Oleh : Romi Febriyanto Saputro
Perpustakaan
adalah jendela dunia. Artinya, melalui perpustakaan kita bisa melihat
dunia melalui koleksi buku maupun non buku yang dimiliki oleh
perpustakaan. Keberadaan suatu perpustakaan adalah untuk memberdayakan
masyarakat agar memiliki kesadaran informasi yang baik. Kesadaran akan
arti penting informasi inilah yang lazim disebut dengan literasi
informasi.
Desa
ini berada di tapal batas utara Kabupaten Sragen berbatasan langsung
dengan Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolai. Gilirejo Baru merupakan desa
terpencil yang lahir karena proyek Waduk Kedung Ombo yang memisahkannya
dengan desa asal, Gilirejo Lama. Hal inilah yang menyebabkan Desa
Gilirejo Baru susah untuk diakses masyarakat luar. Jalan menuju desa ini
ada dua jalur yang sama-sama menuju pintu masuk desa yang jalannya
rusak berat.
Jalur Pertama Andong – Gilirejobaru yang rusak berat
Jalur pertama harus melalui Pasar Kacangan
Kabupaten Boyolali dan Desa Andong. Rute ini juga dihadang jalan rusak
berat sepanjang hampir 5 km. Jalur pertama ini meskipun rusak berat
namun relatif lebih mudah dicapai karena tidak melalui jalan yang
berkelok-kelok sebagaimana jalur kedua yang melalui Desa Gilirejo Lama.
Melalui jalur kedua ini jalan relatif baik dengan jalan rusak relatif sedikit namun ujungnya sama yaitu jalan rusak.
Jalur Gilirejo Lama – Gilirejo Baru yang relatif baik
Secara
geografis, Gilirejo Baru dikepung oleh Waduk Kedung Ombo di sisi
sebelah utara, selatan, dan timur. Sementara itu, di sebelah barat
merupakan kawasan hutan milik Perhutani. “Hanya ada satu pintu masuk dan
keluar dari desa ini”, ujar Pak Misron, Sang Sekretaris Desa.
Jumlah
penduduk desa ini kurang lebih 3234 jiwa 645 keluarga. Mata pencarian
sebagian besar penduduk adalah mencari ikan di Waduk Kedung Ombo alias
nelayan. Taraf ekonomi masyarakat terhitung masih memprihatinkan.
“Semoga kehadiran perpustakaan di desa ini bisa membantu memberdayakan
ekonomi masyarakat”, kata Bayan Ahmadi penuh harap. “Kami akan ajak
seluruh warga desa untuk gemar membaca”, pungkasnya.
Pemberdayaan perpustakaan desa harus berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia desa.
Menurut Rogers dan Soemaker (1987), salah satu hambatan dalam upaya
pemberdayaan sumber daya manusia desa adalah adanya mentalitas Lack thingking for the future.
Artinya, kemampuan petani sangat terbatas untuk memikirkan masa
depannya. Ini mengakibatkan para petani mengalami kesulitan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Laporan UNESCO tahun 2005 berjudul Literacy for Life menyebutkan bahwa ada satu hubungan yang erat antara literasi dengan kemiskinan. Di banyak negara, di mana angka kemiskinan tinggi, tingkat literasi cenderung rendah. Literasi menyebabkan tingkat penghasilan perkapita rendah. Seperti yang terjadi di Banglades, Ethiopia, Ghana, India, Nepal, dan Mozambique. Lebih dari 78 persen penduduknya, penghasilan per hari di bawah 2 dollar AS.
Literasi
informasi adalah seperangkat ketrampilan untuk mendapatkan jalan keluar
dari suatu masalah yang ada. Ketrampilan ini mencakup ketrampilan
mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun,
memanfaatkan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari
pertanyaan atau masalah yang dihadapi.
Literasi
sendiri secara sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan
menulis. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, literasi mempunyai arti
kemampuan memperoleh informasi dan menggunakannya untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Literasi
informasi merupakan jiwa sebuah perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI
melukiskan kemampuan informatif ini dalam logonya yang terdiri dari :
buku terbuka; nyala obor; dua
tangan terkatup dengan lima jari menopang; lima dasar penunjang dan lima
sinar memancar dengan latar belakang lingkaran warna biru.
Buku
terbuka melambangkan sumber ilmu pengetahuan yang senantiasa
berkembang. Nyala obor melambangkan pelita dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dua tangan terkatup dengan lima jari menopang
melambangkan ilmu pengetahuan baru dapat dicapai melalui pembinaan
pendidikan seutuhnya dengan ditunjang oleh sarana pustaka yang lengkap.
Lima dasar penunjang dan lima sinar memancar melambangkan dasar falsafah
Pancasila dalam ilmu pengetahuan menghasilkan manusia Indonesia
seutuhnya yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Latar
belakang lingkaran melambangkan kebulatan tekad dalam usaha mewujudkan
pemerataan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan warna
biru adalah warna yang memiliki sifat tenang dan memberikan kesan
kedalaman. Jadi, pengertian warna biru pada logo Perpustakaan Nasional
RI ialah ketenangan berpikir, dan kedalaman ilmu pengetahuan yang
dimiliki merupakan landasan pengabdian kepada masyarakat, nusa dan
bangsa.
Literasi
memiliki fungsi penting dalam kehidupan. Kesadaran berliterasi akan
mengantarkan sebuah peradaban pada kedudukan yang terhormat. Bangsa yang
literate adalah bangsa yang mampu menjawab tantangan zaman.
Sebaliknya, bangsa yang tidak literate akan menjelma menjadi sebuah
bangsa lemah. Bangsa lemah ini tidak akan pernah mampu merespon
tantangan dan rintangan di masa depan.
Gilirejo
Baru adalah tantangan bagi kami yang bekerja di Kantor Perpustakaan
Daerah Kabupaten Sragen bahwa jendela dunia yang sudah dibuka ini akan
terus berkembang memberikan inspirasi untuk membangkitkan desa ini
menuju kehidupan yang lebih baik.
Berada
di bibir Waduk Kedung Ombo adalah tantangan sekaligus peluang untuk
memajukan desa terpencil ini. Pariwisata desa mandiri merupakan peluang
tersendiri untuk mengolah keindahan Waduk Kedung Ombo menjadi salah satu
destinasi wisata yang menarik. Kalau di ujung waduk sebelah sana
mungkin mengapa di sini tidak mungkin ?
Gilirejo Baru, 16 Januari 2014
Sebuah Catatan Monitoring Jendela Dunia Di Bibir Waduk Kedung Ombo
Romi Febriyanto Saputro
Kasi Pembinaan, Penelitian, dan Pengembangan
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen
Sumber :
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/23/membuka-jendela-dunia-di-bibir-kedung-ombo--626680.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar