Cinta dalam Sepotong Gula Kapas
Judul Buku: Cotton Candy Love
Penulis : Priscila Stevanni
Penerbit: Bentang Belia
Cetakan: Januari, 2013
Tebal: viii + 244 halaman
ISBN: 978-602-9397-72-7
Novel
remaja buah karya Priscila Stevani, gadis kelahiran Jakarta 18
September 1992 ini tak melulu bicara tentang cinta dan cinta. Tapi juga
menyelipkan pesan moral sekaligus menginspirasi buat para remaja yang
tengah dirundung rasa galau setelah mengalami sebuah kegagalan yang
membuatnya menjadi terpuruk, putus asa.
Cerita bermula ketika
liburan sekolah telah usai. Betapa senangnya Sessa, setelah mengetahui
bahwa di kelas barunya (XI IPA) itu, ia bisa kembali satu kelas dengan
Agta, sahabatnya yang pada setahun lalu juga berada di kelas yang sama.
Meski Sessa agak kecewa, karena Yoza, sahabatnya yang lain tak sekelas
dengannya (hal. 5-6).
Sessa dan Agta langsung merasa ‘bete’ ketika
mengetahui bahwa guru wali kelas mereka adalah Pak Toyo, guru
Matematika yang terkenal ‘killer’ di sekolahnya (hal. 11). Terlebih,
saat keduanya tidak bisa memilih tempat duduk sendiri, karena yang
mengatur tempat duduk para siswa adalah guru wali kelas. Dan yang
membikin Sessa dongkol, ternyata ia kebagian duduk di bangku paling
belakang bersama Ezra, cowok misterius, hobi melukis dan sering membolos
sekolah. Sessa semakin bertambah kesal saat mengetahui bahwa ia harus
duduk persis di belakang Elora, gadis cantik dan modis, musuh
bebuyutannya. Sedari dulu, Elora selalu merasa iri dengan kepopuleran
Sessa, gadis aktivis sejati yang memiliki bejibun rutinitas, seperti
kegiatan OSIS, olahraga, sains club, hingga bakti sosial (hal. 12-14).
Ezra
adalah sosok yang apatis dan tertutup, membuat teman-teman sekelasnya
malas berdekatan dengannya. Tapi tidak dengan Sessa. Selama ini, ia
cukup akrab bergaul dengan siapa pun, tanpa pandang bulu, memiliki
kepedulian dan jiwa sosial tinggi pada teman-temannya yang tengah
kesusahan, membuat ia sangat popular dan disukai banyak orang. Apalagi
setelah ia menjadi ketua kelas, maka otomatis ia dituntut memahami
seluruh karakter dan keinginan teman-temannya.
Meski Sessa kerap
mendapat perlakukan dingin dan kata-kata ketus Ezra, namun lambat laun,
Ezra merasakan ada yang lain pada diri Sessa. Ia perlahan menyadari
bahwa Sessa adalah sosok teman yang sangat ‘care’ dengan siapa pun. Ezra
merasa telah menemukan sosok teman yang bisa diajak sharing. Dan sosok
teman itu adalah Sessa. Semua berawal saat Sessa menawarinya menjadi
sukarelawan, mengajari pelajaran melukis di panti asuhan “Rumah
Merdeka”, milik Om-nya Sessa (hal. 41). Sessa perlahan mulai mengerti,
mengapa selama ini Ezra sedemikian tertutup dan tak punya teman bicara.
Ternyata Ezra anak tunggal yang memilih tinggal bersama Om-nya di
Jakarta. Sementara orangtuanya bekerja di Jerman. Ia tak sudi tinggal
bersama kedua orangtuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan sering
adu mulut tiap kali Ezra bertemu mereka (hal. 56-59).
Entah
mengapa, Sessa merasa nyaman tiap kali berada di sisi Ezra, kendati tak
ada teman sekelas yang mau dekat dengannya, termasuk Yoza, sahabat Sessa
yang ternyata masih sepupuan dengan Ezra. Sementara di sisi lain, Sessa
masih terbelit kenangan masa silamnya tentang sosok Pangeran Gula
Kapas. Sembilan tahun silam, saat Sessa kecil, ia pernah dipaksa menjadi
balerina di sebuah pesta pernikahan, padahal waktu itu ia akan
menghadiri pesta ulang tahun Sedna, sepupunya.
Namun sungguh tak
dinyana, justru di pesta pernikahan itulah Sessa dipertemukan dengan
bocah laki-laki yang bisa menghiburnya. Satu hal yang tak terlupakan
oleh Sessa adalah ketika bocah laki-laki itu memberinya sepotong gula
kapas merah muda. Sejak kejadian itu, Sessa sering membayangkan
pertemuannya dengan bocah lelaki yang belum ia ketahui namanya itu.
Bocah yang ia juluki sebagai Pangeran Gula Kapas yang selalu ia rindukan
kehadirannya.
Sementara itu, diam-diam Ezra masih terus diserbu
perasaan bersalah. Betapa ia belum kuasa melupakan kecelakaan yang
menimpa Saira, cewek cantik yang ia tolak cintanya. Saira tertabrak
sebuah mobil saat baru saja meninggalkan Ezra setelah ditolak
mentah-mentah cintanya (hal. 81-82). Di sisi lain, memori Ezra masih
begitu lekat mengingat kejadian masa kecilnya ketika bertemu bocah
perempuan beraut cemberut di sebuah pesta pernikahan.
Kira-kira,
bagaimana reaksi Sessa bila kemudian tahu bahwa Pangeran Gula Kapas yang
selama ini ia hayalkan kehadirannya adalah Ezra? Selamat membaca novel
ini, semoga Anda bisa mengambil sisi positif dan hikmahnya.
***
Diresensi oleh: Sam Edy Yuswanto, bermukim di Kebumen.
sumber: kompas, 23 feb 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar