Pustakawan Harus Menjadi Knowledge Manager dan Knowledge Worker”
Palu, Sulteng—Tantangan lingkup perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia ke depan kian kompleks. Pemahaman dan persepsi serta sikap yang harus diambil membutuhkan kesamaan langkah dan cara pandang. Strategisnya peran perpustakaan dalam akselerasi pencapaian tujuan pembangunan nasional harus sesuai dengan semangat pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Karena itu penting dimunculkan koordinasi perencanaan yang lebih terpadu.
Dalam Rakor Pengembangan Perpustakaan Provinsi Sulawesi Tengah yang berlangsung di Ibukota Palu (24-26/02) hal diatas menjadi relevan karena diharapkan dapat menimbulkan konsep-konsep yang berorientasi pada kemanfaatan masyarakat yang cerdas, berkualitas dalam penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembangan perpustakaan, khususnya di Sulawesi Tengah. Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rais Lamangkona, dalam sambutannya mengatakan Rakor ini bertujuan membantu mengembangkan perpustakaan sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat, disamping maksud lain yaitu menciptakan manusia yang beriman, taqwa, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri dan bertanggung jawab.
Sasaran yang hendak dicapai antara lain, mewujudkan SDM perpustakaan yang memadai yang dibarengi jumlah perpustakaan yang cukup dan merata dengan kelengkapan IPTEK yang memadai. “Pelestarian bahan pustaka dan upaya pembinaaan teknis semua jenis perpustakaan demi maksimalnya pelayanan optimal kepada masyarakat sebagai pemustaka,” imbuh Lamangkona.
Rakor yang diikuti oleh seluruh Kepala BPAD Provinsi dan Kabupaten / Kota se- Sulawesi Tengah, juga dihadiri Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas H. Supriyanto. Dalam arahannya, Deputi II Perpusnas itu mengingatkan bahwa arah pembinaan dan pengembangan ditujukan agar perpustakaan beserta pengelolanya (pustakawan) mampu berperan melaksanakan tupoksinya. Selain itu, sistem nasional perpustakaan, termasuk pendayagunaannya dalam layanan harus dilakukan secara efisien dan hasilnya optimal. “Muaranya pada kecerdasan bangsa,” ucap Deputi yang akrab disapa Pak Pri dihadapan peserta.
Maju tidaknya perpustakaan dapat menjadi cerminan maju atau tidaknya tingkat kecerdasan serta peradaban suatu bangsa, ini menekankan perlunya mencetak tenaga pustakawan yang berkualitas sebagai salah satu faktor utama dalam membangun perpustakaan. Pustakawan merupakan jabatan prospektif yang perlu didukung secara terus menerus berdasarkan kinerja yang terukur.
“Pustakawan bukan penunggu buku, kalau ada pengunjung syukur, tidak ada ya menganggur. Para pustakawan diharapkan aktif, jangan hanya menunggu masyarakat untuk datang ke perpustakaan. Pustakawan harus menjadi "knowledge manager dan knowledge worker" yang harus mempromosikan dan menyalurkan ilmu pengetahuan yang baru kepada masyarakat,” ujarnya lantang.
Ada 15 indikator kinerja perpustakaan yang telah terakreditasi ISO 11620-1998, diantaranya 1) kepuasan pemakai, 2) persentasi target populasi yang dicapai, 3) kunjungan ke per kapita, 4) ketersediaan judul dokumen, 5) penggunaan di perpustakaan per kapita, 6) tingkat penggunaan dokumen, 7) peminjaman per kapita, 8) tingkat ketepatan jawaban, 9) tingkat keberhasilan penelusuran melalui katalog judul, 10) tingkat keberhasilan penelusuran melalui katalog subjek, 11) ketersediaan fasilitas, 12) tingkat penggunaan fasilitas, 13) tingkat keterisian kursi, 14) ketersediaan sistem otomasi, 15) waktu median dokumen.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar