BANGKU KAYU I
Kala bulan separuh, mulai mengikis musnah di segala sisi
Kemudian laut surut dengan penurut
Gelombang kuhitung hingga karang memecahkan
Hanya lampu kapal
Sebagai dian, penerang kalimat rindu teruntai
Kemudian beterbangan tertiup angin barat
Ombak pecah pada jemari kaki
Bangku ini terlalu lapuk untuk bersetia
Pada ikatan yang akhir
Banda Aceh, Desember 2011
BANGKU KAYU II
Bila boleh mengentalkan rasa
Dari segenap kata yang using terucap
Jangan tanya mengapa sulit melupa
Tentang laut dan gerimis yang bertubi hampiri
Dan siluet senja tubuhmu
Dari sepotong bangku kayu
Adalah imajinasi kehitaman
Bahwa masa depan tak sesuai harap
Hanyalah cermin yang sesungguhnya tertatap
Bahwa masa lalu sesungguhnya adalah lumpur dan debu suram
Banda Aceh, Desember 2011
BANGKU KAYU IIIBanyak kata, kalimat dan ejaan yang ku timbun
Di balik pasir, di bawah telapak kakimu sekarang
Sedang engkau menatap segaris matahari pulang
Di tepi barat, pada bangku kayu yang kau sebut rumah
Selamat ulang tahun!!
Selamat ulang tahun!!
Tak ada lagi aneka warna-warni hujan
Perkawinan terangmu dan redupku
Ada jalan yang selalu jadi kenangan
Hanya saja aku tak tersentak
Padahal angin telah sekian lama
Menggambarkan perihal kematian rasa itu.
Banda Aceh, Desember 2011
EPILOG HUJAN
Jangan ceritakan tentang hujan
Bahkan gerimis pun menjadi terlalu
Sakit saat menghujam
Kualiri melalui hujan menuju telingamu
Sebuah bisikan penyesalan
Mungkin penantianmu terlalu lama
Atau tak kuasa kuambil keputusan
Apabila ini sebuah penantian
Biarkan ia mengalir menuju tempat ia seharusnya berada
Biar penyesalan itu tak membunuh perlahan
Banda Aceh, Desember 2011
EPILOG HUJAN II
Misalnya hujan dan gerimis itu sama
Mengapa sampai saat ini,
Aku tak bisa menyentuh gerimis itu?
Oh, mungkin kau tak sempat membaca
Pernah suatu ketika di stasiun tua
Kutinggalkan sepotong puisi di ruang tunggu
Bersama gerbong-gerbong yang berkarat
Atau semisal ini adalah penantian
Sempatkah engkau melihat
Peluh rinduku menetes di telapak tangan hingga penuh
Tumpah dan terhenti di hari ikatanmu yang akhir
Banda Aceh, Desember 2011
Cut Dini Desita atau Rain. Lahir di Banda Aceh, 07 Desember 1988. Seorang mahasiswi Akuntansi di FE Universitas Muhammadiyah Aceh, yang menjadikan puisi sebagai sarana meluapkan emosi. Bisa ditemui di rainese_queen@yahoo.com dan http://taman-hujan.blogspot.com.
Sumber: Kompas, 15 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar