Kau adalah ayah bagi kami, anak-anakmu…
Mengajarkan kami tentang arti sebuah kesabaran
Apa yang kau inginkan, selalu tercipta
dari lembar hingga lembar butir tinta emas darimu
Mungkin lipatan adalah jarak yang menggambarkan kita
Selalu berpura-pura terhadap abjad merah di usapan
telunjuk kami
terhimpun dalam selembar daun hijau mengering lalu
terjatuh
Menunggu kurun waktu, yang lembaran kering itu,
akan tersapu, diraup oleh bocah-bocah, atau bahkan
meremak
Dalam kaki orang-orang yang sekilas menatapnya.
Begitulah pengetahuan yang tertera dalam daun coklat
Ya! Daun warna coklat… Selalu tertulis dan belum berubah
dalam sejarah
Semua menyala, bagai matahari berdenyut
Mengukir kenangan di antara motor-motor kecil, berhambur
padamu
Saat aku membuka pintu hatimu, ayah…
Ribuan peradaban membentang dalam rak
Angan-angan melayang sempurna kauterbangkan
Belum sampai kauberlalu sebagai rindu,
aku selalu bersingkut terhadap bocah-bocah itu
Demi menggeser kursi komputermu
Namun semuanya mudah berlalu
Kami selalu mengingat penantian yang kauajarkan
Bagai gangsingan yang membuat alang-alang berhamburan
Kudekapkan jemari kecilku di atas dadamu,
biar kutemukan jantungmu. Dan ada selembar hatimu yang
robek
Ingin kubawa pulang kasihmu dan kulem dengan perekatku
Biar kita bergandeng, berjalan, dan meraup zaman
Menggapai sisa-sisa pengetahuan setidaknya kehidupan.
Sampai suatu ketika aku mengingat di belakangmu
Ada sisa kehidupan
Ada beberapa lentik lukisan dan tawa kanak-kanak
Mungkin sanggup untuk menuliskan betapa besar
pengorbananmu
sebagai masa
Tua-muda, dewasa-perjaka, tak mengenal usia
Mereka adalah nafas yang mengasihimu
Sragen, 28 September 2014
04.52
Nama :
Catur Hari Mukti
Kelas : XII
MM
Sekolah : SMK
Muhammadiyah 1 Sragen
Alamat : Jalan
Rajawali Nglorog Km 1 Sragen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar