Pages - Menu

28 Februari 2013

Cinta dalam Sepotong Gula Kapas

Cinta dalam Sepotong Gula Kapas
Judul Buku: Cotton Candy Love
Penulis : Priscila Stevanni
Penerbit: Bentang Belia
Cetakan: Januari, 2013
Tebal: viii + 244 halaman
ISBN: 978-602-9397-72-7


Novel remaja buah karya Priscila Stevani, gadis kelahiran Jakarta 18 September 1992 ini tak melulu bicara tentang cinta dan cinta. Tapi juga menyelipkan pesan moral sekaligus menginspirasi buat para remaja yang tengah dirundung rasa galau setelah mengalami sebuah kegagalan yang membuatnya menjadi terpuruk, putus asa.

Cerita bermula ketika liburan sekolah telah usai. Betapa senangnya Sessa, setelah mengetahui bahwa di kelas barunya (XI IPA) itu, ia bisa kembali satu kelas dengan Agta, sahabatnya yang pada setahun lalu juga berada di kelas yang sama. Meski Sessa agak kecewa, karena Yoza, sahabatnya yang lain tak sekelas dengannya (hal. 5-6).

Sessa dan Agta langsung merasa ‘bete’ ketika mengetahui bahwa guru wali kelas mereka adalah Pak Toyo, guru Matematika yang terkenal ‘killer’ di sekolahnya (hal. 11). Terlebih, saat keduanya tidak bisa memilih tempat duduk sendiri, karena yang mengatur tempat duduk para siswa adalah guru wali kelas. Dan yang membikin Sessa dongkol, ternyata ia kebagian duduk di bangku paling belakang bersama Ezra, cowok misterius, hobi melukis dan sering membolos sekolah. Sessa semakin bertambah kesal saat mengetahui bahwa ia harus duduk persis di belakang Elora, gadis cantik dan modis, musuh bebuyutannya. Sedari dulu, Elora selalu merasa iri dengan kepopuleran Sessa, gadis aktivis sejati yang memiliki bejibun rutinitas, seperti kegiatan OSIS, olahraga, sains club, hingga bakti sosial (hal. 12-14).

Ezra adalah sosok yang apatis dan tertutup, membuat teman-teman sekelasnya malas berdekatan dengannya. Tapi tidak dengan Sessa. Selama ini, ia cukup akrab bergaul dengan siapa pun, tanpa pandang bulu, memiliki kepedulian dan jiwa sosial tinggi pada teman-temannya yang tengah kesusahan, membuat ia sangat popular dan disukai banyak orang. Apalagi setelah ia menjadi ketua kelas, maka otomatis ia dituntut memahami seluruh karakter dan keinginan teman-temannya.

Meski Sessa kerap mendapat perlakukan dingin dan kata-kata ketus Ezra, namun lambat laun, Ezra merasakan ada yang lain pada diri Sessa. Ia perlahan menyadari bahwa Sessa adalah sosok teman yang sangat ‘care’ dengan siapa pun. Ezra merasa telah menemukan sosok teman yang bisa diajak sharing. Dan sosok teman itu adalah Sessa. Semua berawal saat Sessa menawarinya menjadi sukarelawan, mengajari pelajaran melukis di panti asuhan “Rumah Merdeka”, milik Om-nya Sessa (hal. 41). Sessa perlahan mulai mengerti, mengapa selama ini Ezra sedemikian tertutup dan tak punya teman bicara. Ternyata Ezra anak tunggal yang memilih tinggal bersama Om-nya di Jakarta. Sementara orangtuanya bekerja di Jerman. Ia tak sudi tinggal bersama kedua orangtuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan sering adu mulut tiap kali Ezra bertemu mereka (hal. 56-59).

Entah mengapa, Sessa merasa nyaman tiap kali berada di sisi Ezra, kendati tak ada teman sekelas yang mau dekat dengannya, termasuk Yoza, sahabat Sessa yang ternyata masih sepupuan dengan Ezra. Sementara di sisi lain, Sessa masih terbelit kenangan masa silamnya tentang sosok Pangeran Gula Kapas. Sembilan tahun silam, saat Sessa kecil, ia pernah dipaksa menjadi balerina di sebuah pesta pernikahan, padahal waktu itu ia akan menghadiri pesta ulang tahun Sedna, sepupunya.
Namun sungguh tak dinyana, justru di pesta pernikahan itulah Sessa dipertemukan dengan bocah laki-laki yang bisa menghiburnya. Satu hal yang tak terlupakan oleh Sessa adalah ketika bocah laki-laki itu memberinya sepotong gula kapas merah muda. Sejak kejadian itu, Sessa sering membayangkan pertemuannya dengan bocah lelaki yang belum ia ketahui namanya itu. Bocah yang ia juluki sebagai Pangeran Gula Kapas yang selalu ia rindukan kehadirannya.

Sementara itu, diam-diam Ezra masih terus diserbu perasaan bersalah. Betapa ia belum kuasa melupakan kecelakaan yang menimpa Saira, cewek cantik yang ia tolak cintanya. Saira tertabrak sebuah mobil saat baru saja meninggalkan Ezra setelah ditolak mentah-mentah cintanya (hal. 81-82). Di sisi lain, memori Ezra masih begitu lekat mengingat kejadian masa kecilnya ketika bertemu bocah perempuan beraut cemberut di sebuah pesta pernikahan.

Kira-kira, bagaimana reaksi Sessa bila kemudian tahu bahwa Pangeran Gula Kapas yang selama ini ia hayalkan kehadirannya adalah Ezra? Selamat membaca novel ini, semoga Anda bisa mengambil sisi positif dan hikmahnya.
***
Diresensi oleh: Sam Edy Yuswanto, bermukim di Kebumen.

sumber: kompas, 23 feb 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar