Pages - Menu

20 Juni 2011

Liburan Bermakna

  • Oleh Asep Purwo Yudi Utomo
BELAJAR membutuhkan proses pengendapan dan penyegaran. Tidak selamanya anak “dipaksa” berjibaku dengan pelajaran, buku, dan tugas. Siswa membutuhkan waktu untuk mengendapkan ilmu dan menyegarkan otak mereka agar tidak kaku. Cara yang dilakukan pun harus tepat, agar setelah liburan anak langsung siap menghadapi pelajaran baru dengan hati senang.

Namun yang sering terjadi, anak merasa belum siap belajar ketika masuk ke kelas baru, suasana baru, guru baru, dan tentu saja tugas baru yang membuat mereka bosan. Karena itu, liburan harus bermakna, agar anak bisa siap menghadapi hal-hal semacam itu dengan baik.


Liburan bermakna yakni yang memiliki fungsi menghubungkan pelajaran dan kesenangan. Siswa tidak semata-mata libur total dan melupakan apa yang harus dilakukan setelah liburan. Liburan yang bermanfaat tidak harus mahal atau mengeluarkan uang banyak. Tidak pula mengganggu kesibukan orang tua. Salah satu contohnya adalah bermain bersama dengan keluarga.

Bersama Keluarga

Keluarga adalah hal terpenting dalam pendidikan. Liburan bersama keluarga memiliki nilai penanggulangan terhadap hal-hal negatif. Anak SD paling merasakan hal tersebut, mereka sebenarnya membutuhkan kebersamaan saat liburan. Kontak fisik dengan orang tua membuat mereka bahagia melebihi berlibur dengan cara yang mahal.

Sementara siswa sekolah menengah memiliki psikis yang berbeda dari anak SD. Mereka menginginkan sesuatu hal yang baru ketika bersama keluarganya. Pergi ke kebun binatang, memancing bersama, ke museum, ataupun berkunjung ke rumah sanak saudara, jauh bisa memberikan banyak pendidikan yang tidak mereka sadari. Liburan-liburan ke tempat seperti itu tidak begitu membuat otak anak terlalu santai, sehingga nantinya dengan mudah menyesuaikan kembali untuk kembali belajar di sekolah. (75)

— Asep Purwo Yudi Utomo SPd, guru SMK Muhammadiyah 1 Semarang

Sumber: Suara Merdeka, 20 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar