/1/ Masihol Mulak Tu Huta
;Rindu pulang kampung
*Arga do bona ni pinasa
diakka na burju marroha
sai ingot ma mulak tu huta
mulak tu bona ni pinasa..
senandung lagu itu menghiris kalbu
saat roda jaman mengantar ragaku
dari jalanan berliku di bawah kaki bukit barisan
Siantar-- harangan ganjang menuju Parapat
sementara gulungan ombak danau Toba
dingin memeluk hati
dan rindu kian mendera
lindap di dada
padamu, inang..
--huta hatubuanhu*diambil dari lirik lagu “Argado Bona Ni Pinasa”
(dalam perjalanan pulang ke Porsea)
Parapat, 23 Jan 2011, KSI-Medan
/2/ Di Tanah Tuktuk
sedang setiap asaku
‘tak lagi engkau peluk hangat
telah sedingin peluk danau Toba
tak lagi beriak!
pun mata tak lagi mampu melihat
sinarmu yang menggantung di antara singa-singa
ruma Batak, di atas tanah Tuktuk
arwahmu telah tinggalkanku, jauh..
*Madekdek ma gambiri da hasian..
Sai madekdek tu bonana da hasian..
*lirik lagu Batak, “Madekdek Ma Gambiri”
Tuktuk Siadong, 25 April 2010
Karya Wisata, KSI-Medan
/3/ Penantian Panjang
Pohon mangga udang
di persimpangan jalan itu
di bawahnya kau sering menunggu
sembari meniup seruling bambu buatan ‘opung doli’1]
Setiap aku datang, kau sambut dengan ‘mengkel suping’2]
Ah, mungkin itu senyummu yang terakhir dalam ingatan
Itu dulu—terhitung lima belas tahun
kini berganti, sudah berapa lama aku duduk menunggu
sejak daun pohon ini pertama menguning
dan gugur ke tanah
lalu esok dan esok harinya lagi
besok dan besoknya lagi
tak ada jemu dalam penantianku
hingga ratusan dan kini ribuan daunnya menguning
layu lalu berguguran ke tanah yang kian kerontang
mungkin mereka faham kisah hatiku mulai meranggas
sebab tak satu pun kapal singgah di Tuktuk
membawa ragamu kembali pulang pada pelukku
sedang hatimu terpaut oleh ‘boru seleban’3]
Catatan : 1]Kakek, 2]Tersenyum, 3]Gadis lain di perantauan
(terinspirasi saat shooting film ‘PADAN’)
Karya Wisata, Tuktuk Siadong, P.Samosir
KSI-Medan, 21 Januari 2011
/4/ Sihol tu Tao Toba
; Rindu ke Danau Toba
Hanya pada serambi malam
berkisah aku tentang rindu
andai rembulan pun membisikimu
rinduku begitu mendudu
pada gemercik ombak yang memecah
batu-batu di tepian Tao Toba
rindu derap kaki-kaki menuruni kapal-kapal
perahu-perahu berlayar lalu lalang
suara-suara dengan banyak bahasa
ah, Tao Toba—saat ini sepi!
Pelukmu kini terlalu dingin
tapi aku tak ingin berpaling
*lao pe au marhuta sada
Sai tu pulo Samosir, masihol au..
Catatan : *lirik lagu dari “Pulo Samosir”
Medan, 25 Januari 2011
(Harian Analisa-Rubrik Puisi Rabu, 09 Feb 2011)
Sumber: Kompas, 15 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar