Judul Buku : Laskar Pelangi Song Book
Penulis : Andrea Hirata, dkk
Penerbit : Bentang Pustaka Yogyakarta
Cetakan : I, Juni 2012
Tebal : iv + 260 halaman
ISBN : 978-602-8811-83-5
Sejak beredarnya novel dan film Laskar Pelangi, kunjungan wisata ke Belitong langsung meningkat drastis hingga 800%. Industri pariwisata yang semula tak nampak, sekarang mulai terbentuk karena peningkatan drastis kunjungan wisata tersebut mampu mengembangkan usaha lokal, mulai rental kendaraan, agen perjalanan, restoran, kerajinan, sampai ke pendapatan para nelayan yang mengantarkan para wisatawan ke pulau-pulau indah di sekitar Belitong.
Buku berjudul Laskar Pelangi Song Book ini berisi kutipan kisah-kisah paling berkesan dalam novel Laskar Pelangi beserta enam lirik lagu ciptaan Andrea Hirata hasil inspirasi dari kisah dalam novel tersebut. Keenam lagu tersebut dinyanyikan oleh penyanyi baru bersuara merdu; Cut Niken dan Meda. Tenang, Anda tak perlu repot-repot membeli CD berisi lagu-lagu hasil karya Andrea Hirata, karena di buku ini disisipkan CD tersebut sebagai bonus.
Andrea Hirata berujar, musik telah menjadi hobinya sejak kecil. Setiap usai shalat Subuh, ayahnya selalu duduk mendengarkan siaran radio berbahasa asing yang kemudian diketahui bahwa siaran radio tersebut adalah BBC London. Dari balik tirai, diam-diam Andrea mengintip sang ayah yang sedang mengangguk-angguk mendengarkan suara trompet yang menakjubkan itu dilantunkan oleh Wynton Marsalis. Waktu itu Andrea baru berusia tiga tahun. Melalui radio milik sang ayah itulah ia pertama kali berkenalan dengan musik. Sejak saat itu, musik menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Menulis lagu dan menulis novel bukan hal berbeda (hlm 14-15).
Lagu pertama yang diciptakan Andrea berjudul Cinta Gila yang kemudian dipopulerkan oleh salah satu band ngetop Indonesia, Ungu. Lagu tersebut terinspirasi oleh gilanya kisah cinta Ikal dan A Ling dalam Tetralogi Laskar Pelangi. Lagu tersebut juga menjadi salah satu original soundtrack film Sang Pemimpi, bahkan tanpa disangka, memenangi “The Best Soundtrack” pada Indonesia Movie Award 2009 (hlm 16).
Kami Laskar Pelangi, merupakan judul lagu berikutnya yang terinspirasi oleh hari-hari yang pernah dijalani Andrea bersama Ibunda Guru Muslimah dan kawan-kawan Laskar Pelangi selama masa SD dulu. Andrea merasa sangat senang bisa menemukan irama dan melodi untuk lagu ini. Ia selalu teringat, setiap kali usai hujan, ia bersama kawan-kawannya saling berlarian menuju lapangan sekolah. Nun di balik danau dan padang sabana, mereka melihat pelangi melingkar dengan indah. Mereka saling memeluk pundak dan terpana tak berkedip menyaksikan lukisan langit itu (hlm 64-65).
Lagu lainnya adalah Tak Ingin Jauh Darimu (terinspirasi dari kisah cinta antara Ikal dan A Ling saat keduanya berpisah), Negeri Laskar Pelangi (terinspirasi dari kampung halamannya: Bangka Belitong) dan Selamat Tinggal Kawan (terinspirasi ketika Ikal harus berpisah dengan sahabatnya: Lintang).
Khusus lagu Selamat Tinggal Kawan, Andrea sengaja mendedikasikannya untuk anak-anak Indonesia yang terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah karena tuntutan mencari nafkah, juga untuk anak-anak yang cerdas dan penuh semangat tetapi tak kunjung mendapat kesempatan, dan juga untuk anak-anak yang tetap berjuang walau kesulitan menghadang (hlm 105).
Pada bagian akhir buku ini disisipkan kesan-kesan para pemain “Serial Laskar Pelangi” yang pernah ditayangkan secara berseri di sebuah stasiun televisi swasta. Salah satunya adalah Andika, yang mengalami perubahan mendasar setelah memerankan Ikal dalam serial tersebut. Dulu ia adalah anak yang sangat pendiam. Bicara jika ditanya dan agak sulit ditebak ekspresinya. Tapi sekarang ia menjadi pribadi yang terbuka, mudah diajak ngobrol, ramah, serta murah senyum (hlm. 179).
Ibu Muslimah, guru SD di Belitong, juga turut memberikan kontribusinya dalam buku inspiratif ini. Beliau mengaku mulai mengajar pada usia yang masih sangat muda ketika remaja-remaja lain sedang sibuk mencari pakaian baru dan hiburan. Beliau mencari nilai dalam hidupnya melalui jalur pendidikan. Sungguh berat perjuangan yang harus dihadapi Ibu Muslimah pada awal mengajar. Banyak orang tak percaya bahwa seorang remaja perempuan kecil bisa mengajar dan ikut mempertahankan sebuah sekolah yang terancam bubar.
Buku juga dilengkapi beberapa foto tempat pariwisata eksotis yang ada di Belitong, seperti Bendungan Pice, Pantai Tanjong Tinggi dan Pantai Pangkalan Punai. Bahkan foto gedung sekolah Laskar Pelangi yang mirip gudang kopra dan kini menjadi tujuan ‘wisata utama’ di Belitong Timor pun terselip di buku ini.
Diresensi Sam Edy Yuswanto, tinggal di Kebumen.
Sumber: kompas, 12 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar