Judul: Sott’er Cello de Roma
Penulis: Donna Widjajanto
Tebal: viii +228 hlm
Penerbit: Bentang Belia
Terbitan: April 2013
ISBN: 978-602-9397-99-4
Peresensi: Zaitur Rahiem*
Kisah
cinta selalu enak dibaca. Tidak pernah ada kata jenuh. Pada segala
kesempatan, dewa cinta kerap kali membisikkan romantisisme. Suasana
penuh kasih sayang. Saling mengerti kekurangan dan merasakan keinginan
sepasang kekasih. Cinta datang tanpa disangka dan di segala waktu. Tak
pernah memandang tempat, usia, dan kasta. Namun, cinta yang datang pada
masa remaja adalah momentum sangat indah. Penuh warna-warni, mengharu
biru dan sangat berkesan. Sehingga, wajar jika sebagian remaja sering
terlena dengan godaan asmara dan melupakan kepentingan yang lain.
Kisah
cinta remaja yang super indah terekam dalam novel ini. Cerita cinta
menjadi hidup karena dibalut dengan ornamen-ornamen melankolis, penuh
lika-liku, sangat mengasyikkan dan dramatis. Cerita cinta dalam novel
ini layaknya cerita cinta para pencinta dunia. Semisal, cinta Qays dan
Laila, Romeo dan Juliet, dan Zainuddin dan Hayati. Meski voltasi dan
klimaks percintaan dalam kisah novel ini memiliki sedikit perbedaan.
Cinta
dalam ulasan kisah ini adalah cinta yang disaksikan megahnya kota Roma.
Dua remaja bernama Rama dan Zetta memagut asmara. Dalam detik-detik
menegangkan ketika kedua remaja ini terpisah dari rombongan tur keluarga
masing-masing. Rama dan Zetta temasuk remaja yang masih belia. Mereka
awalnya tidak berpikir, pertemuannya di Roma ini akan menjadi ikatan
batin yang sangat kuat. Mereka merasakan, kota Roma telah menyihir hati
mereka menjadi satu prasasti cinta sejati. Wow!
Zetta tersesat
saat jalan-jalan menyusuri sejumlah daerah penting di kota Roma. Dia
tidak tahu ke mana kakinya harus melangkah. Rombongan yang sebelumnya
bersama menghilang begitu saja. Hal yang sama dialami Rama. Bedanya,
rama termasuk lelaki remaja yang cekatan. Cerdas. Pada saat rombongan
yang diikuti Rama terpisah, dia berjalan sendiri mencari jalan keluar
untuk kembali menemukan rombongan orangtuanya. Di suatu tempat di pusat
perbelanjaan, Rama bertemu dengan Zetta yang tampak kebingungan. Rama
menyapa Zetta dengan ramah. Dia mengajak Zetta mencari rombongannya.
Kota
Roma adalah sebuah kota yang eksotis. Di sejumlah sudut kota terdapat
tempat-tempat bersejarah dan pusat perbelanjaan berkelas dunia. Zetta
memanfaatkan jalan-jalan bersama Rama untuk mengetahui tempat-tempat
bersejarah tersebut. Namun, tanpa disadari di antara kebersamaan mereka
saat mencari rombongan, termaktub rasa saling mengerti dan mengasihani.
Zetta merasa nyaman ditemani Rama. Dan Rama memperlakukan Zetta dengan
sangat baik. Sampai pada detik terakhir, mereka merasakan rasa itu
adalah cinta yang harus dipelihara.
Kota Roma ternyata tidak hanya
menghidangkan pusat perbelanjaan dan tempat-tempat bersejarah kelas
dunia. Roma telah mengantarkan rasa di hati Zetta dan Rama menjadi
prasasti abadi cinta mereka. Setelah pulang dari tur, mereka melanjutkan
cerita cinta yang pernah dirajut saat tersesat di sudut-sudut kota
Roma. Zetta semakin merasakan betapa kehadiran Rama adalah sejuk embun
pada pagi hari. Keseriusan mereka mendapat tanggapan positif kedua
orangtuanya. Sampai akhirnya, mereka merencanakan mengikut rasa cinta
itu dalam bungkus pernikahan.
Kisah dalam novel setebal 228
halaman ini mengharu biru. Ada amanat kemanusian dan pendidikan yang
tinggi. Hal itu yakni dalam kondisi genting yang dikedepankan harus
otak yang jernih. Dengan begitu, kepanikan akan berbuah keindahan. Rama
menyiasati kepanikan saat tersesat di sudut kota Roma dengan
memanfaatkan peta di kota tersebut. Berpijak pada peta kota, maka dia,
bersama Zetta, akhirnya bisa menemukan jalan yang dicari.
*Penikmat Buku, Tinggal di Sumenep
Sumber : Kompas, 14 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar