Judul: Genius Menulis: Penerang Batin Para Penulis
Penulis: Faiz Manshur
Pengantar: Remy Sylado
Editor: Miftahudin,M.A.
Isi: 286 hlm.
Penerbit: Nuansa, 2012
Dunia penulisan seperti dunia lainnya tentunya menarik dan memiliki keunikan tersendiri. Penulis-penulis muda bermunculan, beberapa di antaranya berhasil merebut hati pembaca atau memiliki segmen pasar tersendiri sesuai tema-tema tertentu. Tak hanya jumlah penulis muda yang bertambah, sejumlah tokoh-tokoh penting dari dunia hiburan, bisnis, dan politik banyak ikut pula menulis buku dengan berbagai motivasi antara meraih ketenaran, menuangkan gagasan baru, atau pencitraan sehingga memberi indikasi bahwa dunia penulisan sedang marak, apalagi didukung perkembangan teknologi internet yang kini memungkinkan semua orang dari latar belakang apapun bisa mempublikasikan tulisannya.
Sayangnya meski dunia penulisan tampak menarik dan menggiurkan untuk dijelajahi, tak banyak orang paham lika-likunya, apalagi jika bercita-cita ingin menerbitkan buku yang sampai kepada masyarakat pembaca yang diinginkan. Apalagi tak dapat dipungkiri dalam industri perbukuan di negeri ini sebenarnya sangat jarang sebuah buku bisa sungguh-sungguh disebut best seller, sehingga meskipun kondisi itu bisa dirancang, masih banyak orang yang pernah berkecimpung di dalamnya menganggapnya sebagai misteri.
Sekedar contoh buku fenomenal Harry Potter dan Laskar Pelangi semula ditolak banyak penerbit namun hasilnya kedua buku tersebut ketika terbit ternyata laris manis, sedangkan beberapa buku lainnya yang dipromosikan gencar berkat peran aktif media massa ternyata tak laku atau penjualannya di luar harapan. Berkaca dari hal ini, sesungguhnya memberi sudut pandang lain, yaitu siapapun Anda `jika serius tetap bisa punya andil asal mulai berkarya.
Buku karya Faiz Manshur ini mencoba memberi penerangan dengan cara unik, yaitu menguak dari dalam dunia penulisan seraya tak lupa menawarkan pelbagai kiat jitu agar pembaca yang tertarik di dunia penulisan “tidak tersesat”. Kalau buku-buku panduan lainnya lebih banyak memberi sekedar teori praktis dan motivasi saja, buku Genius Menulis ini punya cara lain yang lebih jitu, yaitu juga memberi pengertian agar selain bisa menulis, kita perlu juga memahami pasar dan industri buku yang sesuai dengan masa kini. Simaklah di halaman 220 “Royalti dan Target Realistis”, pembaca akan diberi info hitung-hitungan kalkulasi produksi buku juga royalti yang diterima sehingga mengerti bahwa sebagai penulis sejatinya bermitra dengan penerbit, bukan bertentangan dan tidak egois melulu memikirkan hanya karya penulis harus terbit menurut sudut pandang si penulis.
Juga di halaman 209, “Pasar Buku dan Nasib Penulis”, diterangkan secara rinci bahwa banyak hal yang harus diketahui para penulis agar kreativitasnya tidak mati. Pada bagian ini dijelaskan bahwa jika sudah cukup puas dengan satu bidang jenis penulisan, misalnya menulis karya sastra, tak ada salahnya mencoba menulis bidang lain, apalagi jika bidang lain itu ternyata lebih dibutuhkan banyak pembaca. Pertanyaan mengusik, bukankah hampir semua teori menulis sebenarnya tak begitu banyak perbedaannya asal paham tipe pembacanya?
Hal ini kerap terjadi sehingga sering banyak penulis merasa gengsi dan tak menyangka suatu saat kreativitasnya mentok lantaran buku-buku yang dahulu dihasilkan lebih sering tak terjual lantaran segan meneliti kemauan pasar lain yang lebih luas. Hasilnya jika penjualan buku tak sesuai harapan, selalu menuding bahwa masyarakat tak paham atau minat baca yang kurang. Padahal hal ini bisa ditempuh dengan cara menulis tema lain. Dalam buku ini ada kiat bahwa sebenarnya tak harus ambil pusing. Jika tak ada latar belakang untuk tema lain, sebenarnya apapun jenis tulisanmu yang diperlukan adalah riset, kemauan keras membaca, dan banyak berhubungan dengan orang-orang lapangan untuk menyerap ilmu tambahan (h.213), selain harus rajin pula ke toko buku guna mulai mencoba mengamati jenis buku lain selain buku favorit yang sering menjadi koleksi kita.
Pada`dasarnya ide buku ini memberi info dua pilihan tipe penulis yang bisa dicoba sesuai karakter Anda jika Anda baru memulai. Pertama menjadi penulis “perhatian ke dalam” yaitu tetap berkutat pada satu tema namun risikonya karyanya baru bisa laris setelah masa yang lama jika kalkulasinya memahat ilmu tanpa perhitungan pasar. Namun untuk tipe penulis ini baiknya Anda sepakat untuk tak bergantung hidup sepenuhnya dari tulisan. Kedua, jika Anda butuh uang dari tulisan pilihan strategi “perhatian ke luar” perlu yaitu mulai memikirkan “masyarakat sedang butuh apa dan kebutuhan mereka terlayani dengan baik.”
Buku ini banyak memberi penerangan bahwa selain diharapkan mampu menulis kita juga harus mampu pula mendekati sisi lain yang tetap dapat dicapai dari dunia penulisan agar kreativitas tidak mati. Dengan tak lupa mencantumkan berbagai contoh juga teori yang tak terkesan menggurui, buku ini mampu memunculkan motivasi sesungguhnya yang punya nilai lebih dari sekedar mempelajari teori atau kiat, karena dalam buku ini berhasil menguak tabir dunia penulisan yang selama ini belum pernah ditulis.
Misalnya di halaman 72 buku ini mencoba memberi motivasi bahwa penulis harus mulai mencoba “melawan penyakit dalam” dari diri sendiri yaitu percaya bahwa keterampilan menulis hanya berhasil dikerjakan karena “bakat”. Menulis pada hakekatnya adalah aktivitas manusiawi dan bisa dikerjakan siapa saja yang mau jadi penulis. Tak ada kaitannya dengan profesi, karir, dan pengalaman akademik yang harus tinggi sekali asalkan mau belajar, rajin baca, dan mau bergaul dengan orang yang lebih mahir.
Buku ini selain berguna buat pemula juga cocok untuk yang sudah mahir namun merasa “tersesat” lantaran belum memeroleh manfaat lain dari hasil tulisan dengan lebih maksimal. Dunia penulisan memang menarik, namun kita bisa lebih mantap jika paham lika-likunya, terutama ketika karya kita masuk industri penerbitan dengan harapan terjual lebih memuaskan.
Ditunjang pengalaman 15 tahun di dunia penerbitan oleh penulisnya, di akhir buku ini ada beberapa quote penting yang bukan bermaksud sebagai sesuatu yang “sok bijaksana”, namun paling tidak dapat memberi motivasi sehingga Anda tak perlu ragu untuk terjun ke dunia ini, misalnya, ”Sakit hati dikritik itu wajar, tetapi tak baik dimiliki para penulis”, atau “Merencanakan penulisan karya besar bukan tindakan kriminal. Tapi hanya berencana tanpa tindakan nyata bisa diganjar julukan sang pembual”.
Jadi, selamat menulis!*
Donny Anggoro, wartawan/editor lepas
Sumber: Kompas, 18 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar