mongso" yang selama ini menjadi pegangan para petani kita dalam bertani. Dulu, nenek moyang kita memercayai betul bahwa Desember adalah bulan gedhe-gedhene sumber. Januari disebutnya sebagai "hujan sehari-hari". Artinya, pada Desember-Januari intensitas curah hujan mencapai puncaknya. Banjir besar biasanya terjadi pada kurun waktu itu.

04 Juni 2010

We Will Not Go Down (Lagu Untuk Gaza)

Siapa yang tidak mengenal lagu "We Will Not Go Down" yang setiap hari menjadi soundtrack pemberitaan serangan brutal Israel ke Jalur Gaza oleh TV One." We will not go down" yang kurang lebih berarti "Kita Tidak Akan Pernah Menyerah" ini dinyanyikan oleh Michael Heart.

Michael Heart a.k.a Annas Allaf adalah seorang muslim yang lahir di Syria dan dibesarkan di Eropa (Swiss dan Austria), Timur Tengah dan Amerika Serikat. Ia memiliki hidup yang multi-budaya dan kemampuan menyerap musik dari berbagai belahan dunia.

03 Juni 2010

Astronom-astronom Muslim

Jabir bin Aflah adalah astronom Muslim pertama di Eropa yang membangun observatorium Giralda, di Serville. Karyanya berjudul The Book of Astronomy

Astronomi merupakan ilmu yang telah lama menjadi objek kajian umat Islam. Melalui kajian ilmu ini kaum Muslimin mampu mengurai misteri benda-benda langit dan memberikan sumbangan berharga bagi dunia.

02 Juni 2010

THE MAN WHO LOVED BOOKS TOO MUCH

Oleh Muhidin M Dahlan

“Gila atau waras, mereka menyelamatkan peradaban” – Wilmarth Sheldon Lewis

Secara dialektis di dunia buku terdapat dua golongan yang terus-menerus berseteru: (1) para pencela dan pemangsa buku dan (2) pemburu dan pembela buku.

Untuk golongan pertama, bisa disebutkan 7 jenis: api, air, kutu, debu, pembakar buku, negara (totaliter) dan aparatusnya, dan pemalas (baca buku). Ketujuh setan buku itulah yang terus-menerus mengusik dan merongrong dengan pelbagai cara buku-buku yang berseberangan dengan keyakinan mereka.

Sementara itu di sudut lain ada pembela buku yang tak kalah heroik dan gilanya melakukan pembelaan atas buku. Alllison Hoover Bartlett lewat buku The Man Who Loved Book Too Much membantu menunjukkan jenis watak penggila buku ini secara blak-blakan, terus-terang, ironi, dengan narasi-narasi sederhana.

Penemuan Kembali Pancasila

Oleh Asvi Warman Adam

SEKARANG muncul kerinduan kembali pada ideologi Pancasila. Konflik horizontal, radikalisme berlabel agama dan separatisme, serta munculnya gejala disintegrasi bangsa mengakibatkan masyarakat menengok kembali pada sesuatu yang bisa menjadi perekat kesatuan bangsa. Yang tepat untuk itu adalah Pancasila. Maka, secara bertahap peringatan hari lahirnya Pancasila diselenggarakan lagi.

Pada masa sebelumnya, ketika rezim Orde Baru tumbang, kejenuhan terhadap penataran Pancasila mencapai puncaknya. Maka, BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dibubarkan, sedangkan penataran P4 (pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila) dihapuskan. Pancasila tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib di sekolah dan perguruan tinggi.

Perbedaan Bunga Bangkai dan Bunga Raflesia Arnoldi



Rafflesia arnoldii

Merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis.


Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini.

Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma.