- Oleh: Asjhari SPd
Setiap sekolah jauh-jauh hari mempersiapkan diri. Mendekati UN, persiapan semakin ditingkatkan baik persiapan administratif maupun try out. Bahkan, tidak cukup di sekolah, banyak orang tua memasukkan anak-anaknya ke lembaga bimbingan belajar agar mereka benar-benar siap menghadapi UN.
Setiap memasuki semester genap dan menjelang ujian, guru yang mengajar di kelas terakhir pada setiap jenjang satuan pendidikan bagaikan terpenjara. Mereka dituntut membawa sukses peserta didik dalam menempuh UN. Demikian besar ekspektasi orang tua murid akan keberhasilan anak-anak, sampai-sampai guru banyak berada di sekolah.
Berangkat pagi, pulang sore, entah memberikan les, pemadatan materi, atau apa pun namanya. Semua dilakukan agar siswa didik sukses menempuh UN dengan prestasi terbaik. Sudah bekerja mati-matian belum ada jaminan bahwa anak-anak sukses menempuh UN.
Ketegangan
Guru kerap dituding sebagai pihak paling bertanggung jawab terhadap kegagalan siswa menempuh UN. Kendati sekolah banyak melakukan persiapan, tidak dapat dipungkiri biasanya tensi ketegangan meningkat. Satu hal yang sama-sama dikhawatirkan yakni, takut ada siswa tidak lulus.
Menjelang UN biasanya yang stres bukan siswa, tapi juga orang tua. Nah, ini yang tentunya biasa terjadi. Lantas, apa yang harus dilakukan? Orang tua jangan terlalu berambisi, karena ambisi berlebihan terkadang berbuah kegagalan. Sebab, dalam tekanan seperti itu anak-anak justru menjadi bingung.
Untuk mengatasi rasa takut menghadapi UN, orang tua seharusnya membesarkan hati anak-anaknya. Anak selalu diberikan optimisme bahwa ujian nasional adalah sesuatu yang mudah dikerjakan, asalkan ada ketulusan mau belajar.
Meskipun kegiatan itu rutin setiap tahun, dalam proses selalu menimbulkan kontroversi. Di sisi lain, sampai sejauh ini pelaksanaan UN yang sebagai peningkatan mutu pendidikan masih dihiasi berbagai masalah. Polemik yang muncul adalah jual beli kunci jawaban.
Seharusnya siswa menyadari, akan lebih baik bila dilaksanakan dengan cara fair dan elegan. Bukan cara-cara curang apalagi kecurangan sangat bertentangan dengan ruh pendidikan yang mengajarkan pentingnya nilai kejujuran.
Sudah saatnya efek kecemasan luar biasa yang dirasakan orang tua, guru, sekolah, dan siswa yang tidak ada lagi menjelang UN. Sekarang tugas kita bersama untuk mewujudkan generasi muda dengan iklim pendidikan yang lebih baik. (37)
— Asjhari SPd, guru SMP Negeri 1 Mranggen
Sumber: Suara Merdeka, 11 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar