Satu
yang tak pernah saya hilangkan sebagai seorang penulis adalah kenangan yang
menarik, terlebih kenangan itulah yang paling membekas. Jika sebuah ide yang
paling berharga saya dapatkan dari memetik buah pengalaman itu, hal itu tentu
tak ternilai harganya dibanding apapun pencapaian yang pernah saya raih
sebelumnya.
Sebagai
seorang penulis yang masih perlu banyak belajar dan terus mengasah kemampuan,
melalui workshop, diskusi, seminar, acara-acara sastra, dan pelatihan, hasil
yang gemilang tentu yang paling saya incar. Ditolak -- dimuat, sudah terbiasa
dalam sebuah media. Menang – kalah, wajar didapatkan seorang penulis yang
mengikuti lomba. Selesai atau tidaknya sebuah tulisan, pasti akhir yang selalu
didapatkan.
Dulu
sewaktu kecil sekitar usia sembilan tahun, saya pernah berkunjung ke perpusda
bersama kakak dan ayah saya. Kata orang, buku-buku perpusda adalah yang paling
lengkap karena perpusda merupakan pemilik buku terlengkap di kabupaten Sragen.
Saya jadi ingin mengunjungi terus perpusda. Namun, baru beberapa waktu lalu
saya mendengar berita di majalah keluarga Genta, jika perpusda telah berpindah
ke jalan yang lebih besar dan tempatnya pun diperluas.
Buku-buku
yang selalu disajikan perpusda selalu memikat, beragam, dan tak pernah hilang
dari kata progresif. Yang membuat saya semakin semangat berkunjung ke perpusda
ialah, tempatnya begitu tenang. Membawa kita pada alam yang luas. Dimana kita
menatap apa yang kita baca.
Saya
menulis di rumah tidak pernah memuaskan. Karena tidak didukung oleh sarana
tempat yang nyaman. Berbeda saat di perpusda, dalam waktu tiga jam saya bisa
menghasilkan tiga buah cerpen dan puisi yang itu semua mendapatkan tempat di
media massa. Padahal sebelum saya mengenal tempat perpusda yang sejuk,
lingkungan rumah dan sekolah yang sering saya gunakan untuk menulis tak pernah
mengasyikkan. Pencapaian saya lebih baik ketika saya menuangkan seluruh
imajinasi dan inspirasi saya di Perpusda. Saya jadi semangat untuk menulis. Dan
saya bisa mengikis keburukan saya dalam menulis. Yang seringkali macet di
tengah jalan cerita dan dilahab tong sampah.
Tempat-tempat
di perpusda juga sering ditata rapi. Dengan desain yang ideal. Saya paling
senang berfoto di perpusda. Perpusda membuat saya lebih percaya diri. Sejak
saat itu, perpusda menjadi tempat favorit saya. Terutama tempat untuk
bereksperimen.
Pernah
suatu ketika ada pengalaman yang lucu. Waktu itu sekitar jam empat sore saya
mendapatkan satu pesan dari sahabat penulis di Yogya. Sahabat saya mengatakan
jika puisi saya dengan judul sekian dimuat di Joglosemar hari itu. Hati saya
melonjak. Langsung saja saya nyalakan motor untuk mencari penjual koran yang
masih ada. Tetapi, harapan saya tak menemui hasil. Tak satupun penjual Koran,
yang biasa di pinggir jalan raya Sragen, yang masih ada. Saya jadi menangis.
Saya
curhat pengalaman saya di FB dan beberapa teman saya di semua kontak nomor
saya. Tapi tak ada satupun yang merespon. Di beranda saya hanya ada puluhan like status. Salah seorang teman
kemudian menyarankan saya untuk ke Monumen Pers saja. Sebab disana banyak berita
dan artikel media di seluruh Indonesia, edisi berapa pun, yang bisa ditemui. Dan
bisa mencari referensi lain.
Tapi
entah mengapa saya tidak melaksanakan saran dari teman saya itu. Jarak antara Solo
dengan Sragen lumayan jauh. Menghabiskan tenaga dan waktu. Dan apabila kita
ingin mencari Katalog hanya efektif pada hari Jum’at. Karena banyak petugas
yang hadir pada hari itu.
Dan,
saya tiba-tiba teringat oleh perpusda. Saya sering melirik pengunjung perpusda lain
yang asyik membaca koran-koran, ketika saya bingung mencari buku. Sepertinya
lengkap dan beragam.
Esoknya
pada hari Senin, saya berkunjung ke perpusda dan mencari-cari koran Joglosemar edisi
tiga minggu lalu dalam sebuah jilidan yang menjadi tumpukan di lemari. Wah, ada
puisi saya. Lengkap dengan nama terang saya. Saya tidak bisa menahan air mata
bahagia.
Langsung
saya foto dan saya print gambarnya.
Kadangkala, saya selalu tersenyum manatap foto itu. Perpusda selalu di hati
Catur Hari Mukti,
adalah Penulis yang lahir dan tinggal di Sragen. Aktif di KSM (Komunitas Sastra
Malmantaka) Sragen dan MAF (Malmantaka Art Furniture). Publikasi buku kumpulan
puisinya “Perisai Hujan” diterbitkan oleh Deka Publisher.
Nama : Catur Hari Mukti
Akun Fb : Catur Hari Mukti
Alamat : Jln. Ringin Timur No. 62, Purworejo, Sambirejo, Sragen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar