Pages - Menu

11 Juli 2011

Petualangan Mendebarkan di Pulau Tropis

Oleh: Badrul Munir Chair*

Judul            : Penguasa Lalat
Penulis         : William Golding
Penerbit        : Pustaka Baca, Yogyakarta
Cetakan        : I, 2011
Tebal            : vii + 312 hlm.
Genre           : Novel (Sastra)

Membaca novel petualangan ala penulis Inggris memang kerapkali membuat jantung berdebar dan penasaran. Jalan cerita yang sulit ditebak, juga setting yang detail membuat pembaca seakan-akan kenal betul dengan lokasi cerita yang dibangun sang pengarang. Begitupun ketika saya membaca novel “Penguasa Lalat” (Lord of the Flies) karya William Golding.

Novel yang mengisahkan sebuah petualangan sekelompok anak sekolah yang terdampar di sebuah pulau tropis ini membuat saya kerap penasaran dan ingin cepat sampai pada akhir cerita.


Setting Pulau Tropis

William Golding, peraih Nobel Sastra 1983 ini begitu lihai membangun alur dan setting cerita. Mengambil setting di sebuah pulau tropis –yang tak disebutkan namanya-, pembaca seakan dibuat akrab dengan latar alam yang lekat dengan keseharian orang Indonesia; pulau, tanaman menjalar, semak belukar, ranting berduri, dsb. Pembaca akan terperangah dengan penyampaian lugas dan strategi kejut yang apik oleh William Golding dalam membangun ceritanya. Simaklah kutipan berikut: “…

Di sekelilingnya, terbentuk cekungan panjang bekas hantaman pesawat ke hutan rimba inidan masih terasa sangat panas. Anak itu berusaha merangkak naik di antara tanaman menjalardan batang pohon ketika burung berwarna merah dan kuning mendadak terbang dengan pekik melengking yang kemudian diikuti oleh pekik-pekik burung lainnya.” (hal. 1). Suasana yang dibangun Golding, dan visualisasi suara dalam teks ceritanya membuat kita seakan-akan merasakan dan ikut mendengar suara kicau burung tropis.

Di awal cerita kita sudah disuguhi setting yang mengesankan. Mungkin inilah kelebihan pertama William Golding, membangun latar cerita yang membuat pembacanya tidak jenuh.

Petualangan sekelompok anak sekolah

Dikisahkan, Ralph, seorang anak sekolah –belum beranjak remaja-, mengalami sebuah kecelakaan pesawat. Nahasnya, semua penumpang di pesawat itu adalah anak sekolah, dan sang pilot diyakini tewas. Sejumlah penumpang itu terpisah dan dipertemukan dengan cara yang mendebarkan. Piggy, Sam, Eric, Marridew, dan Johnny kemudian bergabung dengan Ralph untuk membicarakan cara agar mereka bisa keluar dari pulau tropis itu. Tak hanya itu, mereka juga mempunyai misi mencari anak-anak lain yang kemungkinan masih hidup dan terpisah dari mereka. Dari sinilah petualangan mereka dimulai. Di tengah perjalanan, mereka dihadapkan pada sejumlah rintangan, seperti makhluk buas dari dalam air, makhluk buas dari udara, dan mereka juga harus melawan ketakutan mereka sendiri, terutama setiap melihat bayangan besar pepohonan tinggi.

Lalu bagaimana akhir kisah seru petualangan sekelompok anak sekolah tersebut? Apakah mereka bisa selamat dari kematian yang selalu datang mengintai, ancaman makhluk-makhluk penghuni pulau, juga gambaran kematian yang menghantui mereka?

Novel “Penguasa Lalat” ini tak hanya menyuguhkan cerita petualangan yang seru, melainkan juga mengekspos dualitas kehidupan manusia, antara kecerdasan dengan naluri, ketertiban dan kekacauan, dipaparkan dengan muatan filosofis. Walau tokoh dalam novel ini adalah anak-anak, tetapi novel ini bisa dinikmati semua pembaca tanpa batasan usia.  Membaca “Penguasa Lalat” membuat pembaca akan terperangah dengan strategi kejut apik dari sang penulis. Maka tak salah jika novel ini dipilih oleh Majalah Time sebagai salah satu novel berbahasa Inggris terbaik 1923-2005. [ ]

* Badrul Munir Chair, pembaca buku sastra, mahasiswa fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sumber: Kompas, 10 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar