- Susheri : Mahasiswa Tadris Matematika IAIN Walisongo Semarang
Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan sikap/perilaku seseorang sebelum dan sesudah menimba ilmu. Apakah dalam dunia kesehariannya di masyarakat ia berkelakuan baik? Atau malah sebaliknya?
Di lingkungan masyarakat, sering kali dijumpai banyak orang yang berpendidikan tinggi, namun belum tentu memiliki perilaku dan perbuatan yang baik. Antara gelar yang disandang terkadang juga tidak sepadan dengan kelakuan yang dicerminkan. Bahkan, tidak jarang orang yang punya pangkat tinggi, tetapi perilaku dan perbuatanya tidak humanis sekali. Contoh kecil, perilaku dan perbuatan sebagian dari para pejabat kita sekarang ini.
Sebenarnya, jika dipahami secara lebih mendalam, keberhasilan dalam studi (buah ilmu) itu tidak lantas hanya dilihat dari segi kemapanan seseorang saja. Seorang yang punya pekerjaan mapan dan gaji yang lumayan besar, belum tentu lantas ia dikatakan sukses dalam studi. Nyatanya, tidak sedikit orang yang bergaji besar, tapi diperoleh dengan cara yang tidak benar, sehingga, estimasi tersebut perlu diluruskan kembali. Sebab, pada dasarnya keberhasilan studi seseorang itu lebih ditentukan oleh kematangan sikap dan perbuatannya setelah ia selesai menimba ilmu kemudian bergaul di lingkungan masyarakat.
Sekarang, tinggal bagaimana kita berbuat dan bersikap dengan masyarakat sekitar. Misalnya, masyarakat di sekitar tempat tinggal kita, atau mungkin di sekitar kos-kosan kita. Dari situ dapat diketahui seberapa berhasilkah kita dalam mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh selama masa studi. Ketika kita baik dalam sikap dan perbuatan, kemudian masyarakat menganggap baik, maka bisa dikatakan kita telah berhasil dalam studi. Sebaliknya, jika masyarakat memandang sikap dan perbuatan kita tidak sesuai dengan apa yang selama ini kita pelajari sebagai insan berpendidikan, berarti kita gagal dalam studi. (24)
Sumber: Suara Merdeka, 16 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar