Judul Buku : The Weird Sisters
Penulis : Eleanor Brown
Penerjemah : Nadiah Alwi
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta.
Cetakan : I, November 2011.
Tebal : viii + 444 halaman.
ISBN : 978-602-8811-55-2
Peresensi : Sam Edy Yuswanto*
Pada akhirnya, rumah dan keluarga akan menjadi persinggahan terakhir bagi seseorang untuk pulang. Pulang membawa segudang masalah untuk dipecahkan bersama. Seberat apapun masalah yang tengah dihadapi seseorang, pasti ia akan mampu melewatinya dengan tegar jika ia berada di tengah-tengah keluarga yang akan terus memberikan support, benteng kekuatan, sekaligus bersama-sama mencari jalan keluarnya.
Seperti novel ini. Novel berjudul “The Weird Sisters” karya Eleanor Brown ini berkisah tentang sebuah keluarga yang penuh konflik. Keluarga yang dikaruniai tiga orang anak perempuan (Rosalind, Bianca, Cordelia) dengan karakter yang tentu saja beragam dan saling bertentangan. Meskipun ketiganya saling menyayangi, tetapi mereka tidak terlalu menyukai satu sama lain.
Saat ketiganya beranjak dewasa dan memiliki pilihan hidup masing-masing, mereka pun memilih meninggalkan rumah kedua orangtuanya di Barnwell dan hidup di tempat yang mereka impikan. Namun saat tiga bersaudara itu tersandung masalah berat, pilihan terakhir mereka hanyalah satu: pulang kembali ke rumah orangtuanya.
Berawal dari kisahnya Cordy, si bungsu. Bagi Cordy, hidupnya milik dunia. Ia gemar berpetualang dari satu kota ke kota yang lain. Ia menganggap hidup adalah permainan. Hingga akhirnya malapetaka itu datang menimpa dirinya. Akibat keteledorannya bergaul bebas dengan para lelaki, ia hamil tanpa ada yang mau bertanggung jawab. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pulang.
Dilanjutkan dengan kisah Bianca, putri nomor dua, yang menganut hidup serba glamour, memiliki karier bagus dan tinggal di kota impiannya: New York. Ia pun memilihi jalan pulang setelah tertangkap basah menggelapkan uang kantor dan dipecat secara tak terhormat. Beruntung, ia tidak jadi dilaporkan kepada pihak berwajib atas tindakan bodohnya mengkorup uang perusahaannya.
Yang terakhir adalah Rose, si sulung. Semenjak awal ia bertekad akan mengurusi orangtuanya. Karena alasan itulah ia memilih tinggal di daerah yang tak begitu jauh dari rumah orangtuanya. Hingga pada suatu ketika jiwanya merasa terpanggil untuk kembali ke rumah saat mengetahui ibunya tengah menderita penyakit serius yaitu kanker payudara yang mengharuskan menjalani kemoterapi secara rutin. Sementara di sisi lain ia sedang bimbang, karena Jonathan sang tunangan, mengajaknya menikah dan menetap di luar negeri demi mengejar karier di sana.
Ya, ketiga bersaudara itu pun kembali berkumpul di rumah orangtuanya. Beragam konflik pun mewarnai leliku hidup mereka, sementara di satu sisi sang ibu tengah menderita sakit parah. Lantas, bisakah ketiganya hidup rukun bersama orangtua mereka? Meskipun sebagian cerita dalam novel ini memaparkan gaya hidup bebas ala luar negeri (yang memang menjadi ciri khas dan trend di sana), tapi sebagai penikmat karya fiksi yang menjunjung tinggi adat ketimuran, saya berusaha mengambil hikmah dan sisi positifnya.
Sam Edy Yuswanto*
*Penulis Lepas dan penikmat buku, tinggal di Puring Kebumen
Sumber: Kompas, 8 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar