Pages - Menu

10 Desember 2008

Saatnya Menjual Indonesia

Wednesday, 10 December 2008
Krisis global yang terjadi akan terus memakan korban. Indonesia tak luput dari gelombang krisis yang mengempaskan perekonomian banyak negara, termasuk pembuat sistem ekonomi itu sendiri.

Sekarang ini baru sebagian kecil dampak yang kita rasakan. Meski kecil,namun banyak pengamat memperkirakan sampai akhir Desember 2008 ini akan terjadi gelombang PHK sampai 500.000 orang. Bahkan puncaknya bisa melewati angka dua juta orang. Ini kita hanya bicara tentang pemutusan hubungan kerja. Belum lagi bicara dampak sosial yang ditimbulkannya.

Dijamin akan lebih serius dan lebih pelik lagi. Keadaan seperti ini memang tidak mudah bagi siapa pun.Bagi penguasa di pusat maupun daerah akan terus didemo para karyawan yang dipecat. DPR maupun DPRD juga demikian. Mereka diminta memperjuangkan suara para pekerja yang dulu telah memilihnya.

Bagi pemilik perusahaan juga pusing, sudah usaha tidak jalan (bangkrut), bayar pesangon yang akan menguras keuangan perusahaan, masih didemo lagi. Buat pekerja tak kalah menghabiskan energi. Di tengah kondisi yang serbasulit harus kehilangan pekerjaan. Kehilangan sumber penghidupan untuk menafkahi keluarganya.

Ditambah kadang masih harus demo menuntut pesangon yang tentunya memerlukan biaya dan menguras energi. Begitu banyak energi yang terbuang. Keadaan seperti ini merupakan saat yang tepat untuk ”menjual” Indonesia.Tahun 2008 ini turis yang datang ke Indonesia sekitar lima juta orang saja, tak sampai enam juta. Angka ini sama dari tahun ke tahun.

Tidak ada peningkatan yang signifikan. Entah tidak tahu apa penyebab wisatawan yang berkunjung di negeri Zamrud Khatulistiwa ini tak kunjung meningkat. Dan tak perlulah kita menyalahkan aparat pemerintah yang berwenang.Namun kalau memberikan masukan dan ide boleh kan?

*** Kondisi krisis ini bisa menjadi peluang yang menjanjikan buat Indonesia sebagai destinasi wisata. Ada beberapa faktor eksternal yang menguntungkan dunia pariwisata Indonesia. Pertama, dunia secara umum mengalami krisis.Para wisatawan dari Timur Tengah atau kawasan Asia yang tadinya menjadikan Amerika Serikat dan Eropa sebagai tujuan wisata bisa saja berpikir ulang karena faktor jarak dan biaya yang lebih mahal. Sementara Indonesia punya segalanya, pemandangan, kekayaan budaya, dan mudahnya mendapatkan barangbarang murah yang berkualitas.

Kedua,keadaan di India yang tidak aman.Dengan mudahnya para teroris menguasai Mumbai dan menghabisi wisatawan asing yang menginap di Hotel Oberoi, salah satu hotel termewah di India.Meski kejadiannya di Mumbai, namun dampak terornya bisa saja menyebar di seluruh destinasi wisata di India. India, yang sebelum teror Mumbai menjadi salah satu destinasi wisata dunia, kini pasti akan banyak mengalami penurunan jumlah wisata yang berkunjung ke sana.

Ketiga, kondisi di Negeri Gajah Putih yang tidak kondusif.Lebih dari tiga ratus ribu wisatawan asing tertahan di Bandara Suvarnabhumi karena diblokade pengunjuk rasa yang menuntut Perdana Menteri Somchai Wongsawat mundur.Walau sekarang dia sudah mundur, tidak serta-merta kondisi Thailand membaik karena penentuan perdana menteri berikutnya tidak akan mulus begitu saja.

Yang pro dengan Somchai pasti juga tak rela. Di saat wisatawan tertahan di bandara ingin meninggalkan Thailand yang jumlahnya lebih dari 300 ribuan orang, setidaknya lebih dari satu juta orang Thailand terganggu mata pencariannya karena mereka bergantung pada sektor pariwisata. Belum lagi pekebun anggrek yang tidak bisa menjual anggreknya ke mancanegara karena tidak adanya penerbangan keluar negeri. Keempat, nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar.

Tentu ini akan mengguntungkan wisatawan asing. Karena mata uangnya bernilai lebih.Dengan uang yang sama mereka bisa membelanjakannya di Indonesia untuk barang atau jasa yang lebih banyak dan berkualitas. Ini adalah peluang buat Indonesia untuk menggantikan Thailand dan India sebagai destinasi wisata dunia.

Kita semua tahu dan sepakat, destinasi wisata Indonesia tak kurang dan tak kalah indahnya dibanding kedua negara tersebut.Kondisi politik juga relatif lebih stabil dibanding kedua negara tersebut. Ditambah lagi masyarakat yang ramah (mudah-mudahan keramah-tamahan bangsa ini masih tetap kuat).

*** Dengan segala nilai lebih itu, tak ada alasan buat kita untuk tidak ”menjual”Indonesia.Semua dari kita harus menjadi duta wisata. Jangan segan-segan untuk mempromosikan Indonesia di mana saja.

Kedutaan Indonesia di luar negeri bisa berperan lebih aktif lagi.Bukan tidak mungkin kalau pemerintah membebani para duta besar dengan target. Target untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan dari negara tempat mereka bertugas. Meski mengurus politik bilateral adalah tugas utama, namun kemampuan mendatangkan wisatawan ke Indonesia bisa menjadi salah satu poin untuk menilai keberhasilan tugas mereka.

Jadi jabatan duta besar tidak terbatas sebagai jabatan politis, tapi juga bisa berperan sebagai seorang marketer yang ”menjual”Indonesia. Dengan adanya kemajuan teknologi, perbuatan ”menjual” Indonesia bisa lebih mudah. Bisa dilakukan setiap warga negara ini. Kita bisa memanfaatkan jejaring sosial untuk mempromosikan Indonesia.

Atau bagi yang suka melakukan perjalanan wisata di daerah-daerah cantik di negeri ini, bisa juga mempost video dan foto objek wisata di Youtubeatau Flickr. Kita jual Indonesia dengan caracara sederhana yang kita bisa.Saat ini juga.

Mudah-mudahan apabila semua kita ”menjual” Indonesia, dampak krisis bisa sedikit tertanggulangi karena datangnya para wisatawan mancanegara ke Indonesia akan menggairahkan sektor industri wisata yang juga banyak menyerap tenaga kerja dan menghidupkan perekonomian di daerah sekitar destinasi wisata. Saatnya buat kita untuk menjelajah, mengenal, dan menjual wisata Indonesia. Karena hidup adalah perbuatan, mari melakukan perbuatan ”menjual” Indonesia.(*)

Soetrisno Bachir
Ketua Umum Partai Amanat Nasional
Sumber Sindo, 10 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar