Pages - Menu

18 Februari 2012

Amankan Laut Menjadi "Lagu Wajib"

Oleh Adi Lazuardi

Walaupun perompakan laut di Indonesia menurun drastis, namun kita wajib selalu waspada agar tindakan rompak laut tidak tumbuh subur lagi di Indonesia. Apalagi negara kita merupakan negara kepulauan dimana luas lautan lebih besar dari daratan.

Dalam jumpa pers akhir tahun 2011, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan tingkat perompakan di Selat Malaka semakin hari semakin menurun drastis. Ia mengutip catatan Biro Maritim Internasional, terjadi penurunan kejahatan laut bersenjata di Selat Malaka menurun dari 38 pada 2004 menjadi nol pada 2011.


Sedangkan berdasar data yang dimiliki Unit Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCAAP) tingkat perompakan di Selat Malaka juga mengalami penurunan dari 35 pada 2005 menjadi nol pada 2011. Sementara menurut data TNI Angkatan Laut, dari 34 kali perompak pada 2004 menjadi hanya satu kali pada 2011.

Menarik sekali membaca buku "Keamanan Maritim dan Ancamannya" yang ditulis Siswato Rusdi, mantan wartawan transpotasi laut dan kini menjadi pengamat maritim, dan Alban Sciascia, pengamat maritim di Asia Tenggara warga Perancis. Keduanya merupakan alumnus Nanyang Technological University, Singapura.

Buku ini memaparkan berbagai ancaman yang mengintai di lautan seperti perompakan, penyelundupan dan terorisme maritim. Siswanto Rusdi, kolumnis kemaritiman di media nasional, menggarap bagian perompakan dan penyelundupan sementara kolega Perancis-nya, Alban Sciascia, menulis terorisme maritim.

Menurut Siswanto, perompakan merupakan sebuah praktik yang sama tuanya dengan pelayaran dan karenanya para perompak hadir dalam semua kebudayaan atau peradaban. Jadi, tidak hanya Afrika, dalam hal ini Somalia, dan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka. Bahkan, bangsa Romawi sejatinya merupakan bangsa perompak dulunya.

Sedangkan tentang penyelundupan, direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah 'think tank" kemaritiman di Jakarta itu mengatakan penyelundupan akan makin marak di tahun-tahun mendatang dengan laut sebagai mediumnya. Sementara itu, Alban Sciascia mencoba menjelaskan kemungkinan terkaitnya kegiatan perompakan dan penyelundupan dengan aksi terorisme.

Keduanya mencoba menarik kesimpulan bahwa laut akan menjadi sebuah wilayah yang akan sangat dinamis dengan ancaman keamanan ke depannya.

Ancaman terhadap keamanan maritim Indonesia perlu ditangani sangat serius. Mengapa ? Karena laut kita menjadi jalur transportasi laut oleh kapal-kapal barang dan Migas oleh kapal-kapal negara industri dan juga Indonesia

sendiri. Jika dikategorikan tidak aman maka akan membebani biaya angkutan laut dan dampak langsungnya adalah mahalnya harga barang-barang di negara sendiri.

Bahkan angkutan laut bisa menjadi sasaran terorisme. Angkutan barang dan Migas dapat menjadi sasaran teroris untuk melumpukan pasokan barang dan energi suatu negara yang dianggap musuhnya. Oleh karena itu, kita semua wajib ikut memelihara keamanan maritim Indonesia sehingga buku ini wajib dibaca.

Walaupun Indonesia mengklaim sebagai negara maritim tapi sedikit sekali buku yang membahas dunia maritime Indonesia. Padahal harta karun Indonesia mendatang ada di maritim. Terbitnya buku ini telah menambah literature mengenai maritime Indonesia.

Sumber: Kompas, 15 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar