Judul: 13 Kiat Hidup Sukses
Penulis: Wisnubroto Widarso
Editor: C. Erni Setiyowati
Penerbit: Kanisius
Cetakan: II/2012
Tebal: 88 halaman
Harga: Rp16.500
ISBN: 978-979-2-21-3045-4
Selama ini angka 13 ibarat hantu nan menakutkan. Pun bahasa Indonesia mengadopsinya dalam frase "celaka tiga belas". Bahkan pernah ada serial film horor berjudul, "Friday the13." Padahal menurut penulis buku ini, semua itu sekadar asumsi. Yang pertama menganggap angka tersebut jelek ialah para penjajah. Semacam mitos pembawa sial yang notabene membuat bangsa ini dieksploitasi selama 350 tahun lebih.
"13 Kiat Hidup Sukses" menyajikan pemahaman baru ihwal hakikat sukses. Isinya membongkar mentalitas inferior bangsa Selatan yang dihegemoni para cowboys dari Utara. Buku ini merupakan “metamorfosis” karya tulis "Kiat Hidup Sukses". Sebelumnya terbit pada 1994. Dulu disajikan dengan gaya seriosa yang relatif serius, kini dihadirkan kembali dengan nuansa bossanova nan riang dan ceria.
Dewasa ini, para motivator beken mengkaitkan kata "sukses' dengan DPG. Yakni akronim dari Duit, Popularitas, dan Glamor. Wisnubroto Widharso melontarkan pertanyaan reflektif, "Apakah benar hanya DPG yang mencirikan manusia itu sukses? (halaman 11).
Dosen Akademi Bahasa Asing St. Pignatelli, Surakarta tersebut berpendapat lain. Jika membaca koran dan menonton televisi, hampir selalu mendengar berita kasus korupsi. Pengusaha menyuap pejabat tinggi. Mereka berkomplot merampok uang rakyat. Selain itu, tak sedikit artis yang dipuja jutaan penggemar, tapi acapkali kawin-cerai. Mereka mengantongi predikat DPG, tapi sama sekali belum sukses menjadi manusia.
Untungnya, ada pula selebritis yang berjiwa sosial. Salah satunya ialah Oprah Winfrey. Pada 2007. Presenter berkulit hitam ini menjadi salah satu orang terkaya di Amerika Serikat versi majalah Forbes. Kekayaannya mencapai Rp13,5 trilyun lebih. Tapi bukan hanya kekayaan materi yang ia miliki, Oprah pun mempunyai sikap welas asih.
Hartanya dikembalikan kepada masyarakat. Ia sering mengundang wong cilik ke acara talkshow-nya. Oprah juga menghadiahi para tamu dengan uang tunai, tiket plesir, mobil, dan rumah mewah. Tercatat pada acara bulan September 2004 bertepatan dengan perayaan 19 tahun The Oprah Winfrey Show, ia memberikan masing-masing hadirin sebuah mobil Pontiac seri terbaru. Sebagai catatan kecil, satu unit mobil harganya $28.000 dan total tamu ada 276 orang (halaman 31).
Masih ada misi altruistik Oprah lainnya. Pada 2003, ia membeli lahan 11 hektar di Meyerton, Provinsi Guateng, Afrika Selatan. Kemudian, ia membangun The Oprah Winfrey Leadership Academy for Girls. Hanya 2 tahun berselang, sekolah tersebut menampung 450 siswi setingkat SMP. Oprah memang memiliki kepedulian terhadap sesama. Terutama anak-anak yang hidup serba berkekurangan di benua Afrika.
Buku ini terdiri atas 13 subbab. Antara lain: Mengenali Orang Sukses, Menjadi Diri Sendiri, Mempunyai Komitmen, Tetap Belajar, Terbuka dan Fleksibel, Mempunyai Sahabat-sahabat, Pandai Berkomunikasi, dan Bersyukur. Selain menulis buku pengembangan diri, Wishnubroto Widarso juga piawai menulis puisi dan cerpen. Kumpulan puisinya berjudul, "Amsterdam Selayang Pandang" dan kumpulan cerpennya, "Tergoda oleh Manisnya". Keduanya karya sastra tersebut dicetak secara independen.
Secara blak-blakan, penulis buku ini membuka kartu hidupnya. Ketika masih muda, ia pernah bekerja di kapal pesiar. Pangkalannya ada di Miami, Florida, Amerika Serikat. Artinya, selama setahun penuh ia berada jauh di perantauan. Rasa rindu acapkali mengiris hati. Dalam kesepian, ia mengharapkan datangnya surat dari tanah air. Ketika itu, belum ada HP atau laptop. Selain surat dari ayah dan ibunya, ia mengharapkan surat dari Agoes. Kenapa? Karena isi surat sahabat dari sejak SMP itu menarik dan jenaka. Sehingga ia bisa sedikit mengobati rasa kangen pada kampung halaman. Hatinya pun tidak kebat-kebit tertiup angin laut (halaman 53).
Ia juga mengenang sahabat sekaligus dosennya di bangku kuliah. Namanya Romo Bolsius SJ. Paderi Jesuit ini kini bermukim di Negeri Tulip dan Kincir Angin. Tatkala salah satu buku Wisnubroto terbit (10 Kiat Menjadi Bahagia, 1991), Romo memberi komentar dan sedikit pujian yang wajar, "Saya kira buku kecil ini cukup tepat, terutama untuk muda-mudi. nasihat-nasikah yang kamu berikan pada mereka itu sehat dan sederhana, sehingga anak muda yang berpikir tepat bisa melaksanakannya." (Haren tertanggal 25 Maret 1991, halaman 54).
Lewat kesaksian tersebut, ia hendak menandaskan manusia tidak hidup sendirian di dunia ini. Kita memang harus hidup bersama sesama. Pun tidak sekadar bersama, tapi saling menyapa, melayani, menguatkan, dan mengapresiasi. Itulah arti seorang sahabat sejati. Dalam konteks ini, tamsil John Donne tetap relevan. Penyair Inggris dari abad ke-17 itu mengatakan, "No man is an island." Manusia ibarat benua dan lautan yang tak terpisahkan satu sama lain.
Tak hanya dengan sesama manusia. Tapi juga dengan segenap titah ciptaan. Pada subbab 12 "Ikut Melestarikan Alam", terdapat kutipan petuah Chief Seattle. Beliau merupakan tetua Suku Indian Suquamish. Mereka dulu tinggal di kawasan yang kini masuk ke dalam negara bagian Washington, "Setiap jengkal bumi ini adalah sakral bagi bangsaku. Setiap pucuk cemara yang berkilau, setiap hamparan pantai berpasir, setiap tetes embun di hutan-hutan yang rimbun, setiap dengung serangga adalah kudus dalam kenangan dan pengalaman bangsaku. Air yang kemilau dan mengalir di sungai-sungai bukanlah air semata namun darah leluhurku. Gemericik air adalah desah nenek moyangku." (halaman 74). Chief Seattle mengirimkan surat tersebut kepada Franklin Pierce, Presiden A.S ke-14. Yakni, sebagai jawaban atas keinginan sang presiden yang hendak "menjarah" tanah leluhur suku Squamish.
Buku setebal 88 halaman ini ibarat suplemen makan an bagi astronot. Sebab walau berkemasan mini(mal) tapi berfaedah maksi(mal). Hakikat sukses bukan melulu material, melainkan lebih pada mekarnya kepedulian pada sesama yang menderita. Selamat membaca! (T. Nugroho Angkasa S.Pd, guru bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) dan ektrakurikuler English Club di SMP Kanisius, Sleman, Yogyakarta)
Sumber: Kompas, 6 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar