Pages - Menu

21 Mei 2012

Berpetualang Bersama Orang Utan

Judul Buku    : Ping! A Message from Borneo
Penulis            : Riawani Elyta & Shabrina W.S.
Penerbit          : Bentang Belia, Yogyakarta.
Tahun             : I, Maret 2012.
Tebal              : x + 142 halaman.
ISBN               : 978-602-9397-17-8

KOMPAS.com
Kolaborasi novel dan fabel ini benar-benar mampu membangkitkan rasa kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup, sekaligus mengirim pesan positif kepada para pembaca, khususnya kaum remaja, tentang pentingnya menyelamatkan satwa langka seperti orang utan. Orang utan termasuk jenis satwa pemakan buah-buahan, dedaunan muda, kulit kayu, umbut, kambium, bahkan jenis serangga seperti semut dan rayap. Namun, orang utan kini nyaris punah akibat ulah tangan manusia tak bertanggung jawab yang ingin memusnahkannya demi kepentingan pribadi mereka.


Riawani dan Shabrina menggarap novel remaja ini dengan cukup apik dan sangat mengharukan. Pantas saja jika novel duet ini menjadikan mereka juara pertama dalam sebuah lomba menulis buku yang diadakan oleh salah satu penerbit terkemuka di negeri ini beberapa waktu lalu.

Cerita berawal ketika suatu hari, Molly, gadis penyayang binatang tingkat tinggi, nekat mengiyakan ajakan dua teman bule-nya, Nick dan Andy, yang ingin mengadakan riset tentang orang utan di Samboja, Kalimantan Timur. Di sana, ketiga sahabat itu bertemu dengan Ping, anak orang utan yang bernasib malang. Sejak kecil, Ping harus kehilangan ibunya yang dibunuh oleh para penembak liar. Kesedihan Ping pun kian menjadi, ketika ia belum mampu hidup mandiri di hutan yang penuh dengan bahaya, tetapi tiba-tiba saja ia dipaksa kehilangan ibu angkatnya dan Jong, teman terbaiknya yang hilang saat orang-orang tak bertanggung jawab itu menembaki, meracuni, dan membakar hutan untuk kepentingan memperluas bisnis lahan sawit mereka.

Di sela-sela petualangan serunya di hutan Samboja, Molly dipertemukan kembali dengan Archie, kawan lamanya semasa SMA. Ayah Archie merupakan pengusaha sawit paling terkenal di daerah itu. Namun yang membuat Molly sangat terkejut adalah ketika melihat perubahan sosok Archie yang meskipun terlihat lebih tampan, tapi terlihat lebih bebas dalam bergaul. Padahal, dulu ia adalah sosok lelaki yang cuek terhadap gadis-gadis, dan hanya berteman akrab dengannya.

Kehadiran Archie di Samboja sempat membuat Molly merasa berang karena ia nyaris saja merusak acara penelitiannya bersama Nick dan Andy. Terlebih lagi ketika Archie sama sekali tak mendukung, bahkan menganggap gila kepedulian Molly yang begitu tinggi terhadap satwa langka di sana. Puncaknya ketika Archie merasa cemburu dengan Nick, cowok bule yang terlihat akrab dengan Molly. Pertengkaran pun tak terelakkan ketika Archie memaksa Molly agar mau menjadi pacarnya. Sementara itu, yang diinginkan Molly tak lebih hanya sebatas sahabat. Terlebih, apa yang dilakukan oleh Archie itu dirasa Molly sangatlah tidak tepat karena ia sedang sibuk mengadakan penelitian tentang satwa langka untuk pembuatan novel perdananya.

Novel ini sangat pas dijadikan "bacaan wajib" bagi kaum remaja agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, khususnya hutan dan aneka jenis satwa liar yang hidup di dalamnya, yang dalam hal ini keberadaannya nyaris punah akibat keserakahan orang-orang yang hendak menjadikan hutan sebagai lahan bisnis sawit mereka.
Saya sependapat dengan Dewi Lestari (Dee) yang mengatakan bahwa buku ini dengan ringan sekaligus edukatif mengajak kita mengenal dunia orang utan dari perspektif yang unik. Di balik cerita yang mengalir, pembaca bisa jadi lebih peka pada isu lingkungan, isu terpenting masa kini.    

(Diresensi oleh: Sam Edy Yuswanto, penulis lepas dan penikmat buku, tinggal di Kebumen, Jawa Tengah).

Sumber: Kompas, 18 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar