Pages - Menu

20 Agustus 2014

Pantang Menyerah




Oleh : Muhammad Nur Azhar

Menjadi sarjana adalah impian saya sejak bangku sekolah, teruatama saat di bangku sekolah menengah atas, berikut kisah yang setidaknya dapat menginsipirasi putra putri sragen agar menjadi  SDM yang lebih maju .

 Tepatnya tahu 2012 saya di nyatakan lulus dari bangku SMA, kebahagian pun terpancar dalam benak saya begitu pula ibu saya yang hadir dalam pengumuman tersebut, Tak butuh waktu lama setelah ijazah SMA saya dapat, saya pun mencoba peruntungan untuk mencari beasiswa agar dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi, Dari akses internet gratis saya coba untuk membuka situs tersebut, Akhirnya pilihan saya pun jatuh terhadap salah satu perguruan tinggi di kota Surakarta.


            IAIN Surakarta menjadi alasan saya untuk mencari ilmu, setelah mengikuti proses yang cukup. Lama akhirnya tibalah saat pengumuman , Dan semua terasa menyakitkan , saya tidak tercantum dalam daftar penerima beasiswa. Dan akhirnya ibu saya pun tak merestui saya untuk melanjutkan studi tersebut.  Tapi kecewa itu tak cukup bertahan lama, beberapa hari kemudian saya pergi ke Sragen tepatnya ke Technopark untuk mencari kartu kuning untuk  modal mencari kerja.
           
            Tak butuh waktu lama , akhirnya teman saya di Jakarta menghubungi saya. Dia berkata bahwa di tempatnya ada lowongan sebagai seorang Operator Spbu, tak perlu berfikir panjang akhirnya saya ajukan lamaran kerja , dan saya di terima. Dari pekerjaan tersebut saya berfikir bahwa nanti sebagian gaji dapat saya sisihkan untuk di tabung sebagai bekal kuliah untuk tahun depan , tepatnya 2013. Hari , minggu , bulan dan tahun berganti , saya putuskan untuk melepas seragam merah itu. Tanpa alasan yang jelas saya kembali ke desa.

            Tahun itu saya anggap gagal, karena saya tak bisa memenuhi target untuk masuk kuliah. Setelah keluar dari pekerjaan tersebut saya di rumah hanya bingung bagaimana cara untuk bisa kerja sambil kuliah, dari situ saya manfaatkan fasilitas internet gratis lebih tepatnya adalah hotspot  dari pemkab sragen untuk mencari lowongan dan perguruan  tinggi, tapi semua tak berbuah hasil, saya masih menjadi seorang pria yang tumbuh dewasa dengan penuh mimpi seperti dulu

            Dan akhirnya stigma negative selalu melekat dalam diri saya sewaktu berada di rumah. Kritikan pedas dari keluarga, tetangga bahkan orang tua sendiri pun selalu membayangi saya.

Setelah berfikir panjang saya mencoba datang ke perpustakaan sragen untuk mencari buku – buku yang sekiranya dapat memotivasi saya dalam meraih mimpi saya menjadi sarjana.

            Saya baca buku tersebut ketika tengah malam. Saya dalami setiap kalimat yang tertulis dalam buku setebal  delapan puluh halaman tersebut.
           
            Ada kemauan ada jalan , Itulah yang menjadi salah satu kalimat penuh makna yang saya dapat pahami. Akhirnya saya mencoba hubungi sepupu saya yang sejauh ini sukses menjadi seorang mahasiswa swasta di kota Semarang. Dari obrolan dan pertemuan tersebut saya di tawari sebuah pekerjaan untuk menjaga salah satu warnet yang memiliki reputasi baik di kota Semarang , iya CampusNet lah yang menjadi jembatan saya saat ini ini,

            Setelah beradaptasi dengan lingkungan dan rekan kerja , ilmu dan relasi saya pun bertambah, dari skills yang dulunya nol dan kini sedikit bertambah. Warnet, di sinilah dunia maya dan kemajuan teknologi bisa saya rasakan hampir tiap hari, dunia yang paling luas serta banyak informasi di dalamnya. Untuk menjadi operator warnet bukanlah hal yang mudah untuk di capai, berangkat dari seorang cleaning service yang setiap saat harus siap bertanggung jawab manjaga kebersihan ruangan dan kerapian parkiran. Hampir empat bukan saya bertahan di posisi tersebut dan akhirnya saya naik menjadi operator, Kesempatan akses internet yang cepat dan gratis saya manfaatkan untuk mencari berbagai informasi dalam dunia beasiswa,
                       
            Mungkin memang rejeki belum turun untuk saya, masih saja nol. Tapi keyakinan dan kemauan saya lah yang tak membuat saya bergeming, serta sikap keras kepala saya ini.

            Setelah berbulan bulan menjadi operator, Tibalah di mana bulan maret menjadi moment para lulusan sekolah menengah atas untuk mulai mencari perguruan tinggi, Mereka berbondong – bonding mendatangi warnet untuk mendaftarkan diri mereka. Di situ saya teringat setahun lalu di mana saya gagal menjadi seorang mahasiswa. Saya mencoba untuk tetap kekeuh dengan pendirian saya untuk melanjutkan pendidikan , meskipun orang tua keberatan dengan kemauan saya tersebut, mereka lebih senang saya mencari uang dengan sungguh – sungguh.

            Berkat dorongan dari rekan kerja , serta pimpinan perusahaan yang tak lain adalah saudara saya sendiri , saya mencoba untuk meyakinkan kedua orang tua bahwa saya mampu untuk mewujudkan mimpi saya masuk ke perguruan tinggi.
           
            Dan akhirnya, kesibukan para calon mahasiswa pun mulai berlanjut. Mereka mulai mendatangi warnet untuk mendaftar SNMPTN,di lanjutkan dengan SBMPTN pada bulan berikutnya. Karena saya sudah tak yakin dengan mengikuti SNMPTN akhirnya saya mencari jalur penerimaan yang lain. Yang menjadi target saya adalah Politeknik Negeri Semarang lewat jalur  SPA
           
Waktu test pun tiba saya kerjakan sungguh sungguh lembaran – lembaran soal tersebut. Lagi – lagi Allah belum menunjukan KuasaNya , tapi hasil itu tak membuat saya pantang menyerah , saya coba lagi untuk mendaftar di Polines lewat jalur UMPN , dan apa yang terjadi sama sekali tidak dapat saya percaya. Situs tersebut mengatakan bahwa saya tidak di terima menjadi camaba. Setelah berfikir cukup panjang saya akhirnya putuskan untuk mengikuti lagi Jalur terakhir di Polines melalui seleksi mandiri, Dan mungkin hari itu terasa menjadi kutukan bagi saya karena Allah untuk yang kesekian kalinya belum merestui saya untuk ketiga kalinya.

Tapi pilihan menjadi sarjana masih melekat dalam fikiran saya. Dan saya tau bila masih ada jalur SBMPTN untuk menjadi mahasiswa, saya pegang keyboard dan saya tatap monitor di tempat saya, Saya coba peruntungan untuk mendaftar di perguruan tinggi yang memiliki reputasi di kancah nasional , Yahh .. Universitas Diponegoro, yang sangat jauh dari angan saya untuk dapat menjadi penghuni di salah satu kelas tersebut. Test pun telah tiba, Saya panjatkan doa agar kemudahan bisa menyertai saya , setelah semalaman membuka buku, Meskipun pengumuman belum di umumkan saya putuskan untuk  mendaftarkan diri ke tempat yang jauh dari planning semula, Saya daftarkan diri saya lagi ke Univeristas Padjadjaran di Bandung.

Rasanya Allah tak adil , Setelah menunggu berberapa minggu saya menunggu pengumuman di Undip, hasil yang begitu mengecewakan selalu menjadi mimpi buruk, Lagi - lagi saya tidak di terima. Empat hari berselang saya buka situs Unpad untuk melihat hasil seleksi , Dan rasanya ingin saya memukul kepala ini sekeras – kerasnya karena saya tidak tercantum di hasil tersebut.

Saya kecewa dengan diri saya sendiri, Terkadang ada fikiran untuk masuk ke swasta. Tapi mungkin memang saya di takdirkan untuk menjadi seorang mahasiswa. Di situs Universitas negeri semarang tercantum bahwa masih menerima seleksi melalui jalur mandiri. Saya daftarkan untuk masuk ke Teknologi pendidikan dan Pendidikan musik Unnes, Meskipun saya takut tak mampu membayar biaya pendidikan yang terkenal mahal melalui jalur mandiri

 Hari yang saya tunggu akhirnya tiba, Saya di nyatakan di terima menjadi camaba tapi sebagai cadangan , Entah ini kabar baik atau buruk bagi saya, saya coba untuk optimis bahwa tiga hari kedepan saya akan mutlak di terima sebagai calon mahasiswa baru, karena hasil akan di umukan berapa hari berselang kemudian, dan Allah pun menunjukan kuasanya , tepat tanggal 16 Agustus 2014 saya di terima di prodi pilihan pertama saya di Teknologi pendidikan. Senang , bangga terpancar setelah beberapa proses yang mengecewakan itu.

Di situ masalah belum selesai, karena saya masuk tahun ini, jadi saya harus membayar melalui system UKT, apa yang saya dapat ? Saya mendapat UKT yang begitu mahal dan saya yakin orang tua dan saya sendiri tidak mampu membayar, Padahal ini adalah tahun terakhir saya untuk dapat masuk ke negeri. Setelah wawancara , dengan begitu berat saya untuk menandatangani hitam di atas putih, tapi keajaiban muncul di saat saya hendak membayar di teller bank. Terlihat di situ biaya yang harus saya bayarkan turun. Dan hari ini , status dan pengakuan telah saya dapat. Terima kasih Ya Allah.

Kedepanya saya berharap dan bertekad untuk dapat menjadi orang sukses, dan bisa membahagiakan orang tercinta, Semoga putra putri sragen yang membaca kisah saya ini bisa menjadi terinspirasi dan menjadi motivasi yang baik. Salam sukses

*Muhammad Nur Azhar, tinggal di Sidorejo RT.06 , Girimargo , Miri, Sragen Email               :            nurazhar_muhammad@yahoo.com / muhnurazhar@gmail.com
Facebook        :           Muhammad Nur Azhar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar