Pages - Menu

07 Juni 2012

Persahabatan Laskar Pelangi

Judul Buku    : Mahar dan Kalung Buah Aren.
Penulis            : Alya Namira Nasution.
Penerbit          : Bentang Belia, Yogyakarta.
Terbit             : Cetakan I, Februari 2012.
Tebal              : vi + 126 halaman.
ISBN               : 978-602-9397-02-4


Buku serial Laskar Pelangi ini sangat pas dijadikan bacaan ringan tapi penuh dengan beragam hikmah untuk anak-anak atau adik-adik kita di rumah. Buku ini merupakan pengembangan cerita dari tokoh-tokoh dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang sangat fenomenal dan telah difilmkan, bahkan dialihbahasakan ke dalam 26 bahasa. Wow! Sebuah prestasi dari anak negeri yang patut dibanggakan tentunya.
Alya Namira Nasution, penulis buku ini, adalah bocah kelahiran Medan 2001. Ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas enam. Hebatnya, pada usianya yang masih sangat belia itu, ia telah beberapa kali memenangi lomba menulis dan telah menerbitkan sejumlah buku. Yang membanggakan lagi, ia rela menyisihkan sebagian royaltinya untuk mendirikan “Taman Bacaan Gratis” yang diberi nama “Rumah Buku AlyaNayya.”

Beberapa waktu yang lalu, Alya terpilih sebagai salah satu penulis serial “Laskar Pelangi” versi anak, terbitan Bentang Belia, Yogyakarta. Karena dipersembahkan untuk anak-anak Indonesia, maka buku ini dikemas dengan menggunakan gaya bercerita khas anak-anak yang sederhana, lugas, tapi tetap menarik dan menyentuh hati.
Buku ini bercerita tentang persahabatan anak-anak Laskar Pelangi yang diwarnai suka dan duka. Seperti kecemasaan yang dirasakan oleh Ikal dan kedelapan temannya yang nyaris gagal bersekolah karena kekurangan satu orang murid. Harun adalah murid yang akhirnya menggenapkan bilangan mereka menjadi sepuluh orang. Karena jika muridnya kurang dari sepuluh, maka sekolah yang bangunannya sangat buruk dan mirip gudang kopra itu akan ditutup.
Namun, yang patut dibanggakan, meskipun gedung sekolah mereka sangat buruk, tapi dihuni oleh anak-anak yang luar biasa dan istimewa. Seperti Lintang, anak seorang nelayan miskin yang harus pandai-pandai membagi sebagian besar waktu luangnya untuk merawat kelima adiknya, tapi ia memiliki kecerdasan luar biasa. Dalam segala keterbatasan yang ada, Lintang tetap bersemangat tinggi untuk terus menuntut ilmu.
Salah satu kisah paling unik sekaligus kocak dalam novel ini adalah terpilihnya Mahar sebagai pemimpin Laskar Pelangi ketika Karnaval Agustusan telah tiba. Sayangnya, pihak sekolah mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk turut memeriahkan acara tersebut. Di luar dugaan, ternyata Mahar tiba-tiba mendapat sebuah ide untuk membuat kostum sederhana yang ia rangkai dari daun-daun jati dan buah aren sebagai kalungnya.
Sungguh tak disangka, ternyata aksi anak-anak Laskar Pelangi yang seperti orang kesurupan ketika beraksi di acara karnaval itu malah menarik perhatian dewan juri. Merekalah yang kemudian dinobatkan menjadi juara, mengalahkan SD PN Timah, sang juara bertahan. 
***
Diresensi oleh: Sam Edy Yuswanto*.
*Penulis Lepas,  tinggal di Kebumen, Jawa Tengah.

Sumber: Kompas, 7 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar