Pages - Menu

25 Juni 2012

"Brave" Ketika Takdir Ditentukan dengan Keberanian

Oleh Aditya E.S. Wicaksono

Setelah sukses menghadirkan Cars dan Toy Story yang menghibur jutaan penonton di seluruh dunia, Studio Animasi Pixar dan Walt Disney mencoba peruntungannya dengan menukar mobil dan mainan serta warna-warna cerah dengan hutan gelap berbatu nan mistis di dataran tinggi Skotlandia.

Merida (disuarakan oleh Kelly Macdonald), gadis yang terlahir sebagai pemburu namun ditakdirkan menjadi seorang putri kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia, yang menjadi tokoh sentral dalam film animasi ke-13 Pixar yang berjudul Brave.

Mewarisi bakat ayahnya, Fergus (Billy Connolly), seorang raja yang gemar bertarung, Merida digambarkan sebagai putri kerajaan yang gemar memanah dan berpetualang.

Pada tahun-tahun pertamanya dia bisa berlari, Merida diberikan sebuah busur dan anak panah oleh Fergus sebagai hadiah ulang tahun ketika mereka sedang berburu di hutan.

Ketika sedang berburu di hutan, keluarga Merida diserang oleh seekor beruang buas hitam bernama Mor`du. Merida dan Ibunya, Ratu Elinor (Emma Thompson), berhasil melarikan diri sementara Fergus berjuang untuk menghalau sang beruang berwarna hitam itu.

Dalam pertarungannya, Fergus kehilangan kaki kirinya dan bersumpah untuk membalas dendam serta membunuh beruang tersebut.

Cerita pengantar itu cukup berhasil menarik dan mengarahkan perhatian penonton ke salah satu inti cerita film Brave.

Namun, sang sutradara Mark Andrews dan Brenda Chapman masih menyimpan kejutan-kejutan lain yang akan mengaduk-aduk emosi para penonton hingga akhir film yang menghabiskan 210 juta dolar AS untuk pembuatannya itu.

Merida yang telah tumbuh dewasa sebagai putri yang penuh semangat dan sebagai calon pewaris kerajaan Dunbroch harus mengikuti tradisi ketika kedua orang tuanya berniat menikahkan putrinya dengan anak sulung dari kelompok suku utama di Skotlandia.

Tiga kepala klan dari kerajaan DunBroch, Macintosh, MacGuffin, dan Dingwall membawa putra sulung mereka untuk bertarung memperebutkan Merida.

Putri dari Fergus itu akhirnya menantang para pelamarnya dengan kompetisi memanah, yang merupakan hal yang dikuasai Merida, dengan harapan tiga putra kepala suku itu gagal melewati ujian tersebut.

Awal dari puncak masalah cerita terjadi ketika putra kepala suku Dingwall secara tidak sengaja berhasil melesakkan anak panah tepat sasaran.

Merida, yang belum siap untuk dipinang, menggagalkan usaha ketiga putra kepala suku tersebut dengan melesakkan anak panah ke setiap target dan bahkan salah satu anak panahnya membelah anak panah Dingwall yang disajikan dengan adegan lambat ala film Robin Hood.

Sang Ibu Elinor, yang selalu mengajarkan tata krama menjadi seorang putri, kecewa dengan tingkah putrinya hingga suatu ketika pecah pertengkaran di antara keduanya.

Puncak pertengkaran terjadi ketika Merida membelah permadani rajutan yang menggambarkan potret keluarga mereka, sementara Elinor melemparkan busur panah Merida ke perapian.

Merida dengan marah meninggalkan istana mengendarai kudanya Angus, sementara Elinor dengan menyesal segera meraih kembali busur yang telah dilemparnya ke perapian.

Dalam perjalanan meninggalkan istana, Merida bertemu dengan seorang penyihir tua (Julie Walters) dan kemudian secara ceroboh meminta penyihir tersebut untuk merubah pendirian ibunya.

Namun mantra penyihir itu membuat segalanya menjadi kacau. Elinor benar-benar berubah, secara fisik, menjadi seekor beruang hitam besar.

Itu bisa menjadi masalah besar karena setiap karakter dalam Brave sangat-sangat membenci beruang.

Dari sana, dimulai lah petualangan Merida untuk menghilangkan kutukan yang menimpa sang ibu dan mencari arti dari keluarga yang sebenarnya.

Detail Tinggi
Brave mengambil lingkungan Skotlandia pada abad pertengahan yang digambarkan seperti di cerita dongeng dan Pixar sangat menekankan tentang pentingnya detail pada setiap objek di filmnya.

Hutan berbatu dipahat sempurna oleh para seniman Pixar yang menandakan keras dan kasarnya alam Highland, namun senantiasa lembut dengan lumut dan tanaman yang menutupinya.

Para animator juga bekerja keras untuk menampilkan detil rambut dan bulu-bulu tiap karakter beserta pergerakan alaminya.

Mulai dari rambut kriting berwarna merah milik Merida yang dibuat tergerai oleh animator Pixar dengan detali tinggi pada setiap helainya yang membuatnya tampak alami ketika tertiup angin hingga detail air sungai dan air terjun yang dinamis.

Bahkan penonton bisa merasakan halus dan kasarnya pakaian yang dikenakan tiap karakter karena detail permukaan kain dan warna yang sempurna.

Pixar mengambil keputusan yang tepat untuk memungkinkan film Brave dinikmati dalam format tiga dimensi (3D).

Dengan teknologi tersebut, setiap detil animasi dan kedalaman gambar bisa disampaikan dengan indah serta memuaskan mata penonton.

Lingkungan kelam, yang ditampilkan dari pertengahan film, bisa dikatakan cukup "gelap" untuk anak-anak. Namun, hal tersebut seakan tertutup oleh kekocakan dan kekacauan yang ditampilkan Fergus, Merida dan saudara laki-laki kembar tiganya.

Komikal sekaligus Melodrama

Brave merupakan film pertama Pixar yang mengusung wanita sebagai tokoh utamanya.

Didukung dengan sejumlah karakter pendukung yang mempunyai porsi peran yang cukup seimbang, Brave berusaha untuk membuat para tokoh pendukung itu tidak mubazir dengan masing-masing karakteristik dan pembawaannya.

Penonton juga akan diingatkan kepada sosok William Wallace dari film Braveheart, yang diperankan oleh aktor gaek Mel Gibson, ketika melihat karakter Lord Macintosh, walaupun tanpa badan kekar dan pembawaan yang pintar.

Hampir semua karakter di film Brave diciptakan seolah-olah terlahir komikal dengan bakat menciptakan lelucon dan kekacauan.

Salah satu agen kekacauan di film tersebut adalah saudara laki-laki kembar tiga Merida, yang sama-sama mempunyai rambut merah yang ikonik.

Sang sutradara bisa memberikan porsi yang seimbang untuk peran mereka di dalam film, bukan hanya sebagai pemanis saja, ketika ketiganya membuat kehebohan dalam adegan di kastil saat membantu Merida melarikan diri bersama ibunya.

Setiap karakter juga mempunyai kepribadian dan kekurangan yang berbeda satu dengan yang lain, namun para penulis bisa membawa perbedaan tersebut untuk membuat konflik yang tidak terlalu berat.

Itu merupakan taktik jitu sang penulis cerita untuk menjalin cerita di film animasi tersebut.

Sering kali penonton dibawa terbahak-bahak dengan humor dan kekacauan yang terjadi di film, namun tidak jarang juga dibawa jauh ke dalam sisi sentimentil mereka ketika merasakan konflik batin yang dialami oleh sang tokoh utama.

Lewat ceritanya, Brave sebenarnya ingin mengajak penonton untuk berjuang menentukan takdirnya sendiri, alih-alih pasrah, dan, khususnya untuk kaum perempuan, untuk meraih dan menikmati kebebasan.

Sebuah kutipan yang cukup mengena dari Putri Merida adalah "jika kamu mempunyai kesempatan merubah takdirmu, akankan kamu ambil kesempatan itu?"

Pada akhirnya, yang membuat Brave terasa spesial adalah, walau tanpa detil visual yang menakjubkan dan humor eksplisit, film tersebut akan tetap mengena hati para penontonnya karena mempunyai jalan cerita yang dekat dengan penonton secara emosional tentang rumitnya hubungan antara anak dengan ibunya.

Brave diputar perdana di bioskop-bioskop Indonesia pada 22 Juni 2012 dan akan menjadi penantang utama film-film animasi yang diputar pada parade film musim panas seperti Madagascar 3, Hotel Transylvania, dan Ice Age: Continental Drift.

Sumber: Kompas, 24 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar