- Oleh Fathur Rokhman
Persoalannya, bagaimana memasarkannya? Marilah kita mulai dari potensi perguruan tingginya. Tersebar di beberapa titik, sejumlah perguruan tinggi pemerintah (PTP) memiliki karakteristik masing-masing. Mulai Akademi Kepolisian (Akpol), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Diponegoro (Undip), Politeknik Negeri Semarang, hingga Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo.
Karakteristik itu tidak sebatas, misalnya Unnes merupakan lembaga pendidikan tenaga pendidikan (LPTK) yang merupakan perubahan sekaligus pengembangan dari IKIP Semarang.
Lebih dari itu, Unnes merupakan universitas konservasi yang menempatkan universitas ini pada peringkat ke-32 dunia sebagai green university. Saudara tuanya, Undip, juga tidak hanya bertengger sebagai lima besar perguruan terbaik di Indonesia ala Webometrics sekaligus urutan keempat terfavorit saat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nsegeri (SNMPTN) 2011 jalur undangan. Kampus itu bahkan menjadi universitas riset sebagai visi dengan warna kemaritimannya yang kental.
Ketika beberapa waktu lalu digelar forum Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri (BKS PTN) se-Jateng dan DIY, kesetaraan telah menjadi spirit utama. Disepakatinya credit transfer system, yang memungkinkan mahasiswa PTP di Semarang mengambil mata kuliah di PTP lain di Yogyakarta atau kota lainnya, merupakan bukti pengakuan kesetaraan itu.
Meskipun demikian, kerap kali mengemuka persoalan di kalangan pendidikan kota ini tentang bagaimana secara kreatif memasarkan lembaga pendidikan (tinggi), terutama ke luar wilayah. Padahal, kreasi itu bisa jadi memunculkan efek luar biasa jika seluruh lembaga pendidikan bersinergi. Tak ada salahnya kreasi pemasaran itu misalnya dikemas dalam label pameran pendidikan.
Langkah berikutnya yang perlu segera dilakukan adalah analisis pemasaran untuk menakar strategi. Dibandingkan dengan kota besar lain, Semarang punya keunggulan tersendiri. Secara fisik dan tata kota, Semarang adalah kota aman bencana. Mungkin ini bisa menjadi peluang yang ditawarkan sebagai jawaban atas kegelisahan mereka, ketika misalnya kota lain yang lebih dahulu dikenal sebagai jujugan pelajar, dicitrakan rawan gempa dan lahar.
Laman Pendidikan Sebagai kota jasa, Semarang mestinya mampu menjadikan dirinya sebagai peluang untuk membentuk paket jasa pendidikan. Di tingkat pendidikan tinggi, jasa yang dapat ditawarkan adalah mengemas pencitraan jajaran perguruan tinggi, baik itu milik pemerintah maupun yang diselenggarakan masyarakat (swasta).
Kekhasan tiap-tiap lembaga mesti ditonjolkan sehingga memberikan pilihan lebih beragam bagi calon ’’pembeli’’. Di tingkat pendidikan menengah, potensi itu tak kalah menariknya. Sebutlah SMA 3, SMA 1, dan beberapa SMA negeri unggulan lain yang bisa menjadi magnet besar bagi calon siswa dari luar kota. Begitu juga SMA swasta unggulan semacam Loyola, Sedes Sapeentiae, Semesta, Nasima, dan Karangturi. Keunggulan yang mesti dijadikan strategi pemasaran, misalnya SMA Semesta dengan boarding school-nya bisa menjadi jawaban atas kegalauan orang tua terhadap pergaulan anak-anaknya.
Pemasaran dapat ditempuh dengan membangun sinergitas difasilitasi pemkot atau sponsor lain ke beberapa kota di luar provinsi ataupun luar Jawa, bahkan lintas negara. Dapat dimanfaatkan pula program CSR bidang pendidikan baik dari jajaran BUMN maupun swasta.
Selain mengoptimalkan promosi lewat media konvensional (cetak dan elektronik), terobosan dapat dilakukan melalui dunia maya, misalnya membangun laman pendidikan Semarang yang memuat fitur profil konten pendidikan tiap-tiap lembaga, menautkan laman tersebut pada laman pendidikan populer seperti laman Dikti dan Dikmen. Secara sporadis, laman itu pun dapat ditautkan pada sekolah menengah, laman kampus, dan terbentuklah grup untuk saling diskusi di jejaring sosial semacam facebook. (10)
— Prof Dr Fathur Rokhman MHum, anggota Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang, Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja Sama Unnes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar