- Oleh Asep Purwo Yudi Utomo
Namun yang sering terjadi, anak merasa belum siap belajar ketika masuk ke kelas baru, suasana baru, guru baru, dan tentu saja tugas baru yang membuat mereka bosan. Karena itu, liburan harus bermakna, agar anak bisa siap menghadapi hal-hal semacam itu dengan baik.
Liburan bermakna yakni yang memiliki fungsi menghubungkan pelajaran dan kesenangan. Siswa tidak semata-mata libur total dan melupakan apa yang harus dilakukan setelah liburan. Liburan yang bermanfaat tidak harus mahal atau mengeluarkan uang banyak. Tidak pula mengganggu kesibukan orang tua. Salah satu contohnya adalah bermain bersama dengan keluarga.
Bersama Keluarga
Keluarga adalah hal terpenting dalam pendidikan. Liburan bersama keluarga memiliki nilai penanggulangan terhadap hal-hal negatif. Anak SD paling merasakan hal tersebut, mereka sebenarnya membutuhkan kebersamaan saat liburan. Kontak fisik dengan orang tua membuat mereka bahagia melebihi berlibur dengan cara yang mahal.
Sementara siswa sekolah menengah memiliki psikis yang berbeda dari anak SD. Mereka menginginkan sesuatu hal yang baru ketika bersama keluarganya. Pergi ke kebun binatang, memancing bersama, ke museum, ataupun berkunjung ke rumah sanak saudara, jauh bisa memberikan banyak pendidikan yang tidak mereka sadari. Liburan-liburan ke tempat seperti itu tidak begitu membuat otak anak terlalu santai, sehingga nantinya dengan mudah menyesuaikan kembali untuk kembali belajar di sekolah. (75)
— Asep Purwo Yudi Utomo SPd, guru SMK Muhammadiyah 1 Semarang
Sumber: Suara Merdeka, 20 Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar